Kamis, 21 Juli 2016

TEORI CONTIGUOUS CONDITIONING



 Teori Contiguous conditioning merupakan bagian dari teori Behaviorisme, dalam Teori Contiguous conditioning ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Guthrie. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya  adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (R-S). belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya.
Pendapat Thorndike dan Pavlov ini ditegaskan lagi oleh Guthrie, di mana ia  menyatakan dengan hukumnya yaitu “The Law of Association”, yang berbunyi : “A combination of stimuli which has accompanied a movement will on its recurrence tend to be followed by that movement”. Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimuli yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang sama.
Di dalam teori belajarnya, Guthrie berpendapat bahwa organisme merespon kepada perangsang-perangsang dengan kontraksi otot-otot dan pengeluaran getah kelenjar-kelenjar. Respon semacam itu disebut dengan gerakan-gerakan. Guthrie mengatakan, bahwa suatu tindakan terdiri atas serentetan kontiguitas.
Teori belajar kontiguitas S-R (Stimulus-Respon) yang dikembangkan oleh Guthrie pada tahun (1886-1959) bahwa prinsip kontiguitas adalah kombinasi stimuli yang telah menghasilkan respon diteruskan sehingga stimulus yang dikontigukan tetap menghasilkan respon tadi.
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Beberapa prinsip tersebut adalah:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan  tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah. 
Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.    Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa.
2.    Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada diri siswa.
3.    Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :
a.    Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable)
b.    Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)
c.    Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit)
d.   Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam hadiah (reward).
Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai berikut:
a. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
b. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan
Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori ini dalam proses pembelajaran adalah :
a.    Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
b.    Melakukan analisis pembelajaran
c.    Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar
d.   Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
e.    Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)
f.     Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu)
g.    Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan sejenisnya)
h.    Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
i.      Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif, serta
j.      Merevisi kegiatan pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...