Kamis, 21 Juli 2016

Peran Pendidik dalam Pendidikan Akhlak bagi Anak (Q.S al-Imron : 159)



 A.  Pendidikan Akhlak
Dalam pandangan Islam, pendidikan atau menuntut ilmu merupakan kewajiban individual yang bertujuan untuk menghantar generasi mudahnya mampu menghadapi masa depan dengan cerah, hidup sejahtera dan bahagia lahir dan batin, serta mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Membicarakan masalah pendidikan, setiap orang harus membayangkan bagaimana mendidik anak-anak sejak dini hingga dewasa, bagaimana berlangsungnya pendidikan di rumah tangga, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikn berlangsung secara timbal balik antara di rumah tangga, di sekolah maupun di masyarakat.[1]
Menurut Imam Gazali, akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi, atau boleh dikatakan jadi kebiasaan. Perbuatan atau tingkah laku manusia dapat dibagi dua bagian yaitu[2] :
1.    Perbuatan yang disengaja (iradiyah). Yaitu perbuatan yang dikerjakan seseorang didorong oleh buah pikirannya, usaha dan kemauannya . seperti manulis surat, memberi sedekah, berpidato, memarahi orang lain, memffitnah, dan sebagainya.
2.    Perbuatan yang tidak disengaja (tidak iradiyah). Yaitu perbuatan yang terjadi secara reflek. Tidak timbul dari pikiran dan kesengajaan. Umpamanya memejamkan mata dan membuka mata setiap hari. Begitu juga usus manusia yang bekerja secara otomatis dalam mencerna makanan. Paru-paru yang mengatur pernafasan. Jantung kembang kempis mengatur perbuatan darah dalam tubuh manusia. Hal-hal itu terjadi tanpa pemikiran dan ikhtiar. Ia berjalan dengan sendirinya
Ilmu akhlak membahas amal perbuatan yang disengaja (iradiyah) saja. Tindak tanduk yang digolongkan kepada perbuatan baik atau buruk, terpuji atau tercela. Berpahala atau berdosa. Hal-hal yang terjadi secara reflek (tidak iradiyah) tidak termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.

B.  Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak bagi Anak
Dalam pendekatan islam, keluarga adalah basis utama yang menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga berhak mendapat lingkupan perhatian dan perawatan yang begitu signifikan dari al-Qur’an. Sistem sosial Islam adalah keluarga, karena keluarga merupakan sistem rabbani bagi manusia yang mencakup segala karakteristik dasar fitrah manusia, kebutuhan, dan unsur-unsurnya.
Dasar-dasar metode yang konsisten untuk mengarahkan dan mendidik anak serta melaksanakan kewajiban-kewajiban dan hak-hak mereka adalah:
1.    Menanamkan rasa tanggungjawab kepada orang-orang yang berhak mendapatkan pengarahan dan pendidikan, supaya dapat melaksanakan tugas dan amanat secara sempurna.
2.    Menghilangkan bahaya dari segala sesuatu yang menyebabkan menyimpangnya aqidah dan akhlak.
Metode-metode yang tepat digunakan untuk mengajarkan Pendidikan Akhlak bagi anak adalah :
1.      Metode Suritauladan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhassilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena keteladanan addalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindakan-tindakannya, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak bahkan terbentuk dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik materill atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui.

2.      Metode Pembiasaan
Yang dimaksud dengan pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan dan persiapan), karenanya setelah diketahui kecenderungan dan naluri anak dalam pengajaran. Pembiasaan adalah sangat besar pengaruhnya pada usia anak, maka hendaklah para pendidik, ayah, ibu, pengajar untuk memusatkan perhatian pada pengajaran anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia mulai memahami realita kehidupan ini.
3.      Metode Hukuman
Metode yang dipakai islam dalam upaya memberikan hukuman kepada anak :
a.       Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar mu’amalah dengan anak.
b.      Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman
c.       Dalam upaya memperbaiki, hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling keras.
4.      Metode Nasehat
Metode nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

C.  Surat al-Imron: 159 dan Penafsirannya
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Secara etimologis, linta terambil dari akar kata al-lin yang berarti “Lemah Lembut”, lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukkan bagi benda-benda yang bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal-hal yang maknawi seperti akhlak. Linta berarti “Kamu lemah-lembut”.
Nabi Muhammad saw berbudi pekerti yang halus, berhati lemah lembut dan penyayang kepada umatnya. Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.[3]
Ketika itu, tidak lupa bermusyawarah dengan mereka tentang pekerjaan yang bersangkut paut dengan urusan negeri, seperti hal peperangan. Setalah Nabi bermusyawarah dengan mereka dan telah sempurna alat perkakasnya, barulah ia mengerjakan pekerjaan itu, sambil menyerahkan diri kepada Allah. Arti tawakal (menyerahkan diri), ialah bahwa kita usahakan pekerjaan itu dengan tenaga dan daya upaya serta menyempurnakan syarat-syaratnya. Kemudian barulah kita menyerahkan hal itu kepada Allah, karena sekalipun telah cukup alat perkakasnya dan syarat-syaratnya, tetapi boleh jadi tiba-tiba halangan yang tidak disangka-sangka. Oleh sebab itu, perlulah kita menyerahkan diri kepada Allah serta mengharap kepadaNya, agar terhindar dari segala hal yang menlintangi.[4]
D.  Relevansi Surat al-Imron: 159 dengan Pendidikan
Relevansi QS. Ali Imron dengan pendidikan khususnya bagi seorang pendidik yang mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik, membimbing, membina, mengarahkan peserta didiknya sesuai dengan fitrah yang telah diberikan Allah kepada mereka. Tanggung jawab ini harus di emban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan dari pendidikan yaitu membentuk Insan Kamil menjadi hamba Allah yang selalu taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, dan menjadi manusia yang mempunyai wawasan keilmuan yang tinggi sehingga bisa menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat.
Diantara hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah harus bersikap lemah lembut, menyenangkan untuk anak didiknya, tidak membosankan, menjadi tempat untuk berlindung dan tempat untuk memecahkan masalah. Jangan sampai menjadi seorang pendidik yang tempra mental, cepat marah, kasar, keras hati, tidak mempedulikan peserta didiknya. Sikap-sikap itu akan membuat peserta didik jauh dan menjauhi san pendidik dan tujuan dari pendidikan kemungkinan besar akan susah untuk dicapai.
Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, pendidik juga harus melakukan diskusi dengan peserta didiknya, apa yang menjadi kendala mereka dalam pelajaran, apa yang menjadi keinginan mereka dalam proses pembelajaran misalnya dalam penggunaan metode atau pemberian tugas dan lain sebagainya. Jangan sampai seorang pendidik itu menjadi orang yang otoriter tidak mau menerima masukan dari peserta didiknya, menganggap ia paling pintar dan paling tahu segalanya. Padahal Allah telah berfirman bahwasannya Allah memberikan kita akan ilmu itu hanyalah sedikit, bila diumpamakan dengan ilmu Allah ilmu kita itu bagaikan setetes air yang jatuh dari jarum yang kita masukkan ke samudera yang luas.
Kemudian ketika kita menemukan kesalahan dari peserta didik, kekurangan maupun dalam menyerap pelajaran, bandel dan sebagainya. Jangan lantas kita membenci mereka, mempermalukan mereka dengan kasar dank eras, menghukum mereka secara berlebihan atau bahkan mengatakan mereka dengan perkataan yang kotor. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan menimbulkan banyak masalah bagi pendidik itu sendiri lebih-lebih bagi peserta didik yang masih dalam tahap pembelajaran. Maafkanlah semua kesalahan mereka seraya menasehati mereka dengan lemah lembut, bukan berarti lemah lembut itu tidak tegas, tetapi lemah lembut dalam menasehatinya dengan tutur kata yang baik dan tidak menyudutkan mereka, karena mereka adalah tanggung jawab pendidik dan seorang pendidik harus intropeksi diri.
Setelah itu berusaha dengan keras melakukan pendidikan dengan memberikan arahan, bimbingan, wawasan pengetahuan kepada peserta didik. Sebagai seorang muslim, kita harus selalu menyerahkan segala urusan kepada Allah. Keinginan, cita-cita, haraoan semuannya kita kembalikan kepada Allah. Tentu saja setelah usaha maksimal, bermusyawarah, berkonsultasi kepada para ahli dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Ketakwaan seseroang kepada allah adalah bukti kebenaran keimanan seseorang hamba. Karena hanya dengan kepada Allah kita bersandar. Karena Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

 

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirannya. Jakarta: Departemen Agama RI
Kamarani Buseri. 2003. Antalogi Pendidikan Islam dan Dakwah: Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. Yogyakarta: UII Press
Oemar Bakry. 1993. Akhlak Muslim. Bandung : Angkasa
Yunus, Muhammad. 2004. Tafsir Qur’an Karim. Jakarta: PT Hidakarya Agung



[1]  Kamarani Buseri. 2003. Antalogi Pendidikan Islam dan Dakwah: Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. Yogyakarta: UII Press
[2]  Oemar Bakry. 1993. Akhlak Muslim. Bandung : Angkasa
[3] Departemen Agama RI.2009.Al-Qur’an dan Tafsirannya.Jakarta: Departemen Agama RI
[4] Muhammad Yunus.2004.Tafsir Qur’an Karim.Jakarta: PT Hidakarya Agung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...