Sudah merupakan hukum
alam bahwa suatu negara akan tumbuh, dan berkembang kemudian mencapai puncak
kejayaan. Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara perlahan akan mengalami
kemunduran dan akhirnya hancur. Teori perkembangan yang tak dapat dielakkan oleh
manusia karena sudah merupakan hukum alam. Demikian pula halnya dengan Spanyol
yang dikuasai oleh Islam. Setelah Islam memperoleh kejayaan selama lebih kurang
7 abad, terjadi kemunduran yang membawa kepada kehancuran. Banyak faktor yang
menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan kemudian hancur.
Adapun faktor-faktor yang kemunduran dan kehancuran tersebut antara lain
adalah:
1.
Terjadinya Pemberontakan
Terjadi
beberapa peristiwa dan pemberontakan dan keharusan yang dilakukan oleh
golongan-golongan tertentu yang merasa tidak puas, tidak senang, dan cemburu
terhadap khalifah yang berkuasa. Pada zaman khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, Abdullah dan
sulaiman. Mereka mempermaklumkan kemerdekaan dan memobilisasi kesatuan-kesatuan
mereka di Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Hisyam yang
terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M. Disamping itu, terdapat pula
pemberontakanyang dilakukan oleh kaum Yamaniah di Tertosa yang dipimpin oleh
Said Ibnu Husain, tetapi mereka dapat dikalahkan. Pada zaman Khalifah
Abdurrahman (756-788 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Berber,
Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol yang meminta bantuan kepada
pejuang Kristen Prancis bernama Charles, dan mereka dapat dikalahkan oleh
tentara Abdurrahman.
Pada
zaman khalifah Hakam (796-822) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kaum
faqih yang berambisi memperoleh kedudukan, mereka menghasut dan mencela hakam
sebagai orang yang tidak beragama, dengan pidato-pidatonya mereka membakar
kefanatikan orang-orang muslim Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan
mendapat serangan dari Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih hidup
ketika dikalahkan oleh Hisyam, mereka meminta bantuan kepada Raja Franka,
Charlemagne di Aix la Chapella. Akan tetapi mereka dapat dikalahkan, dan
Sulaiman gugur dalam pertempuran, adapun Abdullah diampuni setelah ia menyerah.
(Mahmudunnasir, 290) Setelah itu terjadi pula pemberontakan penduduk Taledo,
yang akhirnya mereka dibantai dan mayatnya dibuang kedalam parit.
Banyak
sekali pemberontakan-pemberontakan yang muncul pada zaman khalifah-khalifah
selanjutnya, yang pada akhirnya pemberontakan tersebut dapat diatasi. Sekalipun
demikian hal ini merupakan faktor yang menyebabkan lemah dan mundurnya Dinasti
Bani Umayyah di Spanyol.
2.
Perubahan Struktur Politis
Di
zaman Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II
baru berusia 11 tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya masih sangat
muda, Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama
muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas pemerintahan. (Mahmudunnasir,
1991:308). Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para pembesar istana dalam merebut
pengaruh dan kekuasaan.
Menjelang
tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius menjadikan dirinya sebagai
penguasa diktator. Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan
rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang
setia dan kuat, ia amengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang
berhasil menetapkan keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada
tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur
Billah. la dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di Spanyol, sekalipun ia
hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan Hisam II tidak ubahnya
seperti boneka, hal ini menunjukkan bahwa peranan khalifah sangat lemah dalam
memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan
bahwa khalifah dipilih bukan atas dasar kemampuan yang dimilikinya melainkan
atas dasar warisan turun menurun. Hisam II memang bukan orang yang cakap untuk
mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat
membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam
kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun
1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun masih dapat mempertahankan kekuasaan
Islam di Spanyol.
AI-Muzaffar
kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkwalitas
dalam memegang jabatannya sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan
dari tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada orang atau
kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di seluruh negara. Akhirnya
Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009 M, yang kemudian dipulihkan kembali
tahtanya pada tahun berikutnya.
Sejak
itu sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota Umayyah lainnya serta tiga
orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah
sementara. Dalam masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali
pertukaran khalifah, tiga orang di antaranya dua kali maenduduki jabatan
khalifah pada priode tersebut. Pada tahun 1031 M khilafah dihapuskan oleh
orang-orang Cordova. (Hitti, 1970: 218).
3.
Munculnya Raja-raja Kecil
Timbulnya
Perpecahan Dinasti Umayyah di Spanyol ditandai dengan munculnya raja-raja
kecil, di antaranya Dinasti Abbadi. Dinasti Murabit, Dinasti Mmuwahhid, dan Dinasti
Bani Nasr. (Nasution, 1985, 78). Mereka saling beperang dan mengadakan aliansi
baik dengan penguasa Muslim atau dengan penguasa Kristen (Aragon dan Castille)
yang dulu tidak dihancurkan oleh Musa Ibnu Nusair di zaman Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh orang-orang
Kristen, munculnya dinasti-dinasti kecil ini, yang menurut W. Montgomery watt,
berjumlah sekitar tiga puluh negara kecil disebabkan penghapusan khilafah.
4.
Adanya Permintaan Bantuan terhadap Kekuasaan Luar.
Munculnya
Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang ke Spanyol atas permintaan
al-Mu'tamin untuk membantu untuk melawan Al-fonso, Raja castille. Dengan
bantuan ini al-Mu'tamin, Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI. Tetapi,
sayangnya dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit
berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun kemudian Ibnu Tasyfin
datang ke Spanyol, dan dalam waktu yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol
seluruhnya, karena perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan
Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit pada tahun 1090
M-1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin tersebut timbul perpecahan antara muslim
Spanyol dan Muslim Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan
kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-nyiakan
permintaan bantuan orang-orang Arab, mereka datang menyerbu Spanyol dan dengan
mudah mereka dapat menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah
Dinasti Muwahhidin di Spanyol.
5.
Melemahnya Kekuatan Militer dan Ekonomi
Disintegrasi
politik yang terjadi pada waktu itu menyebabkan lemahnya kekuatan militer dan
ekonomi, sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan penting dalam
mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen rupanya tahu tentang keadaan
umat Islam yang sudah oyong itu. Oleh karena itu, pangeran-pangeran Kristen di
Utara memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum Muslimin yang telah
berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula pada abad ke-10 membayar upeti
kepada orang Islam, tetapi menjelang pertengahan abad ke-II mereka dengan
leluasa menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil Islam.
Perbatasan
kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah Selatan. Peristiwa terpenting adalah
tahun 1085 ketika penguasa Teledo yang lemah tidak mampu menahan tekanan raja
Castille sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya. Teledo memiliki
pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya oleh sungai Tagus, dan
tidak pernah dapat direbut kembali oleh orang-arang Islam.
6.
Munculnya Kekuatan Kristen di Spanyol
Bersatunya
dua kerajaan Kristen, Lean dan Castille pada tahun 1230 M, telah meningkatkan
usaha perebutan kekuasaan terhadap kekuasaan Islam di Spanyol semakin efektif.
Tahun 1236 M. Cordova dapat direbut, dan tahun 1248 M. Seville jatuh pula ke
tangan orang-orang Kristen. Pada waktu yang bersamaan tentara Castille semakin
kuat, dan satu persatu kota-kota kekuasaan Islam dapat dikuasainya. Kota Malaga
pun jatuh satu tahun kemudian. Kemudian, orang-orang Kristen merencanakan untuk
mengambil alih kosta Granada yang masih bertahan. Penaklukan Granada ini
tertunda disebabkan oleh terjadinya perselisihan antara Castille dengan Aragon.
Namun, perselisihan tersebut tidak berlangsung lama, karena hubungan mereka
membaik setelah Ferdinand II dari Arragon menikah dengan Isabella dari Castille
pada tahun 1469 M. Pada tahun 1490 M, Ferdinand membawa pasukan berkuda lebih
kurang 10.000 orang, dan menyerbu Granada sampai la memperoleh kemenagan.
Dengan jatuhnya Granada, maka hancurlah kekuasaan Islam di Spanyol dan negeri
itu kembali dikuasai oleh Kristen. (Hitti, 1970: 555).
Pada
tahun 1499 M, Cardinal Ximenes de Cismero melarang beredarnya buku-buku Islam
dan ia membakarnya, bahkan pada tahun 1556 M, Philip II membuat undang-undang
bagi orang-orang Islam yang tinggal di Spanyol untuk meninggalkan kepercayaan,
adat istiadat, bahasa, dan pandangan hidup mereka. Hanya ada dua pilihan bagi
orang-orang Islam, masuk agama Kristen atau meninggalkan Spanyol. Undang-Undang
tersebut di pertegas oleh Philip III, banyak orang Islam yang dibunuh atas
perintah raja Philip III. Nampaknya, kekejaman yang dilakukan itu merupakan
cara untuk melenyapkan Islam sampai ke akar-akarnya.
thanks for publication
BalasHapusiya,, terimakasih kembali.
Hapus