Minggu, 15 Maret 2015

KISAH KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW



Para ahli sejarah sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah memuja berhala, hidup ditengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala tidak membuat Nabi Muhammad SAW ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Arab. Nabi Muhammad SAW lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang alam semesta dan pencipta alam beserta segenap isinya. Gua Hira’ adalah tempat dimana beliau berkhalwat hingga menerima wahyu Allah SWT.

A.       Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Di usia 14 pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khatijah, Nabi Muhammad SAW sering menyendiri dan berkhalwat di goa Hira, yaitu goa yang berada di bukit Nur (jabal Nur) yang terletak di dekat Makkah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan khusuk, kadang sampai beberapa hari baru pulang jika bekal sudah habis. Di sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan bermalam-malam. Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadhan, yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam goa Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya. Dan pada yang ketiga kalinya, Jibril berkata kepadanya Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah;  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam;  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al ‘Alaq : 1 – 5)

Setelah itu, Jibrilpun meninggalkannya, dan Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di goa Hira’. Akhirnya beliau pulang ke rumahnya dan menghampiri Khadijah dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya!, selimuti saya!”, maka Khadijah pun menyelimutinya, sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya dan berkata: “Sungguh saya khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”. Setelah tenang Siti Khatijah mengajak Nabi Muhammad SAW untuk menemui saudaranya Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi Muhammad SAW menceriterakan semua yang terjadi, kemudian Waraqah membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata “demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa, baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul, jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”.
Nabi Muhammad SAW telah mendapat wahyu yang pertama dari Allah SWT dan telah mendapat nasehat dari Waraqah bin Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad SAW telah siap menerima wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Pada malam ke-40 barulah wahyu kedua turun, waktu itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba mendengar suara : “ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh Siti Khatijah menyelimutinya, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah ayat Artinya : Hai orang yang berkemul (berselimut);  Bangunlah, lalu berilah peringatan!; Dan Tuhanmu agungkanlah!;   Dan pakaianmu bersihkanlah;  Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS. Al Mudatsir : 1 – 5).
Mulai saat inilah Muhammad telah diangkat oleh Allah SWT menjadi Rasul. Tugas baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah itu wahyu pun turun terus-menerus dan berkelanjutan.Nabi memulai dakwahnya, Khadijah masuk Islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang mulia. Sehingga, ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Kemudian, sebagai balas budi pada pamannya, Abu Thalib yang mengasuh dan menjaganya sejak kepergian ibunda dan kakeknya, Rasulullah memilih Ali dari sekian banyak putranya itu, untuk dididik di sisinya dan ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita kepada teman akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya mereka menyambut dengan baik, di antar mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah dan Abdurrahman bin Auf.
Selanjutnya, Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi (sir) yang beliau lakukan selama tiga tahun. Dikatakan secara sembunyi-sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat, pengikutnya, dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia. Ketika itu Nabi Muhammad SAW mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalu” artinya orang yang pertama kali masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah, namun mereka masih menyembunyikan keIslaman mereka. Karena jika satu saja urusan mereka terungkap, maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dari kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agama Islam.

B.       Dakwah secara terang-terangan
Setelah Rasulullah berdakwah secara rahasia selama tiga tahun, lalu Allah menurunkan ayat Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al Hijr : 94)
Sesudah ayat di atas turun mulailah Nabi Muhammad SAW menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh. Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang-orangpun mengerumuninya. Di antara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tatkala orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai saya?”, mereka menjawab: “Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu bersabda: “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian bahwa di hadapan kalian ada siksa yang maha berat”. Kemudian Rasulullah mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata: “Celakalah kamu!, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?”. Setelah kejadian ini, Allah menurunkan surah  Al-Lahab.
Dan Nabi tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara terang-terangan di tempat-tempat mereka berkumpul, dan mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka’bah. Orang – orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin semakin bertambah, sebagaimana yang dialami yasir dan Sumaiyah yang akhirnya mati syahid, juga Ammar, putra mereka. Bahkan, Sumaiyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan.
Begitu pula siksaan yang ditimpakan Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal kepada Bilal bin Rabah. Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu ketika Umayyah memergokinya, lalu ia pun menimpakan berbagai macam siksaan agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama Islam. Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Makkah dalam keadaan terikat rantai. Setelah tubuhnya ditelentangkan di atas pasir-pasir yang membara, diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan. Namun, Bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad, Ahad, (Yang Maha Esa), hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah.
Diantara hikmah dari berbagai penyiksaan ini, Rasulullah melarang kaum muslimin mengumumkan keIslaman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul bersama mereka dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul bersama mereka secara terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa jadi akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok. Dan sudah diketahui, bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasan kaum muslimin, mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata disini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Lain halnya dengan Rasulullah beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy. Ada beberapa Faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
1.         Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy tidak dapat membenakan mana kenabian dan mana kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada Nabi Muhammad SAW  berarti pada kekuasan Bani Abdul Mutholib.
2.         Adanya kesamaan hak antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa, tradisi sosial bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-kasta, padahal seruan Nabi Muhammad SAW memberikan hak yang sama kepada setiap manusia, karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam.
3.         Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akanhidup kembali sesudah mati.
4.         Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
5.         Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam, kerena dalam agama Islam tidak diperbolehkan menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai salah satu mata pencaharian mereka.

C.       Kaum Muslimin Hijrah ke Negeri Habsyi
Berkenaan dengan siksaan demi siksaan yang terus menerus dilakukan kaum musyrikin kepada orang-orang yang masuk Islam, terutama orang-orang lemah. Mereka sangat menderita karena penderitaan mereka inilah maka Rasulullah meminta para sahabatnya untuk hijrah ke Habsyi demi menyelamatkan agama mereka di sisi raja Najasyi, Rasulullah tahu bahwa Raja Habsyi sangat adil dan tak pernah menganiaya kaum muslimin akan aman disana, terutama keamanan sebagian besar kaum muslimin yang mengkhawatirkan diri dan keluarga mereka dari kaum Quraisy. Dan peristiwa ini tepatnya menjadi pada tahun kelima dari masa kenabian.
Lalu berhijrahlah rombongan pertama  kaum muslimin yang berjumlah kurang lebih 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan  dengan rombongan hijrah kedua keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya, Ruqayah binti Muhammad, Zubeir bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Tholib sebagai pemimpin rombongan dan lain-lain. Orang-orang ini mendapat sambutan yang baik dan penghormatan dari Raja Najasyi.  Namun orang-orang Quraisy berusaha merusak kedudukan mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim utusan dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk raja dan memintanya agar menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka mengatakan kepada raja bahwa kaum muslimin menjelek-jelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala raja Najasyi menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan merekapun menjelaskan pandangan Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka raja mengamankan mereka dan menolak untuk menyerahkan mereka kepada orang-orang Quraisy.     Tidak hanya itu kaum Quraisy juga melakukan blokade ekonomi terhadap kaum muslimin, yang digantungkan di dinding Ka’bah, yang berisi :
1.         Memutuskan hubungan dengan seluruh keluarga Nabi Muhammad SAW dari keturunan Bani Hasyim dan Bani Mutholib.
2.         Dilarang nikah atau dinikah oleh keluarga tersebut
3.         Dilarang berjual-beli dengan keluarga tersebut
Pada tahun yang sama, di Bulan Ramadhan, Nabi keluar ke tanah suci Haram. Di sana telah berkumpul sekelompok besar kaum Quraisy, lalu beliau berdiri di antara mereka. Namun tiba-tiba beliau membaca surat an-Najm, padahal orang-orang kafir belum pernah mendengarkan kalam Allah, mengingat sebelumnya mereka selalu berwasiat agar tidak mendengar ucapan Rasulullah sedikitpun. Ketika beliau mengejutkan mereka dengan surat ini, dan mengetuk telinga mereka dengan kalam Ilahi yang sangat menarik ini satu persatu dari mereka tetap ditempatnya mendengarkan kalam Ilahi tersebut. Di hati mereka tidak terlintas apapun selain kalam Ilahi ini, sampai ketika beliau membaca ayat Artinya : “Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (QS. Al Jumu’ah : 62)

merekapun bersujud. Setiap orang tidak dapat menguasai dirinya untuk tidak tersungkur bersujud. Dari sini, maka berdatangan celaan yang terus-menerus dari setiap orang musyrik yang tidak menyaksikan peristiwa tersebut. Ketika itu, mereka mendustakan Rasulullah dan berkata bahwa beliau telah memuji berhala-berhala mereka. Mereka juga berkata bahwa syafaat berhala-berhala tersebut sangat diharapkan. Mereka melakukan kebohongan besar ini sebagai alasan dari tindakan sujud mereka tadi.

D.       Hamzah dan Umar bin Khathab Masuk Islam
Pada waktu Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah Islam kepada kaum Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh Quraisy yang masuk Islam mereka adalah Hamzah bin Abdul Mutholib dan Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh Quraisy ini merupakan kekuatan besar bagi kaum muslimin dan harapan akanadanya kemenangan semakin bertambah. Umar bin Khathab telah dijulukinya Rasulullah dengan al-Faruq, karena Allah telah memisahkan antara yang haq dan yang bathil karenanya. Beberapa hari setelah keIslamannya, Umar berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata: “Kalau begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah itu, Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqom membentuk dua barisan. Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lainnya dipimpinn Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Makkah dalam gerakan yang menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan sekaligus memulai dakwah secara terang-terangan.
Secara terus-menerus, kaum Quraisy berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun, semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka terhadap agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis sebuah lembaran (perjanjian) yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digantung di Ka’bah untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo ini berlaku di semua aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, tolong-menolong, dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Makkah menuju ke salah satu celah gunung di Makkah yang bernama celah gunung Abu Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka merasakan kelaparan dan berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di antara mereka menyumbang sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang semua hartanya. Wabah penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian sebagian mereka. Namun demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun. Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecuali satu sisi kecil yang diatasnya tertulis lafadz bismika allahumma (dengan menyebut nama-Mu, ya Allah). Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin beserta Bani Hasyim kembali ke kota Makkah. Namun kaum Quraisy tetap pada sikap mereka yang bengis dalam memerangi kaum muslimin.

E.       Amul Huzni AtauTahun Duka Cita
Dakwah Nabi Muhammad SAW telah berlangsung lebih kurang 10 tahun, beliau kehilangan dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melaksanakan tugasnya menyiarkan agama Islam, yaitu Abu Tholib pamannya dan Siti Khatijah isterinya.  Abu Tholib menjadi perisai yang melindungi dan memelihara Nabi Muhammad SAW dengan segala kekuatan dan ketabahan hati yang dimilikinya. Penyakit keras telah menjulur ke seluruh tubuh Abu Thalib, dan ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tak lama kemudian ia menderita sakaratul maut. Ketika itu Rasulullah berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau mengucapkan kalimat la ilaha illallah sebelum kematiannya. Namun teman-teman buruknya yang juga berada di sisinya, termasuk tokoh mereka Abu Jahal, mencegahnya dengan berkata kepadanya: “Jangan tinggalkan agama leluhurmu”. Akhirnya iapun meninggal dalam keadaan musyrik. Maka kesedihan Rasulullah atasnya semakin berlipat ganda karena beliau telah ditinggalkannya sebelum pamannya memeluk agama Islam. Namun pantas untuk dicatat saat Abu Tholib sakaratul maut beluai mengucap “ aku telah yakin bahwa agama Muhammad adalah agama yang paling baik “ beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan bahwa Abu Tholib telah menganut agama Islam dengan tidak memperlihatkan secara terus terang.
Dan lima minggu kemudian setelah kematian Abu Thalib, Siti Khadijah meninggal dunia. Selama 25 tahun Siti Khatijah menemani Nabi Muhammad SAW, Khatijah menjadi mendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah, sehingga Rasulullah semakin merasakan duka yang sangat pedih . Sementara itu cobaan yang ditimpakan oleh kaumnya kepada beliau setelah kematian Abu Thalib dan isterinya, Khadijah, justru semakin berat. Dengan meningglnya dua orang ini kaum Quraisy semakin menekan Nabi Muhammad SAW dengan menyakitinya secara fisik, menghina dan melecehkan Rasulullah.

F.        Hijrah ke Thaif
Puncak dari sikap permusuhan kaum Quraisy semakin kritis. Dalam kondisi ini timbul keinginan dari Nabi Muhammad SAW untuk berlindung ke, dengan harapan masyarakat Thaif berkenan mendengan dakwah Islam. Dan perjalanan ke Thaif ini sebenarnya tidaklah mudah, mengingat sulitnya jalan yang disebabkan gunung-gunung yang tinggi yang mengelilinginya Akhirnya Beliau sampai di Thaif  bersama Zaid bin Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi mudah bila berada di jalan Allah. Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi menyampaikan seruan tauhid meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam, akan tetapi penduduk Thaif justru banyak yang menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk.
Mereka menyuruh anak-anak kecil untuk melempari beliau dengan batu, sehingga kedua tumit beliau berdarah. Akhirnya, beliau kembali melalui jalan semula menuju Makkah dalam keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril bersama malaikat gunung menghampirinya. Jibril memanggil beliau dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengutus kepadamu malaikat gunung untuk kamu suruh sesuai keinginanmu”. Setelah itu malaikat gunung berkata: “Hai Muhammad, jika kamu mau, aku akan meruntuhkan kedua benda keras ini (maksudnya, dua gunung yang mengelilingi Makkah) di atas mereka”. Nabi menjawab: “Justru saya mengharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Diantara beberapa debat yang dilancarkan kaum musyrikin terhadap Rasulullah adalah mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya dengan tujuan menundukkan beliau, dan hal ini terjadi berulang kali. Pernah suatu kali, mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohon kepada Allah, untuk kemudian memperlihatkan kepada mereka. Kaum Quraisy menyaksikan mukjizat ini untuk waktu yang lama, tapi mereka tetap saja tidak beriman. Bahkan, mereka mengatakan: “Muhammad telah bermain sihir di hadapan kami”. Lalu seseorang berkata: “Kalaupun toh Muhammad mampu menyihir kalian, namun ia tidak akan mampu menyihir semua orang. Oleh karena itu, mari kita tunggu orang-orang yang sedang bepergian”. Tak lama kemudian, orang-orang yang sedang bepergian itu datang dan kaum Quraisy menanyai mereka. Lalu mereka pun menjawab: “Benar kami telah melihatnya”. Namun demikian kaum Quraisy tetap saja pada kekafiran mereka. Peristiwa terbelahnya bulan ini, seakan-akan sebagai pembuka bagi sesuatu yang lebih besar darinya, yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj.

G.      Isra’ Mi’raj
Kata “Isra” artinya perjalanan malam, menurut istilah Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha . ‘Mi’raj” berrati naik atau menuju keatas, menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy ( sidrotul munthaha ) untuk menghadap Allah SWT.  Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah SWT untuk Nabi yang mulia ini. Pada malam kedua puluh tujuh Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang agung.
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril  yang pertama menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di lima tempa :
1.         Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah al Munawarah.
2.         Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika dikejar tentara Fir’aun.
3.         Thursina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat
4.         Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as
5.         Masjidil Aqsha di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut.
Pada setiap persinggahan Nabi Muhammad SAW selalu melakukan shalat dua rakaat. Nabi Muhammad SAW juga disuguhi dua buah gelas yang berisi susu dan arak, Nabi Muhammad SAW mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah memilik yang baik bagi dirinya dan umatnya.
Setelah menjadi imam shalat Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju Sidratul munthaha untuk menghadap Allah SWT. Dalam perjalanan menuju sidrotul munthaha Nabi Muhammad SAW dan Malikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu :
1.         Langit pertama, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam
2.         Langit kedua, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Ishaq
3.         Langit ketiga, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf
4.         Langit keempat, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris
5.         Langit kelima, Rasulullah SAW bertemu dengan Harun
6.         Langit keenam, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa
7.         Langit ketujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim
Setelah melewati tujuh lapis langit tersebut Rasulullah SAW diajak ke Baitul Makmur tempat para melaksanakan thawaf. Kemudian Rasulullah SAW naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut serta.
Nabi Muhammad SAW bertemu Allah SWT, dalam pertemuan tersebut Allha SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shlat sebanyak lim puluh waktu.ketika hendak turun nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang telah diperintahkan Allha SWT kepada Nabi Muhammad SAW, nabi Musa menyuruh Rasulullah SAW untuk kembali menghadap Allah SWT untuk memohon keringanan perintah shalat, Allah SWT memberi keringanan kepada nabi Muhammad SAW menjadi lia (5) waktu untuk setiap harinya. Dan Allah SWT menjanjikan pahala yang sama bagi umat nabi Muhammad SAW seperti melaksanakan shalat 50 waktu.

H.      Tamsil dan Hikmah Isra’ Mi’raj
1.         Tamsil Isra’
a.         Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memotong padi (panen)  terus menerus, beliau bertanya kepada Jibril, siapakah mereka itu ? Jibril menjawab; mereka itu adalah umatmu yang gemar beramal jariah yang kemudian mereka terus menerus memetik pahalanya dari Allah SWT
b.        Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memukul kepalanya terus menerus, lantas beliau bertanya pada Jibril ”siapakah mereka itu ya Jibril ?. dijawabnya mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang kelak sangat menyesal dengan memukul kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit olehnya
c.         Nabi Muhammad SAW melihat kuburan yang sangat harum baunya, lalu beliau bertanya ”apakah itu ya Jibril ? jawabnya, itu kuburan Masithoh dan anaknya. Dia mati karena disiksa dengan digodok oleh Fir’aun kareba ia mempertahankan imannya kepada Allah SWT
d.        Nabi Muhammad SAW melihat orang yang dihadapannya ada dua buah hidangan, sebelah kanannya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk,orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Rasulullah bertanya : ”Ya, Jibril siapakah mereka itu ?”. Jibril menjawab : ”Ya, Rasulullah,itu bagaikan umatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal baik dan berpahala”.
2.         Tamsil Mi’raj
Nabi Muhammad SAW melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok dan melihat ke kirimerasa sedih dan menangis tersedu sedu, tetapi bila menengok dan melihat ke kanan dia berseri seri gembira dan tersenyum senyum. Nabi bertanya : Siapakah orang itu, ya Jibril?”, jawab Jibril :”Ya Rasulullah dia itu bapakmu yang pertama yaitu nabi Adam AS. Bila beliau melihat ke kiri sedih, karena melihat anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak cucunya di dunia yang berbuat baik dan beramal shaleh”.
3.         Hikmah Isra’ Mi’raj
Isra’ Mi’raj mempunyai hikmah diantaranya yaitu sebagai berikut :
a.         Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad SAW yang disebabkan oleh pembelanya yang utama yaitu, pamannya Abu Thalib dan isterinya siti Khadijah. Allah SWT ingin meyakinkan utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat dikalahkan oleh siapapun.
b.        Allah SWT hendak memperlihatkan ke-Maha KuasaNya kepada Nabi Muhammad SAW agar ia tetap yakin bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam menghadapi musuh musuh yang menghalangi dan membendung dakwah islam.
c.         Allah SWT mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad SAW dengan para Nabi dan Rasul terdahulu agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
d.        Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW bekas bekas kejayaan bangsa bangsa terdahulu yang hancur karena kedurhakaannya kepada Allah SWT dan RasulNya.
e.         Menguji para pengikut Nabi Muhammad SAW apakah mereka itu beriman kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran mereka belum dapat mengerti dan memahami kejadian tersebut.
f.         Nabi Muhammad SAW dapat bertemu langsung kepada Allah SWT.
g.        Allah SWT Menyampaikan perintah melakukan sholat lima waktu kepada Nabi dan umatNya.

I.         Perbedaan Ke-Rasulan Muhammad Dengan Rasul-Rasul Sebelumnya.
Perbedaan pokok antara ke Rosulan Muhammad dengan Rosul-rosul yang lain dapat disimpulan atas lima hal ialah :
1.         Rosulullah Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia, sedangkan Rosul-Rosul lain hanya untuk kaumnya saja.
2.         Muhammad diutus Rosulullah untuk memperbaiki dan menyempurnakan aqidah dan akhlaq seluruh umat manusia di dunia. Hal ini disebabkan karena Muhammad sebagai Rosul yang terakhir penutup dari Rosul-rosul sebelumnya.
3.         Rosul-Rosul sebelumnya oleh Allah diutus hanya untuk memperbaiki aqidah dan akhlaq kaumnya saja, seperti Nabi Musa untuk kaum Luth, Nabi Ibrahim untuk bangsa Ibrani dan Nabi Isa untuk bangsa Israil.
4.         Pengajaran yang dibawa Muhammad berlaku untuk sepanjang masa sampai hari Kiamat, sedangkan pengajaran Rosul-Rosul sebelum Muhammad hanya berlaku pada saat tertentu saja.
5.         Muhammad sebagai Rosulullah dilengkapi dengan sifat dan akhlaq yang mulia sehingga menjadi contoh tauladan bagi kehidupan manusia.
6.         Sejak sebelum Muhammad diangkat sebagai Rosulullah beliau telah dilengkapi Allah dengan sifat-sifat yang mulia yang diperlukan bagi seorang pemimpin manusia.
7.         Semua sifat baik dan mulia terkumpul dalam diri Muhammad, sehingga beliau disebut sebagai “Uswatun Hasanah” karena memiliki akhlaq yang besar.
8.         “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.”
9.         “Dan sesungguhnya Kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
10.     Muhammad telah memberikan contoh tauladan yang paling sempurnabagi manusia dalam segala kehidupan dan berlaku sepanjang masa.
11.     Keagungan dan kemuliaan akhlaq Muhammad didasarkan kepada ajaran-jaran Allah yang dibawanya.
12.     Kepada manusia dijelaskan bahwa kebahagiaan hidup seorang tergantung kepada usaha sendiri, oleh karena itu hendaknya manusia berusaha mencari kebahagiaan di dunia seolah akan hidup selamanya dan emncapai kebahagiaan akhirat seolah akan mati besok. Hendaklah dipakai akal pikiran untuk menerima sesuatu dan berusaha mencari ilmu setinggi-tingginya agar dapat mengetahui rahasia alam semesta ciptaan Allah.
13.     Muhammad dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan tertentu sehingga sanggup menjadi pemimpin masyarakat, dan negara.
14.     Berdasarkan ajaran-ajaran Allah yang diterima, dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki, Rosulullah telah dapat menegakkan pokok-pokok dasar susunan masyarakat yang lengkap baik dalam segi soaial, politik, ekonomi kenegaraan maupun dalam segi agama dan kehidupan beragama.
15.     Bangsa Arab yangsemula hidup dalam alam kejahilan telah diubah menjadi bangsa yang maju dan disenangi bangsa lain, bangsa yangs emula hina dan tidak dikenal menjadi umat yang terhina ke seluruh dunia. Umat yang semula pecah-pecah dan senantiasa berperang, menjadi umat yang kokoh kuat persatuannya dalam ikatan persaudaraan seagama yang erat.
16.     Muhammad telah memanfaatkan kekuatan-kekuatan batinnya untuk mengantar manusia hidup dalam kebahagiaan yaitu : ilmu yang dalam dan luas, kemauan yang kuat tiada mengenal putus asa, serta perikemanusiaan dan kesusilaan yang agung dan tinggi.
17.     Muhammad menyampaikan ajaran-ajaran yang lengkap dan sempurna dalam segi agama dan kehidupan sosial.
18.     Dalam bidang agama telah diajarkan tiga pokok tiang agama yaitu aqidah, akhlaq dan amal sholeh/kemasyarakatan.
Sesuai dengan kondisi masyarakat dan perintah Allah, maka Rosulullah menggunakan taktik dan strategi da’wah melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1.         Tahap sembunyi-sembunyi
Pada permulaan da’wahnya Rosulullah mempergunakan sistem sembunyi-sembunyi, sebab ketika itu pengikutnya baru beberapa orang, sedang keimanan dan keislaman mereka baru dalam tahap permulaan atau tahap dasar.
Materi da’wah baru dalam tahap dasar pula dalam bidang akidah dan akhlaq meliputi : Meng-Esakan Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati, menguatkan persatuan dan meleburkan kepentingan jamaah. Kepada musuh-musuh Islam Rosulullah menghindari dari permusuhan dan pertentangan fisik.
Tahap sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga tahun semenjak ke-Rosulan Muhammad. Pengikutnya baru beberapa kaum kerabat Rosulullah, pemuka-pemuka Quraisy, dan beberapa orang bekas hamba sahaya yang dimerdekakan. Semuanya berjumlah 40 orang laki-laki dan wanita.
Merekalah yang menjadi tulang punggung penegak Islam, sebagai pelopor dan penganjur Islam yang disebut ”As Sabiqunal Awwalun.”
2.         Tahap terang-terangan
Pada tahun kempat setelah turun wahyu pertama Rosulullah mulai menyampaikan da’wahnya secara terang-terangan. Tahap ini dimulai setelah turun wahyu yang memerintahkan untuk berda’wah secara terang-terangan dan menyatakan kebenaran ajaran Islam, serta meninggalkan kemusyrikan, yaitu penyembahan berhala. Artinya : ”Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepada-mu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al Hijr : 94)
Setelah wahyu itu turun Rosulullah mengundang semua golongan kaum Quraisy untuk mendengarkan da’wahnya di etngah padang di kaki bukit Safa. Tiap kaum dari  suku Quraisy hadir beserta tokoh-tokohnya termasuk Abu Lahab paman Rasulullah.
Kemudian Rosulullah mengajak memasuki agama Allah dan meninggalkan agama berhala. Mendengar ajakan ini maka kaum Quraisy bersikap sinis dan bahkan mencemoohkan Rosulullah dengan ucapan-ucapan keji.
Pada saat lain di suatu pertemuan keluarga Bani Hasyim Rosulullah menunjukkan tentang kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Rosulullah kembali dicemooh oleh Abu Lahab, dan hanya Ali bin Abi Thalib yang bersedia menolong Rosulullah.
Sejak saat itulah timbul rasa kurang senang dan benci dalam hati kaum Quraisy kepada Rosulullah dan mulailah mereka berusaha untuk menghalangi dan merintangi da’wah Rosulullah.
Tahap terang-terangan ini berlangsung terus selama ke-Rosulan Muhammad sampai wafatnya, sehingga Islam berkembang luas di seluruh jazirah Arab dan negeri-negeri sekitarnya.
3.         Hambatan-hambatan yang dialami
Sebelum Muhammad menjadi Rosulullah ia sangat dicintai kaumnya karena kejujuran dan kehalusan budi pekertinya. Akan tetapi setelah Muhammad diangkat menjadi Rasul dan menyeru mereka kepada agama Allah beliaupun dibenci dan dimusuhi kaum Quraisy.
Tindakan-tindakan kaum Quraisy yang menghambat dan menghalangi da’wah Rosulullah itu antara lain :
a.         Penghinaan dan siksaan terhadap Rosulullah; Rosulullah dihina sebagai orang gila, tukang sihir, anak celaka, dan lain-lain sebutan penghinan. Pernah dilempari kotoran domba, rumahnya dilempari sampah dan kotoran, di depan pintu rumahnya diletakkan duri yang tajam dan tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.
b.        Ancaman dan siksaan kepada para pengikut Rosulullah; Bilal seorang bekas hamba yang mausk Islam dijemur di panas terik matahari sambil dilempar batu, ayah dan ibu Ammar bin Yasir dibunuh dan ditusuk jantungnya oleh Abu Jahal, Zanirah dicungkil matanya sampai buta, Chibab terbelah dua badannya lantaran diseret dua ekor unta yang berlawanan arah.
c.         Bujukan harta, kedudukan dan wanita ; Utbah bin Rabi’ah diutus kaum Quraisy membujuk Rosulullah dengan harta seberapa dia minta, mereka bersedia menjadikan Rosulullah sebagai kepala atua raja, atau menyediakan wanita tercantik di seluruh Arab, asalkan Rosulullah menghentikan kegiatannya menyiarkan agama Islam. Usaha-usaha kaum Quraisy yang lain berupa : permintaan berganti-ganti menyembah Tuhan dan berhala, mengancam Abu Thalib paman Rosul, meminta Muhammad ditukar dengan pemuda lain, melarang orang Quraisy mendengar Al Qur’an.
d.        Kaum Quraisy mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthalib serta Kaum Quraisy dilarang menikah, berjual beli, membantu dan menolong keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Pelanggar ketentuan tersebut diancam hukuman berat. Pengasingan ini tidakdicabut sebelum Muhammad diserahkan kepada kaum Quraisy. Akibatnya banyak pengikut Rosulullah yang menderita kelaparan. Di antara hal-hal yang menyebabkan kaum Quraisy menghalangi da’wah Rosulullah adalah sebagai  berikut :
1)        Mereka khawatir akan kehilangan kekuasaannya sebagai penguasa kota Makkah dan bangsa Arab. Dengan hilangnya kekuasaan mereka lenyap pulalah pengaruh mereka yang sangat besar di kalangan bangsa Arab.
2)        Mereka tidak menyetujui penghapusan diskriminasi sosial, yang mempersamakan bangsawan dengan rakyat jelata dan hamba sahaya.
3)        Mereka takut adanya pembalasan pada hari Kiamat, karena perbuatan-perbuatan semena-mena selama ini akan dibalas pada Hari Akhir nanti.
4)        Mereka tidak mau meninggalkan adat dan tradisi nenek moyangnya seperti berjudi, minum-minuman keras, dan kebisaaan-kebisaaan buruk lainnya.
5)        Mereka tidak mau kehilangan mata pencaharian dari penjualan arca-arca dan berhala. Dengan tiadanya arca-arca Ka’bah, habis pulalah pengunjung Ka’bah yang datang dari seluruh negeri Arab,dan habis pulalah penghasilan kaum Quraisy sebagai penguasa Ka’bah.
Hal-hal di atas itulah yang menjadikan kaum Quraisy berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk menghentikan kegiatan da’wah Muhammad.
4.         Pertumbuhan Islam pada periode Makkah.
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa pada periode permulaan di Makkah telah beriman sekitar 40 orang dari penduduk Makkah yang mula-mula beriman yaitu sebagai berikut :
a.         Dari keluarga dekat dan sahabat Rosulullah yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakar.
b.        Dari pemuda-pemuda Quraisy sejumlah 15 orang, diantaranya Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubeir biN Awwan, Thalhah bin Ubaidillah, Ubaidah bin Harits dan Ja’far bin Abi Thalib.
c.         Dari bekas hamba sahaya antara lain : Bilal, Amar, Zanirah dan Khibab.
d.        Dari pahlawan-pahlawan Quraisy yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
e.         Dari lain-lain : Ummu Habibah anak Abu Sufyan, Rukaiyah putra Rosulullah, Fathimah dan suaminya. Sa’id bin Zaid, Na’im bin Abdillah dan lain-lain.
Wahyu yang disampaikan oleh Rosulullah menjadi penggerak untuk menegakkan kebudayaan Islam. Ayat 1-5 Surat Al Alaq mendorong muslimin menuntut ilmu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuan itu mereka mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Islam mengenai aqidah, syariah dan akhlak. Dan dari keindahan ushub dan bahasa serta isi dari ayat-ayat Al Qur’an inilah, maka bangsa Arab sangat tertarik dan terpesona, sehingga seorang demi seorang menyatakan diri mengikuti ajaran Islam.
Pada periode Makkah pertumbuhan Islam baru dalam tahap pengumpulan pengikut dan pemantapan aqidah dan akhlaq kaum muslim. Perluasan daerah kekuasaan Islam belum dapat dilaksanakan. Pada periode ini justru Rosulullah menghindar diri dari permusuhan dan pertentangan dengan kaum Quraisy.

3 komentar:

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...