Teori Contiguous conditioning
merupakan bagian dari teori Behaviorisme, dalam Teori Contiguous conditioning ini
dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Guthrie. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara
stimulus dan respons (R-S). belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan
stimulus dan respons sebanyak-banyaknya.
Pendapat Thorndike dan Pavlov ini
ditegaskan lagi oleh Guthrie, di mana ia menyatakan dengan hukumnya yaitu “The Law of
Association”, yang berbunyi : “A combination of stimuli which has accompanied a
movement will on its recurrence tend to be followed by that movement”. Secara
sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimuli
yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan
bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang sama.
Di dalam teori belajarnya, Guthrie
berpendapat bahwa organisme merespon kepada perangsang-perangsang dengan
kontraksi otot-otot dan pengeluaran getah kelenjar-kelenjar. Respon semacam itu
disebut dengan gerakan-gerakan. Guthrie mengatakan, bahwa suatu tindakan
terdiri atas serentetan kontiguitas.
Teori belajar kontiguitas S-R
(Stimulus-Respon) yang dikembangkan oleh Guthrie pada tahun (1886-1959) bahwa
prinsip kontiguitas adalah kombinasi stimuli yang telah menghasilkan respon
diteruskan sehingga stimulus yang dikontigukan tetap menghasilkan respon tadi.
Teori
behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons
(R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk
meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam
proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif
apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement
(penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini
berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka
dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Beberapa
prinsip tersebut adalah:
1. Teori ini
beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah
belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku
tertentu.
2. Teori ini
beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan
respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di
antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
3.
Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,
merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila
reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.
Jika
yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah
timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan
dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk
memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau
menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1.
Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk
diberikan kepada siswa.
2.
Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada
diri siswa.
3.
Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini
benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :
a.
Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable)
b.
Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)
c.
Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara
eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit)
d.
Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam
ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam hadiah
(reward).
Aplikasi
teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya
tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku / kompetensi sebagaimana
telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai berikut:
a. Menganalisis
Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
b. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan
Sedangkan
langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori ini dalam proses
pembelajaran adalah :
a.
Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
b.
Melakukan analisis pembelajaran
c.
Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar
d.
Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
e.
Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)
f.
Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan
waktu)
g.
Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas,
tes dan sejenisnya)
h.
Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
i.
Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif,
serta
j.
Merevisi kegiatan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar