BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak
kebenarannya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan akhirat
kelak. Didalamnya memuat berbagai hal, salah satunya ialah ayat-ayat yang
membahas mengenai pendidikan. Di dalam pendidikan mencakup berbagai aspek,
seperti keutamaan ilmu, pendidik, tujuan pendidikan, peserta didik, materi
pendidikan, metode pendidikan dan lainnya. Seperti yang terdapat dalam surah
Asy-syuara ayat 214, At-Tahrim ayat 6, At-Taubah ayat 122, dan An-Nisa ayat 170 yang membahas
mengenai peserta didik.
Allah memerintahkan kepada umatnya
untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan tentang agama. Oleh karena itu, dalam
makalah ini kami akan memaparkan mengenai peserta didik berdasarkan ayat-ayat
terebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
tafsir surah Asy-syuara: 214 mengenai peserta didik?
2.
Bagaimana
tafsir surah At-Tahrim: 6
mengenai peserta didik?
3.
Bagaimana
tafsir surah At-Taubah:
122 mengenai peserta didik?
4.
Bagaimana
tafsir surah An-Nisa:170 mengenai peserta didik?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asy-syuara: 214
Artinya: “dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
Setelah
memerintahkan Nabi Muhammad saw menghindari kemusyrikan, yang tujuan utamanya
adalah semua yang berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat diatas
berperan lagi kepada beliau bahwa: hindarilah segala hal yang dapat mengundang
murka Allah, dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
tanpa pilih kasih, dan rendahkanlah dirimu yakni berlaku lemah lembut dan
rendah hatilah terhadap orang-orang yang bersungguh-sungguh mengikutimu, yaitu
orang –orang mukmin baik kerabatmu maupun bukan.
Kata عشيرة ‘asyirah berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari
kata عاشر ‘asyara yang berarti saling bergaul,
karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang
sehari-hari saling bergaul.
Kata الاقربين al-aqrabin
yang menyifati kata ‘asyirah, merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati
mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang terdekat.[1]
Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa ibnu ‘Abbas ra berkata: “Ketika Allah SWT
menurunkan “وَأَنذِرْ عَشِيرَ تَكَ الأَقْرَبِينَ“ Dan berilah peringatakan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat, “Nabi SAW mendatangi bukit Shafa, lalu naik ke atasnya dan memanggil:
“ Hai orang-orang yang ada di pagi hari, lalu berkumpullah orang menuju beliau,
baik orang yang datang langsung atau mengutus seseorang. Maka Rasulullah SAW
bersabda: “ Wahai Bani ‘Abdul Muththalib, wahai bani Fihr, wahai Bani Luay. Apa
pendapat kalian seandainya aku kabarkan kepada kalian bahwa satu pasukan
berkuda berada dibalik gunung ini hendak menyerang kalian, apakah kalian
mempercayaiku? “Mereka menjawab:”Ya”. Beliaupun bersabda:” Sesungguhnya aku
adalah pemberi peringatan di hadapan Rabb yang memiliki adzab yang pedih.”
Lalu Abu Lahab berkata:”Celaka engkau sepanjang hari, apakah engkau
memanggil kami hanya untuk ini?” Lalu Allah SWT
turunkan:
تَبَّتْ يَدَا أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”(QS.
Al-Lahab:1).” (HR. Al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i)
Dalam surat Asy-Syu'aro ayat 214 diatas menjelaskan bahwa hendaklah
seorang pendidik memberikan pendidikan kepada anak didik yang terdekat,
maksudnya yang harus lebih diutamakan dalam mendidik adalah kepada saudara,
keluarga, dan sebagainya. Setelah memberikan pendidikan kepada saudara dan
keluarga kemudian orang lain.
Anak didik yang memiliki pengertian seseorang atau sekelompok orang
orang yang menerima pemeliharaan, arahan, bimbingan dan pendidikan dari seorang
pendidik, memiliki hubungan kekeluargaan pun atau tidak, tetapi diantara
keduanya memiliki hubungan yang dilandasi rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
Dalam ayat tersebut pendidikan bukan hanya untuk Nabi Muhammad dan
kluarganya akan tetapi untuk semua umat islam. Dan dalam ayat ini juga
menjelaskan bahwa dalam pendidikan harus bersikap adil, dimana setiap peserta
didik mempunyai hak yang sama dari pendidik.
B. At-Tahrim: 6
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”. Di pangkal ayat ini menjelaskan bahwa
semata-mata mengakui beriman saja belum cukup. Iman mestilah dipelihara dan
dipupuk. “yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu” batu-batu
adalah barang yang tidak berharga yang tercampak dan tersebar dimana-mana. Batu
itulah yang akan digunakan untuk jadi kayu api penyala api neraka. Manusia yang
durhaka kepada Tuhan, yang hidup di dunia ini tiada bernilai karena telah
dipenuhi oleh dosa, sudah samalah keadaannya dengan batu-batu yang
berserak-serak ditengah pasir, di bukit-bukit atau di sungai-sungai. Gunanya
hanyalah untuk menyalakam api.
“penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras” Allah memberikan kekuasaan kepada malaikat-malaikat itu menjaga dan mengawal neraka itu, agar apinya selalu bernyala. Sikap malaikat-malaikat
pengawal dan penjaga neraka mesti kasar, tidak ada lemah lembutnya, keras
sikapnya. Karena itulah sikap yang sesuai dengan suasana api neraka sebagai
tempat yang disediakan Allah buat menghukum orang yang bersalah. “tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya”.
Ujung ayat menunjukkan bagaimana keras dan disiplinnya peraturan yang dijalankan
dan dijaga oleh malaikat-malaikat itu. Nampaklah bahwa mereka semuanya hanya semata-mata
menjalankan perintah Allah dengan patuh dan setia, tidak membantah dan tidak
merubah sedikitpun.
Itulah yang diperingatkan kepada orang yang
beriman. Bahwa mengakui beriman saja tidaklah cukup kalau tidak memelihara
diri. Dari rumahtangga itulah akan terbentuk umat. Dan dalam umat
itulah akan tegak masyarakat Islam. Oleh karena itu, orang yang beriman tidak bolehlah pasip (berdiam diri dan
menunggu-nunggu saja).[2]
Pengertian tentang pentingnya membina
keluarga agar terhindar dari api neraka ini tidak semata-mata diartikan api
neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula berbagai masalah dan
bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak citra pribadi seseorang.
Dalam makna pendidikan menjaga disini
adalah dilakukan oleh seorang pendidik kepada anak didik. Proses pemeliharaan
ini dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara pengajaran dan bimbingan yang
tepat sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik. Hal ini dimaksudkan untuk
mengarahkan dan membentuk seseorang sehingga memiliki kepribadian sempurna.
C. At-Taubah: 122
Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang).” Orang yang beriman sejati tidaklah
semuanya turut berjihad dengan senjata ke medan perang. “mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama”.
Allah telah menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang
beriman diwajibkan berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan
masing-masing. Tuhanpun menuntun hendaknya jihad itu dibagi kepada jihad
bersenjata dan jihad memperdalam ilmu pengetahuan dan agama. Setelah ada
pembagian tugas itu, sehingga ilmu dan pengetahuan agama bertambah mendalam.[3]
Mengenai ayat ini, al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu ‘Abbas, ia
berkata: Dari setiap masyarakat Arab ada sekelompok orang yang berangkat
mendatangi Rasulullah SAW, kemudian mereka menanyakan tentang masalah agama
yang mereka inginkan, sekaligus mendalami ilmu agama. Mereka berkata kepada
Nabi:” Apa yang engaku perintahkan untuk kami kerjakan? Maka beliau SAW juga
memberi tahu kami hal-hal yang harus kami perintahkan kepada keluarga kami,
jika kami telah kembali kelak kepada mereka.”
Ibnu ‘Abbas mengemukakan, bahwa Nabi SAW menyuruh mereka untuk
senantiasa mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan beliau mengutus mereka kepada
kaumnya, agar menyuruh mereka mengerjakan shalat dan menunaikan zakat. Dan jika
mereka datang kepada kaumnya, mereka berkata: “ Sesungguhnya Barang siapa yang
memeluk Islam, berarti dia termasuk golongan kami.” Mereka juga memberi
peringatan, sehingga ada seorang dari mereka yang harus berpisah ari bapak dan
ibunya. Nabi SAW memberi tahu mereka dan menyuruh agar mereka memberi
peringatan kepada kaumnya. Dan jika telah kembali kepada kaum tersebut, maka
mereka menyeru mereka supaya masuk islam dan memperingatkan mereka dari api
Neraka, serta menyampaikan kabar gembira tentang Surga.[4]
Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam
disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dengan
demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan,
setiap orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu,
mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Pada ayat ini memberi anjuran tegas kepada umat Islam agar ada
sebagaian dari umat Islam memperdalam agama. seorang yang mendalami ilmunya dan
selalu memiliki tanggung jawab dalam pencarian ilmu Allah. Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi
diharapkan mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.
Belajar mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan. Dengan
belajar orang akan memiliki pengetahuan. Oleh sebabnya belajar dapat menambah
ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik serta belajar dinilai sebagai ibadah
kepada Allah. Pada hakikatnya, proses pembelajaran merupakan interaksi antara
guru dan siswa. Guru sebagai penyampaian materi pembelajaran dan siswa sebagai
pencari ilmu pengetahuan sekaligus sebagai penerimanya.
.
D. An-Nisa:170
Artinya: “Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul
(Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka
berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka
kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di
langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul Muhammad itu
kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Rabb-mu. Maka berimanlah kamu, itulah yang
lebih baik bagimu. Yaitu, Sungguh
telah datang kepada kalian Muhammad dengan membawa hidayah, agama yang hak dan
penjelasan tuntas dari Allah. Maka berimanlah kalian dengan apa yang dibawanya
dan ikutilah dia, niscaya itu lebih baik bagi kalian.
Kemudian Allah berfirman “jika kamu kafir, (maka kekafiran itu
tidak merugikan Allah sedikitpun)” yaitu Allah tidak membutuhkan kalian dan
keimanan kalian serta tidak akan rugi dengan kekafiran kalian. Pada ayat ini
Allah SWT berfirman, ”Dan adalah Allah Maha Mengetahui.” Yaitu, bagi
orang yang berhak mendapat hidayah diantara kalian, maka Allah SWT memberinya
hidayah. Sedangkan terhadap orang-orang yang berhak mendapatkan hinaan, maka
Allah SWT pun akan menghinakannya. Hakim “Maha bijaksana”. Yaitu pada perkataan,
syariat dan qadar-Nya. “karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu
adalah kepunyaan Allah.[5]
Pada surat an-Nissa ayat 170, nabi Muhammad Saw diutus dengan
membawa kebenaran kepada manusia, jadi manusia disini merupakan objek yang
hendak dituju oleh Allah melalui rasulnya untuk diberikan kebenaran. Manusia
sebagai tujuan dari dakwah Muhammad yang diutus oleh Allah merupakan objek dari
dakwah Muhammad, dalam pendidikan manusia jugalah yang menjadi objek
dikarenakan akal yang dimiliki manusia hendaklah dioptimalkan dan diberdayakan
sehingga menjadi sesuatu yang baik dan terhindar dari kedzaliman .
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Di dalam
Al-quran telah diterangkan mengenai pendidikan terutama untuk mengarahkan serta
membimbing manusia. Dari beberapa ayat di atas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa pendidikan itu bukan hanya untuk Nabi Muhammad SAW, akan tetapi untuk
semua umat Islam.
Selanjutnya
pendidikan juga penting dilakukan oleh seorang orang tua kepada anaknya karena
telah jelaslah bahwa pentingnya membina keluarga dengan pendidikan agar
terhindar dari api neraka.
Jadi, dari
beberapa ayat tersebut Kita
diperintahkan untuk mencari ilmu seluas-luasnya karena setiap ilmu pengetahuan
berguna dan dapat mencerdaskan kehidupan kita dan tidak bertentangan dengan
norma agama maka kita wajib mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2003.
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.
. 2008. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.
. 2008. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 6. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.
Hamka. 1984. Tasir
Al-Azhar. Juz XI. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
.
1985. Tasir Al-Azhar. Juz XXVI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Shihab,
Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.
Vol 10. Jakarta: Lentera Hati.
[1]
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol
10, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 150.
[2]
Hamka, Tasir
Al-Azhar, Juz XXVI, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), hlm 308-314.
[3]
Hamka, Tasir
Al-Azhar, Juz XI, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1984), hlm 86-91.
[4]
Abdullah bin
Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Bogor: Pustaka Imam
asy-Syafi’i.2008), hlm 296-297.
[5] Abdullah bin
Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.2003),
hlm 466.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar