PENDAHULUAN
Akhlak merupakan sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi. Dengan
ilmu akhlak dapat memberikan jalan dan membuka pintu hati orang untuk berbudi
pekerti yang baik terhadap sesama. Berbuat dan beramal untuk mencapai
kebahagiaan dunia akhirat.
Pada makalah ini pemakalah akan membahas tiga hadis yang berkaitan
dengan tingkah laku terpuji atau akhlak terpuji. Hadis pertama berkaitan dengan
Al-birr dan Ism, hadis kedua Kejujuran dan Kebohongan, dan hadis
yang terakhir berkaitan dengan Prasangka Baik dan Buruk.
A.
Hadis Tentang Al-Birr dan Ism
1.
Teks
Hadis dan Terjemah
عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ
سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ
حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ
عَلَيْهِ النَّاسُ.
(رواه مسلم)
Artinya:
Dari An-Nawaas bin Sim’aan Al-Anshari ra,
ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebajikan dan dosa.
Jawab beliau saw: “Kebajikan adalah budi pekerti yang baik dan dosa adalah
sesuatu yang meragukan di dalam hatimu dan engkau benci kalau manusia
melihatnya”. (HR. Muslim).
2. Penjelasan Hadis
Di dalam hadis ini terdapat anjuran untuk berbudi pekerti yang
baik. Sesungguhnya tidak ada yang lebih berat dalam timbangan amalan seorang
mukmin pada hari kiamat daripada baiknya budi pekerti, karena sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.[1]
An-Nawawi Rahimahullah berkata,
“Para ulama mengatakan bahwa kebaikan disini dapat diartikan sebagai
menghubungkan tali silaturahmi, jujur, lembut, bersikap baik, bergaul dengan
cara yang baik dan dapat diartikan juga dengan ketaatan.”[2] Orang yang baik akhlaknya banyak teman sejawatnya, sedikit musuhnya,
hatinya senang dan tenang, hidupnya bahagia dan membahagiakan. Itulah sifat-sifat
yang terpuji yang dicintai Allah. Budi pekerti yang baik itulah sendi utama
berdirinya suatu masyarakat yang aman, damai, senang dan tentram.[3]
B.
Hadis Tentang Kejujuran dan Kebohongan
1.
Teks
Hadis, Kosa Kata, dan Terjemah
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى
الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ
الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا .
(رواه البخارى و مسلم)
Artinya:
Dari Abdullah
bin Mas’ud ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya kejujuran itu
menunjukkan kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu menunjukkan kepada
surga. Sesungguhnya seorang itu berbuat jujur sehingga ia menjadi orang yang
sangat jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kejahatan dan
sesungguhnya kejahatan itu menunjukkan kepada neraka. Sesungguhnya seorang itu
berbuat dusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
الصَّدْقَ (jujur) adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. الْكَذِبَ (dusta) adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. الْبِرَّ adalah keleluasaan dalam mengerjakan amal kebaikan yang mencakup
segala jenis kebaikan.
2.
Penjelasan
Hadis
Hadis ini mengisyaratkan bagi siapa yang berusaha untuk tetap
berkata jujur maka jujur akan mendarah daging pada dirinya. Dan barang siapa
yang dengan sengaja berdusta dan selalu berkata dusta maka sifat ini juga akan
mendarah daging pada dirinya. Para ulama berpendapat bahwa dalam hadis ini
terdapat dorongan untuk selalu berlaku jujur dan terdapat peringatan dari dusta
dan mengangap remeh sikap berdusta, karena jika menganggap remeh berdusta,
dapat membuatnya banyak berdusta dan juga akan terbiasa berdusta.[4]
Dengan latihan dan usaha, sifat baik dan sifat buruk itu dapat
dicapai. Ketika seseorang itu bersikap jujur, maka kejujuran akan membimbing
pelakunya menuju surga dan sebaliknya ketika seseorang bersikap dusta akan
membawa pelakunya ke dalam neraka.[5]
C.
Hadis Tentang Prasangka Baik dan Buruk
1.
Teks
Hadis dan Terjemah
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَلَ : مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَاءَهَا أَدَّى
اللهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيْدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللهُ. (رواه البخرى
و أحمد)
Artinya:
Dari Abu
Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa mengambil harta
manusia, sedang ia bermaksud mengembalikannya, maka Allah akan memudahkan
pengembaliannya. Dan barangsiapa mengambil dan bermaksud merusaknya maka Allah
akan membinasakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Ahmad)
2.
Penjelasan
Hadis
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam
uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya.
Hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah swt. akan menolong mereka dalam
kebaikan yang beniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan
berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
Sebaliknya, peminjam
yang menggunakan uang pemilik modal yang dipinjamnya untuk berfoya-foya
sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang
untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan menghentikan
usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[6] Maka
Allah akan memberikan hukuman kepada orang tersebut.
D.
Hikmah yang Dapat Diambil
Hadis ini disarankan bagi orang muslim untuk selalu melakukan
perintah Allah dalam hal perilaku manusia. Perilaku jujur harus ditanamkan sejak
dini, supaya kejujuran dapat dilakukan secara spontan. Mengingat Allah serta
siksaan-Nya menjadi tumpuan orang muslim dalam berperilaku, karena itu semua dapat
mengarahkan ke perilaku yang sesuai ajaran Allah.
PENUTUP
Dari ketiga hadis tersebut kita dianjurkann untuk selalu bertingkah
laku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada yang lebih berat timbangan
amalan seorang mukmin pada hari kiamat daripada baiknya budi pekerti, karena
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. Kebaikan disini dapat diartikan sebagai
menghubungkan tali silaturahmi, jujur, lembut, bersikap baik, bergaul dengan
cara yang baik, taat, prasangka baik, dll. Ketika
seseorang itu bersikap jujur, maka kejujuran akan membimbing pelakunya menuju
surga dan sebaliknya ketika seseorang bersikap dusta akan membawa pelakunya ke
dalam neraka.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Imam. Riyadhush shalihin. Terjemahan oleh Arif Rahman. Solo: Insan Kamil. 2012.
Ash-Shan’ani,
Muhammad bin Ismail Al-Amir.Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram (Jilid 3).
Terjemahan oleh Ali Nur Medan, dkk. Jakarta: Darus Sunnah Press. 2007.
Bakry, Oemar. Akhlak
Muslim. Bandung: Angkasa. 1986
Baqi, Muhamad Fu’ad Abdul. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim.
Terjemahan oleh Arif Rahman. Solo: Insan
Kamil. 2012.
Fauziyah
Mz. Ba, dkk. Shahih Bukhari. Surabaya: Bintang Timur.1993
[1]
Imam an-nawawi,
Riyadhush Shalihin, Terjemahan oleh Arif Rahman, (Solo: Insan Kamil. 2012) h.334
[2] Muhammad bin
Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram (Jilid 3),
Terjemahan oleh Ali Nur Medan, dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press. 2008) h.764
[3] Oemar Bakry, Akhlak
Muslim, (Bandung: Angkasa. 1986) h. 21-22
[4] Muhamad fu’ad
Abdul Baqi, Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim, Terjemahan oleh Arif Rahman (Solo: Insan Kamil. 2012) h. 803.
[5] Muhammad bin
Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram (Jilid
3), Terjemahan oleh Ali Nur Medan, dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press. 2008) h. 953
[6]
Fauziyah Mz. Ba,dkk, Shahih Bukhari, (Surabaya: Bintang
Timur. 1993) h.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar