Rabu, 25 Februari 2015

Sebab-Sebab Kemunduran Dan Kehancuran Islam Di Spanyol



Sudah merupakan hukum alam bahwa suatu negara akan tumbuh, dan berkembang kemudian mencapai puncak kejayaan. Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara perlahan akan mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Teori perkembangan yang tak dapat dielakkan oleh manusia karena sudah merupakan hukum alam. Demikian pula halnya dengan Spanyol yang dikuasai oleh Islam. Setelah Islam memperoleh kejayaan selama lebih kurang 7 abad, terjadi kemunduran yang membawa kepada kehancuran. Banyak faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan kemudian hancur. Adapun faktor-faktor yang kemunduran dan kehancuran tersebut antara lain adalah:
1.      Terjadinya Pemberontakan
Terjadi beberapa peristiwa dan pemberontakan dan keharusan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu yang merasa tidak puas, tidak senang, dan cemburu terhadap khalifah yang berkuasa. Pada zaman khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, Abdullah dan sulaiman. Mereka mempermaklumkan kemerdekaan dan memobilisasi kesatuan-kesatuan mereka di Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Hisyam yang terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M. Disamping itu, terdapat pula pemberontakanyang dilakukan oleh kaum Yamaniah di Tertosa yang dipimpin oleh Said Ibnu Husain, tetapi mereka dapat dikalahkan. Pada zaman Khalifah Abdurrahman (756-788 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Berber, Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol yang meminta bantuan kepada pejuang Kristen Prancis bernama Charles, dan mereka dapat dikalahkan oleh tentara Abdurrahman.
Pada zaman khalifah Hakam (796-822) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kaum faqih yang berambisi memperoleh kedudukan, mereka menghasut dan mencela hakam sebagai orang yang tidak beragama, dengan pidato-pidatonya mereka membakar kefanatikan orang-orang muslim Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan mendapat serangan dari Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih hidup ketika dikalahkan oleh Hisyam, mereka meminta bantuan kepada Raja Franka, Charlemagne di Aix la Chapella. Akan tetapi mereka dapat dikalahkan, dan Sulaiman gugur dalam pertempuran, adapun Abdullah diampuni setelah ia menyerah. (Mahmudunnasir, 290) Setelah itu terjadi pula pemberontakan penduduk Taledo, yang akhirnya mereka dibantai dan mayatnya dibuang kedalam parit.
Banyak sekali pemberontakan-pemberontakan yang muncul pada zaman khalifah-khalifah selanjutnya, yang pada akhirnya pemberontakan tersebut dapat diatasi. Sekalipun demikian hal ini merupakan faktor yang menyebabkan lemah dan mundurnya Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.

2.      Perubahan Struktur Politis
Di zaman Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru berusia 11 tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya masih sangat muda, Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas pemerintahan. (Mahmudunnasir, 1991:308). Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan.
Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia amengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah. la dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di Spanyol, sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan Hisam II tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan bahwa peranan khalifah sangat lemah dalam memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan atas dasar kemampuan yang dimilikinya melainkan atas dasar warisan turun menurun. Hisam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol.
AI-Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkwalitas dalam memegang jabatannya sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009 M, yang kemudian dipulihkan kembali tahtanya pada tahun berikutnya.
Sejak itu sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota Umayyah lainnya serta tiga orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah sementara. Dalam masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali pertukaran khalifah, tiga orang di antaranya dua kali maenduduki jabatan khalifah pada priode tersebut. Pada tahun 1031 M khilafah dihapuskan oleh orang-orang Cordova. (Hitti, 1970: 218).

3.      Munculnya Raja-raja Kecil
Timbulnya Perpecahan Dinasti Umayyah di Spanyol ditandai dengan munculnya raja-raja kecil, di antaranya Dinasti Abbadi. Dinasti Murabit, Dinasti Mmuwahhid, dan Dinasti Bani Nasr. (Nasution, 1985, 78). Mereka saling beperang dan mengadakan aliansi baik dengan penguasa Muslim atau dengan penguasa Kristen (Aragon dan Castille) yang dulu tidak dihancurkan oleh Musa Ibnu Nusair di zaman Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh orang-orang Kristen, munculnya dinasti-dinasti kecil ini, yang menurut W. Montgomery watt, berjumlah sekitar tiga puluh negara kecil disebabkan penghapusan khilafah.

4.      Adanya Permintaan Bantuan terhadap Kekuasaan Luar.
Munculnya Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang ke Spanyol atas permintaan al-Mu'tamin untuk membantu untuk melawan Al-fonso, Raja castille. Dengan bantuan ini al-Mu'tamin, Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI. Tetapi, sayangnya dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun kemudian Ibnu Tasyfin datang ke Spanyol, dan dalam waktu yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol seluruhnya, karena perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit pada tahun 1090 M-1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin tersebut timbul perpecahan antara muslim Spanyol dan Muslim Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-nyiakan permintaan bantuan orang-orang Arab, mereka datang menyerbu Spanyol dan dengan mudah mereka dapat menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah Dinasti Muwahhidin di Spanyol.

5.      Melemahnya Kekuatan Militer dan Ekonomi
Disintegrasi politik yang terjadi pada waktu itu menyebabkan lemahnya kekuatan militer dan ekonomi, sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan penting dalam mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen rupanya tahu tentang keadaan umat Islam yang sudah oyong itu. Oleh karena itu, pangeran-pangeran Kristen di Utara memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum Muslimin yang telah berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula pada abad ke-10 membayar upeti kepada orang Islam, tetapi menjelang pertengahan abad ke-II mereka dengan leluasa menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil Islam.
Perbatasan kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah Selatan. Peristiwa terpenting adalah tahun 1085 ketika penguasa Teledo yang lemah tidak mampu menahan tekanan raja Castille sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya. Teledo memiliki pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya oleh sungai Tagus, dan tidak pernah dapat direbut kembali oleh orang-arang Islam.

6.      Munculnya Kekuatan Kristen di Spanyol
Bersatunya dua kerajaan Kristen, Lean dan Castille pada tahun 1230 M, telah meningkatkan usaha perebutan kekuasaan terhadap kekuasaan Islam di Spanyol semakin efektif. Tahun 1236 M. Cordova dapat direbut, dan tahun 1248 M. Seville jatuh pula ke tangan orang-orang Kristen. Pada waktu yang bersamaan tentara Castille semakin kuat, dan satu persatu kota-kota kekuasaan Islam dapat dikuasainya. Kota Malaga pun jatuh satu tahun kemudian. Kemudian, orang-orang Kristen merencanakan untuk mengambil alih kosta Granada yang masih bertahan. Penaklukan Granada ini tertunda disebabkan oleh terjadinya perselisihan antara Castille dengan Aragon. Namun, perselisihan tersebut tidak berlangsung lama, karena hubungan mereka membaik setelah Ferdinand II dari Arragon menikah dengan Isabella dari Castille pada tahun 1469 M. Pada tahun 1490 M, Ferdinand membawa pasukan berkuda lebih kurang 10.000 orang, dan menyerbu Granada sampai la memperoleh kemenagan. Dengan jatuhnya Granada, maka hancurlah kekuasaan Islam di Spanyol dan negeri itu kembali dikuasai oleh Kristen. (Hitti, 1970: 555).
Pada tahun 1499 M, Cardinal Ximenes de Cismero melarang beredarnya buku-buku Islam dan ia membakarnya, bahkan pada tahun 1556 M, Philip II membuat undang-undang bagi orang-orang Islam yang tinggal di Spanyol untuk meninggalkan kepercayaan, adat istiadat, bahasa, dan pandangan hidup mereka. Hanya ada dua pilihan bagi orang-orang Islam, masuk agama Kristen atau meninggalkan Spanyol. Undang-Undang tersebut di pertegas oleh Philip III, banyak orang Islam yang dibunuh atas perintah raja Philip III. Nampaknya, kekejaman yang dilakukan itu merupakan cara untuk melenyapkan Islam sampai ke akar-akarnya.

2 komentar:

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...