Jika kita ingin
merasakan manisnya sebuah perjuangan, maka lakukanlah ketiga hal di bawah ini:
Pertama, ikhlas dalam beramal. Ikhlas adalah amalan hati, yang
hanya Allah yang mengetahuinya. Apabila amal yang kita lakukan ikhlas
semata-mata karena Allah, maka sepenuhnya ibadah kita diterima Allah Swt. Nabi
Saw. pernah bersabda: “Murnikanlah agamamu, niscaya cukup bagimu amal yang
sedikit.”
Sahl bin Abdullah
pernah ditanya, “Apakah sesuatu yang paling berat bagi jiwa?” Dia menjawab,
“Ikhlas. Sebab ikhlas itu jiwa tidak mendapat bagian apa-apa.”
Seorang ulama bernama
Ma’ruf Al Khurkhy pernah memukuli badannya sambil berkata, “Ikhlaslah dan
berusahalah untuk ikhlas.” Sampai-sampai Ibnu Qudamah mengatakan, “Siapa yang
bisa menjadikan sesaat saja dari umurnya tulus ikhlas karena mengharapkan wajah
Allah, maka dia telah selamat.”
Yang demikian ini
karena mulianya ikhlas. Sementara cukup sulit membersihkan hati dari berbagai
noda.
Kedua, berpuasa. Puasa tentu bukan sekedar tidak makan dan
minum dari subuh sampai maghrib, walaupun hal itu merupakan kewajiban yang
harus kita lakukan, tetapi lebih dari itu. Berpuasa juga melatih kesabaran dari
berbuat maksiat dan melakukan hal-hal yang sia-sia. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa
tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak
mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).”
Menurut Imam Ibnu
Qudamah, kelebihan puasa bisa dilihat dalam dua makna berikut:
1. Karena puasa termasuk amal yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa
dilihat orang lain, sehingga tidak mudah disusupi riya.
2. Sebagai cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena sarana yang dipergunakan
musuh Allah adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan
minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan bisa bebas berkeliaran
di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat ditinggalkan, maka jalan
ke sana juga menjadi sempit. Jadi, dengan berpuasa seolah-olah kita tengah
berhadapan langsung dan bertarung sengit melawan syetan.
Dengan berpuasa, kita
dapat merasakan penderitaan orang-orang yang kelaparan, orang-orang yang
kehausan, dan perjuangan Nabi SAW yang terpaksa mengganjal perutnya dengan batu
dan makan daun-daunan karena boikot yang dijalankan kafir Quraisy terhadap
dirinya dan keluarganya.
Ketiga, shalat tahajud. Shalat tahajud disebut-sebut sebagai
shalat sunat yang paling utama dibanding shalat sunat yang lain. Hal ini
terjadi, karena waktunya cukup istimewa, yaitu di sepertiga malam, yang mana
kebanyakan orang pada waktu itu sedang nyenyak-nyenyaknya berisitirahat. Imam
Hasan Al Bashri mengatakan tentang hal ini: “Saya tidak mendapatkan sedikitpun
dari ibadah yang lebih berat daripada shalat ditengah malam.”
Demikian sahabatku.
Tiga amalan itulah yang menjadikan kita merasakan manisnya perjuangan. Ikhlas
mewakili ibadah hati, puasa mewakili sebuah bentuk perlawanan terhadap setan
dan bagaimana dalam waktu setengah hari, hawa nafsu yang berada pada perut,
kemaluan dan indera pada diri kita ditekan sedemikian rupa sehingga seolah-olah
tidak bersuara. Ini jelas-jelas sangat bertolak belakang dengan keinginan dari
hawa nafsu itu sendiri. Sedangkan shalat tahajud mewakili ibadah yang
ditempatkan pada waktu di mana kebanyakan orang malas mengerjakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar