A.
Pendidikan Akhlak
Dalam pandangan Islam, pendidikan atau
menuntut ilmu merupakan kewajiban individual yang bertujuan untuk menghantar
generasi mudahnya mampu menghadapi masa depan dengan cerah, hidup sejahtera dan
bahagia lahir dan batin, serta mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Membicarakan masalah pendidikan, setiap
orang harus membayangkan bagaimana mendidik anak-anak sejak dini hingga dewasa,
bagaimana berlangsungnya pendidikan di rumah tangga, di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Pendidikn berlangsung secara timbal balik antara di
rumah tangga, di sekolah maupun di masyarakat.[1]
Menurut Imam Gazali, akhlak adalah sifat
yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak
tanpa banyak pertimbangan lagi, atau boleh dikatakan jadi kebiasaan. Perbuatan
atau tingkah laku manusia dapat dibagi dua bagian yaitu[2] :
1.
Perbuatan yang disengaja (iradiyah). Yaitu
perbuatan yang dikerjakan seseorang didorong oleh buah pikirannya, usaha dan
kemauannya . seperti manulis surat, memberi sedekah, berpidato, memarahi orang
lain, memffitnah, dan sebagainya.
2.
Perbuatan yang tidak disengaja (tidak
iradiyah). Yaitu perbuatan yang terjadi secara reflek. Tidak timbul dari pikiran
dan kesengajaan. Umpamanya memejamkan mata dan membuka mata setiap hari. Begitu
juga usus manusia yang bekerja secara otomatis dalam mencerna makanan.
Paru-paru yang mengatur pernafasan. Jantung kembang kempis mengatur perbuatan
darah dalam tubuh manusia. Hal-hal itu terjadi tanpa pemikiran dan ikhtiar. Ia
berjalan dengan sendirinya
Ilmu akhlak membahas amal perbuatan yang
disengaja (iradiyah) saja. Tindak tanduk yang digolongkan kepada perbuatan baik
atau buruk, terpuji atau tercela. Berpahala atau berdosa. Hal-hal yang terjadi
secara reflek (tidak iradiyah) tidak termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
B.
Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak bagi
Anak
Dalam pendekatan islam, keluarga adalah
basis utama yang menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam.
Sehingga keluarga berhak mendapat lingkupan perhatian dan perawatan yang begitu
signifikan dari al-Qur’an. Sistem sosial Islam adalah keluarga, karena keluarga
merupakan sistem rabbani bagi manusia yang mencakup segala karakteristik
dasar fitrah manusia, kebutuhan, dan unsur-unsurnya.
Dasar-dasar metode yang konsisten untuk
mengarahkan dan mendidik anak serta melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
hak-hak mereka adalah:
1. Menanamkan rasa tanggungjawab kepada orang-orang yang berhak mendapatkan
pengarahan dan pendidikan, supaya dapat melaksanakan tugas dan amanat secara
sempurna.
2. Menghilangkan bahaya dari segala sesuatu yang menyebabkan menyimpangnya
aqidah dan akhlak.
Metode-metode yang tepat digunakan untuk
mengajarkan Pendidikan Akhlak bagi anak adalah :
1. Metode Suritauladan
Keteladanan
dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhassilannya dalam
mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini
karena keteladanan addalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan
ditirunya dalam tindakan-tindakannya, dan tata santunnya, disadari ataupun
tidak bahkan terbentuk dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik
tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik materill atau spiritual,
diketahui atau tidak diketahui.
2. Metode Pembiasaan
Yang
dimaksud dengan pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan
dan persiapan), karenanya setelah diketahui kecenderungan dan naluri anak dalam
pengajaran. Pembiasaan adalah sangat besar pengaruhnya pada usia anak, maka
hendaklah para pendidik, ayah, ibu, pengajar untuk memusatkan perhatian pada
pengajaran anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia mulai
memahami realita kehidupan ini.
3. Metode Hukuman
Metode yang
dipakai islam dalam upaya memberikan hukuman kepada anak :
a. Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar mu’amalah dengan anak.
b. Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman
c. Dalam upaya memperbaiki, hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang
paling ringan hingga yang paling keras.
4. Metode Nasehat
Metode
nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata
anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan
martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya
dengan prinsip-prinsip Islam.
C.
Surat al-Imron: 159 dan Penafsirannya
Artinya : Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Secara etimologis, linta terambil
dari akar kata al-lin yang berarti “Lemah Lembut”, lawan al-khusyunah
atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukkan bagi benda-benda
yang bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal-hal
yang maknawi seperti akhlak. Linta berarti “Kamu lemah-lembut”.
