Setiap orang pasti mendambakan rezeki yang halal, baik, berkah, dan
melimpah. Tentu, dengan rezeki tersebut seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dan untuk mendapatkannya, selain dengan bekerja keras secara ikhlas, tuntas
dan cerdas, seseorang harus mengetahui amalan-amalan apa saja yang dapat
memperlancar turunnya rezeki.
Pertama, bertaubat dan memperbanyak istighfar. Allah Swt. berfirman, “Maka aku
katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun-,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh:10 – 12).
Dengan dalil ini, Imam Hasan Al-Bashri selalu menganjurkan kepada orang yang
datang kepadanya karen masalah kekeringan, kemiskinan, kemandulan, paceklik dan
lain sebagainya untuk selalu membaca istighfar.
Rasulullah Saw. juga
bersabda, “Barangsiapa yang sering membaca istighfar, niscaya Allah akan
menghilangkan segala kegundahan dan kesusahannya, serta dikaruniakan kepada
rezeki yang tidak diduganya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Kedua, bertakwa. Yang dimaksud bertakwa di sini adalah menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka, bila kedua syarat ini
telah terpenuhi dalam diri seorang muslim, dia berhak mendapatkan apa yang
telah dijanjikan Allah Swt. melalui Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya.
Allah Swt. berfirman, “Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:
2 – 3)
“Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96) Menurut Ibnu Abbas Ra. maknanya adalah, Allah pasti
akan menambahkan kebajikan serta memudahkan rezeki bagi mereka dalam segala
hal.
Ketiga, tawakal. Makna tawakal menurut Imam Al-Ghazali adalah, menggantungkan
hati kepada Allah semata. Jadi, tawakal adalah urusan hati sedangkan jasad ini
berikhtiar dalam mencari nafkah. Allah Swt. berjanji bagi mereka yang
bertawakal kepada-Nya bahwa Dia akan mencukupkan kebutuhan hidup mereka di
dunia.
Allah Swt. berfirman, “Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3).
Rasulullah Saw.
bersabda, “Kalau seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya, maka kamu akan dlimpahkan rezeki sebagaimana burung-burung
yang diberi rezeki. Mereka terbang di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang
di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad)
Keempat, memfokuskan hidup untuk ibadah. Yaitu, hendaknya kita menjalani hidup ini
dengan niat ibadah. Bila kita mencari nafkah, niatkanlah untuk beribadah kepada
Allah. Bila kita bersilaturahmi ke rumah teman, niatkanlah untuk ibadah. Dan
seterusnya. Bila hidup kita tujukan dalam rangka beribadah kepada Allah, maka
Allah telah berjanji untuk memberi kita kekayaan dan menjauhi kita dari
kemiskinan.
Rasulullah Saw.
bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, ‘Hani Bani Adam,
konsentrasikanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi
hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi tanganmu dengan rezeki! Hai Bani Adam,
janganlah kamu menjauhi Aku! Karena jika kamu berusaha untuk menjauhi-Ku,
niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan kemiskinan dan Aku aka nisi tanganmu
dengan kesibukan.” (HR. Hakim)
Kelima, silaturahim. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang ingin
dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali
silaturahim.” (HR. Bukhari)
Imam Ibnu Abu Hamzah
berkata, “Silaturahim itu dapat terjalin dengan adanya harta, atau menolong
ketika dibutuhkan, mencegah dari bahaya, muka yang berseri-seri, dan dengan
doa.” Itulah sarana silaturahim yang hendaknya kita amalkan dalam kehidupan
kita sehari-hari.
Keenam, sedekah. Allah Swt. berfirman, “Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang
sebaik-baiknya.” (QS. Saba': 39).
“Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Betapapun sedikit apa
yang kita sedekahkan dari apa yang Allah perintahkan kepada kita dan apa yang
diperbolehkan-Nya, niscaya Dia akan menggantinya untuk kita di dunia, dan di
akhirat kita akan diberi pahala dan ganjaran.
Ketujuh, berpagi-pagi dalam mencari nafkah. Rasulullah Saw. bersabda, “Ya Allah,
berkahilah umatku di pagi-pagi mereka.” Maka, doa Rasulullah Saw. ini pasti
dikabulkan oleh Allah.
Jika mengutus pasukan,
maka Panglima Islam Shakhar Al-Ghamidi mengutusnya dipagi hari. Dia seorang
pedagang yang memulai dagangannya di pagi hari, maka dia kaya raya. (HR. Abu
Daud).
Di waktu pagi ini, kita
temukan apa yang tidak ada di waktu lain, bahkan dalam kecerahan dan kesegaran
udaranya. Allah menjadikan waktu ini sebagai berkah dalam rezeki. Bahkan
sebagian ulama salaf apabila melihat salah satu anaknya tidur di pagi hari,maka
a akan membentaknya dan berkata, “Mengapa engkau tidur pada waktu di mana
rezeki di bagi-bagikan?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar