1.
Pengertian husnuzzan
Berprasangka baik disebut Husnudzan sedang
berprasangka jelek disebut Su’uzzan. Husnudzan berarti berbaik sangka
atau kata lain tidak cepat-cepat berburuk sangka sebelum perkaranya menjadi
jelas. Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan berinteraksi dengan sesamanya
dalam suatu pergaulan. Hal itu disebabkan manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan suatu pergaulan yang harmonis perlu dipupuk sikap berbaik
sangka antara sesama manusia.
2.
Bentuk-Bentuk Husnudzan
a.
Husnudzan Kepada Allah Swt.
Husnuzan artinya berprasangka baik.
Sedangkan husnuzan kepada Allah swt. mengandung arti selalu berprasangka baik
kepada Allah swt., karena Allah swt. terhadap hambanya seperti yang hamba-Nya
sangkakan kepada-Nya. Jika seseorang hamba berprasangka buruk kepada Allah swt.
maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamba
kepada-Nya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.
Pada hakikatnya, apa pun yang kita
alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita harus berbaik sangka.
Misalnya, cobaan sakit, keluarga kita ada yang mengalami kecelakaan lalu
lintas, semua itu adalah cobaan dan kita harus tabah dan tawakkal
menghadapinya. Karena semakin sayang Allah kepada seorang hamba-Nya maka Allah
akan menguji orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga kadar
keimanannya bertambah pula.
Husnuzan kepada Allah akan
melahirkan sikap tawadhu’ dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berbaik
sangka terhadap semua ketentuan Allah Swt. merupakan cerminan watak dan
karakter manusia sebagai hamba Allah Swt.
QS. Al- Maidah : 6
...Allah tidak hendak menyulitkanmu...
(QS. Al-
Maidah : 6)
Cara membiasakan diri bersikap
sabar:
1) Zikrullah
(mengingat Allah)
Zikir dapat melalui pengucapan lisan dengan
memperbanyak menyebut asma Allah. Tetapi zikir juga bisa dilakukan dengan
tindakan merenung dan memerhatikan kejadian di sekeliling kita dengan tujuan
menarik hikmah. Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu datangnya dari
Allah juga.
2)
Mengendalikan emosi
Agar seseorang bisa berbuat sabar, maka harus berlatih
mengendalikan emosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam melatih
mengendalikan emosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam melatih
mengendalikan nafsu atau emosi, yaitu:
a)
Melatih serta mendekatkan diri
kepada Allah swt
b)
Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang
dilarang agama
c)
Memilih lingkungan pergaulan yang
baik.
b. Husnudzan Kepada
Sesama
Hampir setiap waktu kita
berinteraksi dengan orang lain, dan dari interaksi itulah kerap kali timbul
salah paham-salah paham yang menjadi kerikil dalam komunikasi. Hampir setiap
hari kita melakukan kesalahan. Baik yang disadari maupun tidak. Oleh karena itu,
kita dianjurkan untuk melakukan tobat setiap hari.
Hubungan baik antara sesame manusia,
khususnya antara mukmin yang satu dengan mukmin yang lain merupakan suatu yang
harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Hal ini karena Allah swt. telah
menggarisbawahi bahwa seluruh kaum mukmin adalah bersaudara
Kita tidak boleh terburu-terburu berperasangka jelek kepada
orang lain sebelum semuanya jelas. Apalagi dasarnya hanya omongan atau isue
yang dihembuskan oleh orang-orang yang suka memfitnah, mengadu domba dan menggunjing.
Berburuk sangka kepada orang lain akan mendatangkan fitnah dan kekejaman, maka
di dalam al-Qur’an diibaratkan bagaikan memakan daging saudaranya yang sudah
mati.
Contoh Husnuzan terhadap Sesama
Manusia, Saling mengormati, Berbuat baik tehadap sesama, Generasi tua
menyayangi generasi muda, Saling tolong-menolong dalam kebajikan, Rela
berkorban,
QS. Al- Hujurat : 12
c. Husnudzan Kepada Diri
Sendiri
Husnudzan terhadap diri sendiri bisa berarti kita bahwa kita
harus mempunyai penilaian baik terhadap diri kita. Jika kita sadar bahwa kita
memang belum baik, maka kita berprangka baik baik diri kita bisa memperbaiki
sikap kita. Husnudzan terhadap diri sendiri juga bisa berwujud sikap percaya
diri, kita percaya bahwa kita bisa menjadi orang yang baik, menjadi manusia
yang dapat meraih cita-cita. Sikap Husnudzan terhadap diri sendiri ini sangat
penting, karena tidak sedikit di antara manusia, yang selalu berprasangka jelek
pada sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu, pesimistis, dan
frustasi
Husnuzan terhadap diri sendiri
berarti berprasangka baik kepada diri sendiri. Menerima apa adanya serta tetap
berbaik sangka pada Allah swt., tidak menyesali keadaan dan keberadaannya.
Adanya berbagai cobaan misalnya, miskin, cacat, sakit dan sebagainya kita harus
tetap bersyukur pada Allah swt. yang telah menciptakan sebaik-baik makhluk.
QS. Al- Hujurat : 11
Sikap yang menunjukkan husnuzan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain: gigih, berinisiatif, dan rela
berkorban.
1)
Gigih
Gigih berarti berkemauan kuat dalam
usaha mencapai sesuatu cita-cita. Gigih sebagai salah satu dari akhlakul
karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil
yang maksimal, suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan
hati.
Orang yang gigih tidak akan
berpangku tangan dan tidak suka bermalas-malasan sehingga ia akan merasakan
keberkahan hidup. Apabila setiap orang Islam memiliki sifat gigih, niscaya
hidayah yang beriman akan melihat pekerjaan kita, sehingga tidak akan ada usaha
kita yang sia-sia.
2)
Berinisiatif
Berinisiatif artinya senantiasa
berbuat sesuatu yang sifatnya produktif berinisiatif menuntut sikap bekerja keras
dan etos kerja yang tinggi.
Islam mengajarkan umatnya untuk
selalu berbuat yang produktif. Artinya fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah
selesai kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja keras saja melainkan dengan
ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknolohi serta
senantiasa mengefesiensikan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau
permasalahan.
3)
Rela berkorban
Rela berarti bersedia dengan ikhlas
hati, tidak mengharapkan imbalan atau dengan kemauan sendiri. Berkorban bararti
memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya
sendiri. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat berarti bersedia dengan
ikhlas memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan
orang lain atau masyarakat. Walaupun dengan berkorban akan menimbulkan cobaan
penderitaan bagi dirinya sendiri.
3.
Hikmah Husnudzan
a.
Husnudzan akan
mendatangkan ketentraman lahir batin
b.
Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah
menunjukkan bahwa ia telah memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
c.
Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada Allah akan
senantiasa dicintai Allah karena ia senantiasa menerima terhadap apa saja yang
telah dilimpahkan kepadanya.
d.
Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada sesama manusia
akan senantiasa dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak pernah
dirugikan oleh ulahnya
e.
Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan
keluh kesah, iri, dengki, memfitnah, mengadu domba, dendam dan menggunjing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar