Rabu, 18 November 2015

PENDIDIKAN KARAKTER



1)   Pengertian  Pendidikan Karakter
Menurut Yahya Khan (2010:1), pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membatu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Berbeda lagi menurut Furqan Hidayatullah (2010: 12-14) menyimpulkan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhakatau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak sertayang membedakan dengan individu yang lain.
Sedangkan menurut Akhlad Sudrajad (2008: 3) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi kompenen kemampuan kecerdasan atau kemauan, dan tindakan untuk meaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “The deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.
Jadi pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik dalam pembentukan watak dengan cara memberi keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi dan berbagai hal yang terkait lainnya. atau  pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksaanakan  secara sistematis untuk membantu peseerta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa. diri sendir, sesama manusia dan kebangsaan.
2)      Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan merupakan hal pokok menjadi pondasi, landasan atau dasar sekaligus acuan untuk melakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, tujuan menjadi sentral dan urgen. Kaitannya dengan pendidikan karakter juga sudah menjadi keharusan untuk mengetahui tujuan penyelenggaraan pendidikan karakter terlebih dahulu agar pekerjaan kita terarah dan tersistematis sehingga hasilnya dapat maksimal.
Adapun tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu hakekat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 42), tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan  hasil pendidikan disekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh. Sedangkan menurut Dharma Kusuma (2011: 9), pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut:
·         Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
·         Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah
·         Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur   yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.
3)      Jenis-jenis Pendidikan Karakter
Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, sebagai berikut:
·         Pendidikan karakter berbasis nilai religious, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral).
·         Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).
·         Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).
·         Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).
Karakter akan akan terbentuk dari pemahaman hubungan dirinya dengan lingkungan dan Tuhan-Nya. Maka, dalam membentuk karakter anak diupayakan menyentuh aspek-aspek spiritual, emosional dan intelegensinya. Sehingga wajar jika jenis pendidikan karakter adalah berbasis relegiusitas, nilai budaya, lingkungan dan potensi diri. Keempat jenis ini mempunyai satu benang merah dalam membentuk karakter anak.
4)      Pilar-Pilar Pendidikan Karakter
Menurut Abdul Madjid, terdapat beberapa pilar dalam pendidikan karakter, diantaranya:
a.       Moral Knowing
Kesuksesan Pendidikan Karakter sangat bergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan doing dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. di dalam moral knowing, terdapat 6 unsur pokok yang saling berkisanambungan, yakni:
1)      Kesadaran moral (moral awareness)
2)      Pengetahuan tentang nilai-nilai moral ( knowing moral values)
3)      Penentuan sudut pandang (moral reasoning)
4)      Keberanian mengambil dan menentukan sikap (decision making)
5)      pengenalan diri ( self knowledge)
b.      Moral loving atau Moral Feeling
Moral loving merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri, yaitu:
1)      Percaya diri ( Self esteem)
2)      Kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty)
3)      Cinta Kebenaran (Loving the good)
4)      Pengendalian didri (self control)
5)      kerendahan hati (humility)
c.       Moral Doing/ Acting
Bila filsuf barat berkata “cogito ergo sun”, maksudnya “aku ada karena aku berpikir, akan tetapi dalam konsep islam “aku ada karena aku memberikan makna bagi orang lain.
Sedangkan Ruswor Kidder dalam How Good People Make Tough Choices (1995) menyatakan tujuh hal yang harus ada dalam pendidikan karakter, yakni:
·         Empowered, yaitu memperdayakan. Guru harus mampu memberdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri
·         Effective, yaitu proses pendidikan harus dilaksanankan dengan efektif
·         Extended into community, komunitas harus membantu dan mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai
·         Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembbelajaran
·         Engaged, melibatkan komunitas dan menamopilkan topik-topik yang cukup esensial
·         Epistemological, yaitu harus ada koherensi antara cara  berpikir makna etik dengan upaya yang dilakukan untuk membantu siswa menerapokannya secara benar.
Ketiga pilar pendidikan karakter ini harus ada dalam pelaksanaannya, sebab ketiga pilar ini satu sama lainnya saling terkait dalam membentuk karakter anak.
5)      Karakter dasar yang perlu ditanamkan
Ratna Megawangi (2004: 93) menyebutkan bahwa ada sembilan pilar karakter dasar yang penting untuk ditanamkan kepada anak yaitu:
a.       Canta Tuhan dan segenap ciptaannya.
b.      Kemandirian dan tanggung jawab.
c.       Kejujuran/amanah dan bijaksana.
d.      Hormat dan santun.
e.       Dermawan, suka menolong dan gotong royong.
f.       Percya diri, kreatif dan pekerja keras.
g.      Kepemimpinan dan keadilan.
h.      Baik dan rendah hati.
i.        Toleransi, kedamaian dan kesantunan.
Kesembilan karakter tersebut harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin, sehingga dengan pembekalan karakter yang baik, diharapkan kelak anak akan menjadi orang yang berguna untuk sesama, tangguh dan mempunyai jiwa yang kuat dalam menghadapi tantangan di masa mendatang terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini yang telah banyak membawa pengaruh negative bagi anak.
6)      Proses pembentukan karakter
Proses pembentukan karakter harus dimulai sejak anak usia 0-8 tahun. Dengan asumsi bahwa, pada usia tersebut karakter anak masih dapat berubah tergantung dari pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, membentuk karakter anak harus dimulai sedini mungkin, karena berbagai pengalaman pertamanya memiliki pengaruh yang besar. Berbagai pengalaman ini berpengaruh dalam mewujudkan apa apa yang dinamakan dengan pembentukan karakter diri secara utuh (Arismantoro, 2008: 124)
Selanjutnya karakter yang kuat dibentuk penanaman nilai yang menekankan tentang perkara baik dan buruk. Nalai tersebut dibangun melalui penghayatan dan pengalaman, membangkitkan rasa ingin yang sangat kuat dan bukan menyibukkan diri dengan pengetahuan. (Fausil Adhim, 2006: 271)
Dengan demikian, jika sejak kecil anak sudah dibiasakan untuk mengenal karakter positif, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, percaya diri dan empati. Sehingga anak akan merasa kehilangan sesuatu jika tidak melakukan kebiasaan baiknya lagi. Itulah sebabnya dalam proses pembentukan karater diperulukan perhatian yang lebih tentang pendidikan sejak usia dini.
Proses pembentukan karakter tidak boleh berjalan seadanya, namun ada kaidah-kaidah khusus yang harus diperhatikan. Menuru Anis Mata (2006:67) menyebutkan kaidah pembentukan karakter sebagai berikut:
1.      Kaidah kebertahapan, yaitu proses perubahan, perbaikan dan pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Seorang anak tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai dengan yang diinginkan secra tiba-tiba dan instan, namun ada tahapan yang harus dilalui dengan sabar. Orientasi kaidah ini terletak pada prosesnya bukan hasilnya.
2.      Kaidak kesinambungan yaitu perlunya latihan yang dilakukan secara terus menerus walaupun porsi latihannya kecil, asalkan dilakukan secara berkesinambungan. Proses yang demikian dapat membuat rasa dan warna berfikir seseorang yang lama- lama menjadi kebiasaan dan akhirnya akan menjadi karakter anak yang khas dan kuat.
3.      Kaidah momentum yaitu mempergunakan berbagai momentum peristiwa sebagai fungsi pendidikan dan latihan.
4.      Kaidah motivasi intrinstik yaitu karakter anak akan terbentuk dengan kuat dan sempurna jika atas keinginan sendiri dan bukan paksaan orang lain. Hal ini sesuai dengan kiadah umum bahwa mencoba sesuatu akan berbeda hasilnya antara yang dilakukan senidiri dengan yang dilihat atau yang didengar saja.
5.      Kaidah pembimbing yaitu perlunya bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan sendiri. Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa bantuan seorang guru atau pembimbing. Karena kedudukan seorang guru selain berfungsi sebagai pemantau dan mengefaluasi perkembangan anak-anak, guru juga berfungsi sebagai unsur perekat, tempat curhat dan sarana tukar pikiran bagi anak didiknya.
Menurut Ratna Megawangi, dalam Muhammad Ridwan (2008:21) pembentukan karakter harus ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi yaitu:
1.      Knowing the god, artinya anak mengerti perkara baik dan buruk, mengerti tindakan yang harus diambil dan mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Membentuk karakter anak tidak hanya sekedar tahu hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa melakukan hal tersebut.
2.      Feeling The God, artinya anak memiliki kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Pada tahap ini anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dilakukan sehingga jika kecintaan ini sudah tertanam maka hal ini akan menjadi kekuatan yang luar bias adari dalam diri anak untuk melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan negatif.
3.      Acting The God, artinya anak mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya. Pada tahap ini anak dilatih untuk melakukan perbuatan baik, sebab tanpa anak melakukan apa yang sudah diketahui atau yang dirasakan tidak ada artinya.




DAFTAR PUSTAKA

Adhim, Fauzil. 2006. Positive Parenting: Cara-Cara Islami Mengembangkan Karakter Positive pada Anak Anda. Bandung: Mizan.
Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Dharma Kesuma, dkk. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Hidayatullah, Furqan. 2010. Pendidikan Karakter membangun peradaban bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Jamal Ma’mur Asmani.(2012). Buku Panduan Internalisasi: Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press
Khan,Yahya.(2010). Pendidikan Karakter berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pustaka Publishing
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation
Ridwan, Muhammad. 2008. Menyemai Benih Karakter Anak, www.adzzikro.com dalam google.com.
Abdillah, Mujiyono. 2001. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Sistem. Jakarta: Paramadina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...