Nabi Muhammad saw berbudi pekerti yang
halus, berhati lemah lembut dan penyayang kepada umatnya. Meskipun dalam
keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin
menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah
terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari
Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar
tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.[3]
Ketika itu, tidak lupa bermusyawarah dengan
mereka tentang pekerjaan yang bersangkut paut dengan urusan negeri, seperti hal
peperangan. Setalah Nabi bermusyawarah dengan mereka dan telah sempurna alat
perkakasnya, barulah ia mengerjakan pekerjaan itu, sambil menyerahkan diri
kepada Allah. Arti tawakal (menyerahkan diri), ialah bahwa kita usahakan
pekerjaan itu dengan tenaga dan daya upaya serta menyempurnakan
syarat-syaratnya. Kemudian barulah kita menyerahkan hal itu kepada Allah,
karena sekalipun telah cukup alat perkakasnya dan syarat-syaratnya, tetapi
boleh jadi tiba-tiba halangan yang tidak disangka-sangka. Oleh sebab itu,
perlulah kita menyerahkan diri kepada Allah serta mengharap kepadaNya, agar
terhindar dari segala hal yang menlintangi.[4]
D.
Relevansi Surat al-Imron: 159 dengan
Pendidikan
Relevansi
QS. Ali Imron dengan pendidikan khususnya bagi seorang pendidik yang mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk mendidik, membimbing, membina, mengarahkan
peserta didiknya sesuai dengan fitrah yang telah diberikan Allah kepada mereka.
Tanggung jawab ini harus di emban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar
tujuan dari pendidikan yaitu membentuk Insan Kamil menjadi hamba Allah
yang selalu taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, dan menjadi manusia yang
mempunyai wawasan keilmuan yang tinggi sehingga bisa menjadi orang yang bahagia
dunia dan akhirat.
Diantara
hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika melaksanakan kegiatan
pembelajaran adalah harus bersikap lemah lembut, menyenangkan untuk anak
didiknya, tidak membosankan, menjadi tempat untuk berlindung dan tempat untuk
memecahkan masalah. Jangan sampai menjadi seorang pendidik yang tempra mental, cepat marah,
kasar, keras hati, tidak mempedulikan peserta didiknya. Sikap-sikap itu akan
membuat peserta didik jauh dan menjauhi san pendidik dan tujuan dari pendidikan
kemungkinan besar akan susah untuk dicapai.
Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,
pendidik juga harus melakukan diskusi dengan peserta didiknya, apa yang menjadi
kendala mereka dalam pelajaran, apa yang menjadi keinginan mereka dalam proses
pembelajaran misalnya dalam penggunaan metode atau pemberian tugas dan lain sebagainya.
Jangan sampai seorang pendidik itu menjadi orang yang otoriter tidak mau
menerima masukan dari peserta didiknya, menganggap ia paling pintar dan paling
tahu segalanya. Padahal Allah telah berfirman bahwasannya Allah memberikan kita
akan ilmu itu hanyalah sedikit, bila diumpamakan dengan ilmu Allah ilmu kita
itu bagaikan setetes air yang jatuh dari jarum yang kita masukkan ke samudera
yang luas.
Kemudian ketika kita menemukan kesalahan
dari peserta didik, kekurangan maupun dalam menyerap pelajaran, bandel dan
sebagainya. Jangan lantas kita membenci mereka, mempermalukan mereka dengan
kasar dank eras, menghukum mereka secara berlebihan atau bahkan mengatakan
mereka dengan perkataan yang kotor. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah
akan tetapi justru akan menimbulkan banyak masalah bagi pendidik itu sendiri
lebih-lebih bagi peserta didik yang masih dalam tahap pembelajaran. Maafkanlah
semua kesalahan mereka seraya menasehati mereka dengan lemah lembut, bukan
berarti lemah lembut itu tidak tegas, tetapi lemah lembut dalam menasehatinya
dengan tutur kata yang baik dan tidak menyudutkan mereka, karena mereka adalah
tanggung jawab pendidik dan seorang pendidik harus intropeksi diri.
Setelah itu berusaha dengan keras melakukan
pendidikan dengan memberikan arahan, bimbingan, wawasan pengetahuan kepada
peserta didik. Sebagai seorang muslim, kita harus selalu menyerahkan segala
urusan kepada Allah. Keinginan, cita-cita, haraoan semuannya kita kembalikan
kepada Allah. Tentu saja setelah usaha maksimal, bermusyawarah, berkonsultasi
kepada para ahli dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Ketakwaan seseroang kepada
allah adalah bukti kebenaran keimanan seseorang hamba. Karena hanya dengan
kepada Allah kita bersandar. Karena Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirannya. Jakarta: Departemen Agama RI
Kamarani Buseri. 2003. Antalogi Pendidikan Islam dan Dakwah:
Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. Yogyakarta: UII Press
Oemar Bakry. 1993. Akhlak Muslim. Bandung : Angkasa
Yunus, Muhammad. 2004. Tafsir
Qur’an Karim. Jakarta:
PT Hidakarya Agung
[1]
Kamarani Buseri. 2003. Antalogi Pendidikan Islam dan Dakwah:
Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. Yogyakarta: UII Press
[2] Oemar Bakry. 1993. Akhlak Muslim. Bandung : Angkasa
[3] Departemen Agama RI.2009.Al-Qur’an
dan Tafsirannya.Jakarta: Departemen Agama RI
[4] Muhammad Yunus.2004.Tafsir Qur’an
Karim.Jakarta: PT Hidakarya Agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar