1.
Biografi Abu Bakar
As Shidiq
Nama asli beliau adalah
Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah bernama Abdul Ka'bah.
Setelah masuk Islam, nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Kuniyahnya Abu
Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan karena ia
adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti
dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq atau yang
tampan, karena ketampanan wajahnya. Sementeara nabi memberikan Abu Bakar gelar
Ash-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan
kisah Isra' Mi'raj nabi ketika banyak penduduk Makkah mengingkarinya.
Abu Bakar lahir pada 572 M
di Makkah, tidak berapa lama setelah nabi Muhammad lahir. Karena kedekatan umur
inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat dengan Nabi. Persahabatan keduanya tak
terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah Islam datang. Bahkan persahabatan
keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah.
Biarpun hidup pada zaman
jahiliyah, berbagai kebaikan telah melekat pada Abu Bakar sejak kecil. Lembut
dalam bertutur kata, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat
bawaannya. Ia juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya. Selain itu Abu
Bakar dikenal cerdas dan berwawan luas.
Abu Bakar adalah seorang
sahabat nabi yang terkenal akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin
yang tertindas di Makkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan hartanya.
Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika
ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf.
Lewat perantara Abu Bakar, Allah memberi pertolongan kepada hambaNya yang teguh
imannya.
Melalui perantara Abu
Bakar pula banyak penduduk Makkah yang menyatakan diri masuk Islam, seperti
Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi
Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah adalah beberapa sahabat yang
masuk Islam atas ajakan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama
Assabiqunal Awwalun.
Setelah masuk Islam, Abu
Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik ketika di Makkah
maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melakukan hijrah ke Yatsrib
(Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di Sunh, daerah di
pinggiran kota Madinah. di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan dengan
seorang dari suku Khazraj yang bernama Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di
rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua orang ini bertambah
erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari
pedagang kain menjadi petani.
2.
Terpilihnya Khalifah
Abu Bakar As Shidiq
Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin
dihadapkan sesuatu problema yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak
meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat.
Suasana wafatnya rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini
karena Mereka sama sekali tidak siap kehilangan
beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang
mereka cintai.
Di tengah kekosongan
pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari
Anshar yang berkumpul di tempat
Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan
musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani
Sa’idah tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat Rasulallah saw , ia
adalah Saad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah
mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin
sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas
memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa
golongan Ansharlah yang telah banyak
menolong nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir
Qusaisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshar. Pada
saat beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu
Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain mengetahui pertemuan
orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan
pada orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani Sa’idah , kaum Anshar nyaris
bersepakat untuk untuk mengangkat dan
membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut
para tokoh Muhajirin juga datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat
dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun,
kaum Muhajirin yang diwakili abu Bakar
menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan
pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum
Muhajirin. Alasan Abu Bakar adalah merekalah yang lebih dulu memeluk Agama
Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi
dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir
Quraisy di Makkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. Golongan Anshar tidak dapat
membantah usulannya. Kaum Anshar menyadari dan
ingat, bagimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari
Makkah mengajak masuk Islam, bukankah diantara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut.
Dan dari sisi kwalitas tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia
terbaik dan yang pantas menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk
memimpin kaum muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang
Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin
Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu
diantara keduannya untuk menjadi khalifah.” Demikian kata Abu Bakar kepada kaum
Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar
merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya.dan keduanya
justru balik menunjuk dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar
mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan
membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah.
Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin
Ubadah.
Lalu pada esok harinya,
baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan
dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya
sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik
diantara kalian. Jika saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran adalah suatu
kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan
Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.” (Achmadi Wahid ; 2008 hal. 39)
Demikianlah, proses
terpilihnya abu bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah.
Lain Abu Bakar lain pula
Umar bin Khatab. Pada Saat Khalifah Abu Bakar merasa dekat dengan ajalnya, Ia
menunjuk Umar Bin Khatab untuk menggantinya, namun sebelum menyampaikan ide dan
gagasannya untuk menunjuk Umar, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat terkemuka
seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Afan, Asid bin Hudhair Al-Anshari, Said
bin Ziad dan Sahabat lain dari golongan muhajirin dan anshar untuk dimintai
penilaian dan pertimbangan dan akhirnya mereka menyetujui.
Setelah Umar bin Khatab
meninggal, Khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Pada waktu Umar hendak
mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang oleh Lu’lu’ah Fairuz dan berhasil
menikam perut Umar Bin Khatab namun tidak langsung meninggal. Pada saat-saat
tersebut, Proses pemilihan terjadi paskah tragedi Shubuh, Umar membentuk Dewan
yang beranggota enam orang sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam,
Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi
Thalib dan dalam sidang yang alot dan waktu yang panjang akhirnya Utsman yang
berusia 70 tahun terpilih untuk mengganti Umar Bin Khatab.
Setelah Utsman meninggal
dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni 656 M. terjadilah kekosongan kekuasaan,
Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah
untuk mengganti Utsman, dan pada awalnya Ali menolak, namun setelah banyaknya
dukungan yang mengalir dan atas desakan banyak sahabat akhirnya Ali menerima
dan dibaiat menjadi Khalifah di Masjid tanggal 24 Juni 656 M. (Drs. H. Achmadi Wahid, MAg, dkk, 2008 :
33-43)
3.
Kebijakan
dan Strategi Abu Bakar
Abu Bakar menjadi khalifah
hanya dua tahun (632 – 634 M), maka
mempunyai beberapa kebijakan dan strategi ketika memimpin negara yaitu :
a.
Pembukuan Al Qur'an
Perang Riddah menimbulkan
banyak kurban, termasuk sebagaian para penghafal Al qur'an . Kenyataan ini
sangat merugikan sekaligus menghawartirkan
Jika semakin banyak penghafal Al qur'an gugur, berakibat Al qur'an bisa
menghilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab agar mencatat semua hafalan Al
Qur'an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al Qur'an dapat
diwariskan kepada generasi mendatang.
Abu Bakar ragu, apakah
harus menerima usulan Umar bin Khatab ataukah menolaknya ? Ia ragu sebab nabi
belum pernah melakukannya. Namun, Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa
pengumpulan Al Qur'an akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al Qur'an sendiri. Akhirnya, Abu Bakar menugaskan Zaid
bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al Qur'an. Zaid ditunjuk karena ia pemuda
yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al Qur'an. Zaid bin Tsabit dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan baik.
b.
Perluasan wilayah
baru (Futuhan)
Keberhasilan dalam perang
Riddah, ancaman dari dalam Jazirah Arab, dapat dikatakan teratasi. Namun
ancaman dari luar sedang bergerak.
Kekuasaan yang dijalankan
pada masa Kholifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat
sentral. Kekuasaan legislatis, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan
khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan
hukum. Meskipun demikian, seperti juga nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya
bermusyawarah.
Ketika Abu Bakar menjabat
sebagai khalifah pertama, ia berusaha mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya
memperluas wilayah kekuasaan Islam ke daerah Syiria. Untuk keperluan tersebut
Abu Bakar menugaskan 4 orang panglima perang, yaitu :
1)
Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di
Damaskus.
2)
Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs
sebagai panglima besarnya.
3)
Amru bin Ash ditugaskan di Palestina.
4)
Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania.
Ketika itu Syiria berada
di bawah kekuasaan Romawi pimpinan Kaisar Heraklius Sebenarnya pengembangan
Islam ke Syiria ini telah dimulai sejak nabi akan wafat, di bawah pimpinan
Usamah bin Zaid. Namun terhenti karena pasukan Islam mendengar berita tentang
wafatnya nabi Muhammad SAW.kemudian ini dilanjutkan kembali pada masa
pemerintahan Abu Bakar. Usaha perluasan ini dipimpin oleh 4 orang panglima dan
diperkuat lagi dengan datngnya pasukan Khalid ibnu Walid yang berjumlah lebih
kurang 1500 orang, juga mendapat bantuan dari Mutsanna ibnu Haritsah. Khalid
ibnu Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di
Irak dan Persia. Karena Abu Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam
menghadapi pasukan Romawi Timur di Syiria, lalu Khalid diperintahkan untuk
membantu pasukan Abu Ubaidah.
Pada waktu berlangsungnya
perang melawan tentara Romawi Timur ini, datang sebuah berita tentang wafatnya
Abu Bakar (13 H/634 M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan abu Bakar
adalah Umar ibnu Khatab. Di
tengah berkecambuknya perang melawan tentara Romawi Timur ini, datang berita
kewafatan Abu Bakar (13H/634 M). selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu
Bakar adalah Umar ibn Khattab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar