A. Peta Konsep

- Materi Inti
Hidup di tengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala
tidak membuat Nabi Muhammad Saw. ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau
membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar
bangsa Arab. Nabi Muhammad Saw. tidak pernah memuja berhala, Nabi Muhammad Saw.
lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang penciptaan alam semesta beserta
segenap isinya. Gua Hira’ yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) adalah tempat di
mana beliau berkhalwat dengan khusyu hingga menerima wahyu Allah Swt.
I. Sejarah Dakwah
Rasulullah Saw. pada Periode Islam di Mekkah.
Memasuki 14 tahun usia pernikahan Nabi Muhammad Saw. dengan Siti
Khadijah, Nabi Muhammad Saw. sering melakukan ibadah diiringi dengan memohon petunjuk
kepada Allah Swt., berkhalwat di Gua Hira, yaitu gua yang berada di bukit Nur (Jabal
Nur) yang terletak di dekat Mekkah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad Saw.
dengan khusyuk, kadang sampai beberapa hari beliau baru pulang jika bekal sudah
habis. Di sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan
bermalam-malam. Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadhan,
yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam Gua Hira dan telah berusia empat
puluh tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”,
ya Muhammad, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Malaikat
Jibril memeluk Nabi Muhammad mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya . Dan
pada yang ketiga kalinya, Nabi Muhammad berkata apa yang harus saya baca, lalu Jibril
berkata kepadanya, dengan membawa wahyu pertama dari Allah Swt.
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al -‘Alaq
: 1– 5).
Nabi Muhammad Saw. mengikuti apa yang diucapkan malaikat Jibril
dengan baik sampai hafal. Setelah itu, Jibril pun meninggalkannya, dan
Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di gua Hira’. Akhirnya beliau pulang ke
rumahnya dengan raut muka yang pucat dan menghampiri istrinya Siti Khadijah.
Siti Khadijah merasa heran dan bertanya “Apa yang sedang terjadi ?” dengan
gemetar sambil berkata: “Selimuti saya!, selimuti saya!”, maka Siti Khadijahpun
menyelimutinya, sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Siti Khadijah
tentang apa yang telah diperolehnya di Gua Hira’ dan berkata: “Sungguh saya
khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta
meyakinkan Nabi Muhammad Saw.: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan
merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang
yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi
orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”.
Setelah tenang Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad Saw. untuk menemui saudaranya
seorang ahli kitab Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi Muhammad Saw menceriterakan
semua yang terjadi, Waraqah bin Naufal dengan penuh perhatian mendengarkan
cerita yang disampaikan Nabi Muhammad, kemudian Waraqah membuka kitab Taurat
dan Injil serta berkata “Demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril
yang pernah datang pada Nabi Musa, baik baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu
wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul, jangan takut, tapi
gembiralah menerima wahyu itu”. Setelah Nabi Muhammad Saw. mendapat wahyu yang
pertama dari Allah Swt. dan juga telah mendapat nasehat dari Waraqah bin
Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad Saw. telah siap menerima wahyu kembali,
tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam ke-40 wahyu kedua
turun, waktu itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba
mendengar suara : “Ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut
mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh istrinya Siti Khatijah
menyelimuti, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril
mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah
ayat:
Artinya : “ Hai orang yang berkemul (berselimut); Bangunlah,
lalu berilah peringatan!; Dan
Tuhanmu agungkanlah!; Dan pakaianmu bersihkanlah; Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah.”(QS. Al-Mudatsir : 1 – 5).
Setelah menerima dan menghafal wahyu itu, Nabi Muhammad Saw. Meninggalkan
selimutnya, rasa takut dan gemetar nyapun hilang. Mulai saat itulah Muhammad
telah diangkat oleh Allah Swt. menjadi Nabi dan Rasul. Tugas baru telah datang,
yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah itu wahyu
pun turun terus- menerus dan berkelanjutan. Kepada pamannya Abu Thalib, Nabi
Muhammad Saw. berkeinginan untuk menyampaikan wahyu tersebut tetapi beliau
takut kalau kurang mendapat sambutan. Nabi memulai dakwahnya, yang terbagi ke
dalam dua fase. Fase Pertama Secara sembunyi sembunyi (Sirriyah). Pada
fase ini Nabi Muhammad Saw. menyeru keluarga dan sahabat dekatnya, Siti
Khadijah masuk Islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang
mulia. Sehingga, ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Kemudian,
sebagai balas budi pada Abu Thalib, Nabi memilih Ali untuk dididik dan
ditanggung nafkahnya.
Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka dan akhirnya
masuk Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang telah
dimerdekakan oleh Siti Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita
kepada teman akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa
ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya dan mereka
menyambut dengan baik, di antara mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman
bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah
Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Al- Arqam bin Abil Arqam. Fase
kedua secara terang-terangan (jahriyah) setelah Allah Swt. menurunkan firmannya;
Artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
(Muhammad) yang Terdekat.” (QS
As-Syu’ara: 214).
Nabi menyeru Bani Abdul Muthalib sesudah mereka berkumpul
berkatalah Nabi ; “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda
membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk
kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat.” Perkataan Nabi
Muhammad Saw. ini disambut dan dibenarkan oleh sebagian dari mereka yang hadir,
tetapi ada juga sebagian yang mendustakannya, Abu Lahab pamannya sangat
mendustakan demikian juga istrinya. Abu Lahab berkata; “Celakalah engkau !
apa untuk inikah kami engkau panggil ?. sehubungan dengan tindakan Abu
Lahab ini Allah Swt. menurunkan firman-Nya :
Artinya :” Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar
binasa dia!), Tidaklah berguna
baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke
dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa
kayu bakar (penyebar tnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang
dipintal.” (QS Al-Lahab: 1-5)
Kedua fase tersebut dikenal dengan berdakwah secara
sembunyi-sembunyi (sirriyah) yang beliau lakukan selama tiga tahun. Dikatakan
secara sembunyi sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat, pengikutnya,
dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw. mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka
mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun” artinya orang yang pertama kali
masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah Saw., namun mereka
masih menyembunyikan keislaman mereka. Karena jika satu saja urusan mereka
terungkap, maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dari kaum kafir
Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agama Islam.
a. Dakwah secara terang-terangan (seruan umum)
Selama lebih kurang tiga tahun Nabi Muhammad Saw. berdakwah
secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya
Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al-Hijr
: 94)
Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad Saw. secara
terang terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama
Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba
sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh.
Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa
memanggil suku Quraisy, hingga orang-orangpun mengerumuninya. Di antara mereka,
terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah
dan Rasul-Nya. Tatkala orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana
pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa di balik
gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai
saya?”, mereka menjawab: “Yang terlintas di hati kami tentang anda
adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu bersabda: “Saya adalah orang
yang memberi peringatan kepada kalian bahwa di hadapan kalian ada siksa
yang maha berat”.
Kemudian Rasulullah Saw. mengajak mereka untuk menyembah Allah
dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung
keluar dari kerumunan orang orang dan berkata: “Celakalah kamu!, apakah
karena ini kamu mengumpulkan kami?”. Nabi Muhammad Saw. tetap
melanjutkan dakwah dan memulai secara terangterangan di tempat-tempat mereka
berkumpul, mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau melakukan shalat di
sisi Ka’bah. Orang – orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin
membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw., sementara itu, penyiksaan
orang-orang kafir terhadap kaum muslimin yakni dengan menghalangi hamba sahaya
dan orang-orang lemah, sebagaimana yang dialami Yasir dan puteranya ‘Ammar
serta istrinya Sumaiyah. Yasir yang akhirnya mati syahid, sedangkan istrinya
Sumaiyah wafat karena ditikam tombak Abu Jahal, bahkan Sumaiyah adalah wanita
pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan. Begitu pula
siksaan yang ditimpakan Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal kepada Bilal bin
Rabah, Khabab Ibnul Aris dan yang lainnya.
Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu
ketika Umayyah mengetahuinya, lalu ia pun menimpakan berbagai macam siksaan
agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang
teguh pada agama Islam. Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam
keadaan terikat rantai. Setelah tubuhnya ditelentangkan di atas padang pasir
yang membara, diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah
beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan.
Sungguh suatu penyiksaan yang diluar batas peri kemanusiaan.
Namun, Bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad, Ahad, (Yang Maha Esa),
hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya
dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah Swt. Dari serangkaian siksaan
yang mendera kaum muslimin ini, Rasulullah Saw. melarang kaum muslimin
mengumumkan keislman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul
dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul secara
terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam
menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa
jadi akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok. Dan sudah diketahui,
bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasan kaum muslimin,
mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata di
sini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Lain halnya
dengan Rasulullah Saw. beliau tetap berdakwah dan beribadah secara
terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima
siksaan dari kaum kafir Quraisy. Ada beberapa Faktor yang mendorong kaum
Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
1. Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada Nabi
Muhammad Saw. berarti pada kekuasan Bani Abdul Muthalib. Sedangkan susku-suku bangsa
Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
2. Penyamaan hak antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa(hamba
sahaya,tradisi sosial bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan
kedalam kasta-kasta, padahal seruan Nabi Muhammad Saw. memberikan hakyang kepada
setiap manusia, karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut
agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa lebih mulia dari tuannya sama apabila dia
lebih bertaqwa, Allah Swt. berfirman;
Artinya;” …… Sesungguhnyayang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. …… (QS Al-Hujurat; 13)
3. Takut akan hari
pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia
akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan
yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy
tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali
sesudah mati.
4. Taklid kepada ajaran
nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang
mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
5. Faktor ekonomi, inilah
yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam, kerena dalam agama Islam
tidak diperbolehkan menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai
salah satu mata pencaharian mereka.
b. Hijrah ke Habsyi (Abesinia)
Dengan adanya siksaan demi siksaan yang terus menerus dilakukan
kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin, terutama kaum muslimin yang tergolong lemah
secara ekonomi. Mereka sangat menderita, karena penderitaan mereka inilah maka
Rasulullah Saw. meminta para sahabatnya untuk hijrah ke Habsyi demi menyelamatkan
agama mereka di sisi raja Najasyi, Rasulullah Saw. tahu bahwa Raja Habsyi
sangat adil dan tak pernah berbuat aniaya pada sesama manusia, kaum muslimin
akan aman disana, terutama keamanan sebagian besar kaum muslimin yang
mengkhawatirkan diri dan keluarga mereka dari kaum kafir Quraisy. Dan peristiwa
ini tepatnya terjadi pada tahun kelima dari masa kenabian. Hijrah ke Habsyi
dilakukan kaum muslimin dalam dua gelombang, rombongan pertama kaum muslimin
yang berjumlah lebih kurang10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun
ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan dengan rombongan hijrah kedua hingga
keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya,
Ruqayah binti Muhammad, Zubair bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu
Thalib sebagai pemimpin rombongan dan lain-lain. Rombongan ini mendapat
sambutan yang baik dan penghormatan dari Raja Najasyi, namun Kaum Quraisy
berusaha merusak kedudukan mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim utusan
dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk
raja dan memintanya agar menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka
mengatakan kepada raja bahwa kaum muslimin menjelekjelekkan Isa dan ibundanya.
Tatkala raja Najasyi menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan
merekapun menjelaskan pandangan Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka
raja mengamankan mereka dan menolak untuk menyerahkan mereka kepada Kaum
Quraisy. Tidak hanya itu kaum Quraisy juga melakukan pemboikotan atau
pengucilan terhadap kaum muslimin dari pergaulan dengan masyarakat Mekkah, yang
digantungkan di dinding Ka’bah, berisi antara lain :
1. Tidak boleh melakukan jual beli kepada bani
Hasyim, bani Muthalib dan umat Islam.
2. Dilarang mengadakan perdamaian dengan keluarga bani Hasyim,
bani Mutholib dan umat Islam, kecuali
Nabi Muhammad Saw. diserahkan atau menyerahkan diri pada kaum kafir Quraisy
3. Dilarang berbicara, mengunjungi orang sakit dari keluarga
bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam
4. Dilarang mengadakan pernikahan dengan keluarga bani Hasyim,
bani Mutholib dan umat Islam
5. Pemukiman umat Islam dikucilkan di bagian utara kota Mekkah
dan dijaga ketat oleh kaum kafir Quraisy sehingga mereka tidak dapat
berhubungan dengan masyarakat Mekkah atau di luar Mekkah Masih dalam tahun yang
sama, di Bulan Ramadhan, Nabi Muhammad Saw. pergi ke Mekkah. Di sana telah
berkumpul sekelompok besar kaum kafir Quraisy, lalu beliau berdiri di antara
mereka. Namun tiba-tiba beliau membaca surat an-Najm padahal orang-orang kafir
belum pernah mendengarkan kalam Allah, mengingat sebelumnya mereka selalu
berwasiat agar tidak mendengar ucapan Rasulullah sedikitpun. Ketika beliau
mengejutkan mereka dengan surat ini, dan mengetuk telinga mereka dengan kalam
Allah Swt. yang sangat menarik ini satu persatu dari mereka tetap ditempatnya
mendengarkan kalam Ilahi tersebut. Di hati mereka tidak terlintas apapun selain
kalam Ilahi ini, sampai ketika beliau membaca ayat:
Artinya : “Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
(QS. An- Najm : 62)
Kemudian merekapun
bersujud. Setiap orang tidak dapat menguasai dirinya untuk tidak bersujud. Dari
kejadian ini, maka kaum kafir Quraisy yang tidak menyaksikan peristiwa tersebut
mencela atas perbuatan mereka. Ketika itu, mereka mendustakan atas apa yang
telah dilakukan oleh Rasulullah dan berkata bahwa Rasulullah telah memuji
berhala-berhala mereka. Mereka juga berkata bahwa syafaat berhala-berhala
tersebut sangat diharapkan. Mereka melakukan kebohongan besar ini sebagai
alasan dari tindakan atas bersujud sebahagian dari mereka.
c. Hamzah dan Umar bin
Khathab Masuk Islam
Disaat Nabi Muhammad Saw. melaksanakan dakwah Islam kepada kaum
kafir Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh
terkemuka Quraisy yang masuk Islam, mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan
Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh terkemuka Quraisy ini merupakan menambah
kekuatan bagi kaum muslimin dan harapan akan adanya kemenangan. Umar bin
Khathab telah dijuluki oleh Rasulullah dengan al-Faruq, karena Allah telah
memisahkan antara yang haq dan yang bathil. Beberapa hari setelah ke Islamannya
Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah
kita di atas kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata:
“Kalau begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah itu,
Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqam membentuk dua barisan.
Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lainnya dipimpinn
Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Mekkah dalam gerakan yang
menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan sekaligus memulai dakwah
secara terang-terangan.
Kaum kafir Quraisy terus berusaha memerangi dakwah ini dengan
berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun,
semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka terhadap
agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum
kafir Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis sebuah lembaran
(perjanjian) yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digantung di Ka’bah
untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo ini berlaku di semua
aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, tolong- menolong,
dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Mekkah
menuju ke salah satu celah gunung di Mekkah yang bernama celah gunung Abu
Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka merasakan kelaparan dan
berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di antara mereka menyumbang
sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang semua hartanya. Wabah
penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian sebagian mereka. Namun
demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak ada seorangpun dari mereka
yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun.
Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan
kekerabatan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di
atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka
menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecuali satu
sisi kecil yang diatasnya tertulis “lafadz bismika allahumma” (dengan menyebut
nama-Mu, ya Allah). Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin beserta Bani
Hasyim kembali ke kota Mekkah. Namun kaum kafir Quraisy tetap pada sikap mereka
yang kejam dan bengis dalam memerangi kaum muslimin.
d.
Tahun Duka Cita atau Ammul Huzni
Setelah umat Islam, keluarga bani Hasyim dan bani Mutholib
terbebas dari pemboikotan dan pengasingan dan Nabi Muhammad Saw. telah
melakukan dakwah lebih kurang 10 tahun. Selang beberapa bulan kemudian, dua
orang pelindung Rasulullah, Siti Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin
Abdul Muthalib wafat. dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melaksanakan
tugasnya menyiarkan agama Islam, Abu Thalib menjadi perisai yang melindungi dan
memelihara Nabi Muhammad Saw. dengan segala kekuatan dan ketabahan hati yang
dimilikinya.
Penyakit keras telah menjulur ke seluruh tubuh Abu Thalib, dan ia
tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tak lama kemudian ia menderita sakaratul
maut. Ketika itu Rasulullah berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau
mengucapkan kalimat la ilaha illallah sebelum kematiannya. Namun
teman-teman buruknya yang juga berada di sisinya, termasuk tokoh mereka Abu
Jahal, mencegahnya dengan berkata kepadanya: “Jangan tinggalkan agama
leluhurmu”. Akhirnya iapun meninggal dalam keadaan musyrik. Maka kesedihan
Rasulullah Saw. atasnya semakin berlipat ganda karena beliau telah ditinggalkannya
sebelum pamannya memeluk agama Islam. Namun pantas untuk dicatat saat Abu
Thalib sakaratul maut beliau mengucap “Aku telah yakin bahwa agama
Muhammad adalah agama yang paling baik” beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan
bahwa Abu Thalib bin Abdul Muthalib telah menganut agama Islam dengan tidak
memperlihatkan secara terus terang.
Siti Khadijah binti Khuwalid isteri Nabi Muhammad Saw. wafat
dalam usia 65 tahun. Selama 25 tahun Siti Khadijah menemani Nabi Muhammad Saw.,
Siti Khadijah sosok isteri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran
Rasulullah, telah menyokong perjuangan dakwah Islamiyah dengan segenap jiwa, raga
dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketenteraman pada diri
Nabi Muhammad Saw. menjadi mendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah,
sehingga Rasulullah Saw. semakin merasakan duka yang sangat pedih.
Sementara itu cobaan yang ditimpakan oleh kaumnya kepada beliau
setelah kematian Abu Thalib dan isterinya, Khadijah, justru semakin berat.
Dengan meningglnya dua orang ini kaum Quraisy semakin menekan Nabi Muhammad
Saw. dengan menyakitinya secara fisik, menghina dan melecehkan Rasulullah Saw. Abu
Lahab, Hakim bin Ash dan Utbah bin Muit selalu melempari kotoran dan najis di
jalanan menuju rumah dan ke halaman rumah Nabi Muhammad Saw., bahkan isteri Abu
Lahab selalu meletakan duri atau pecahan-pecahan di muka pintu Rasulullah Saw.
e.
Nabi Muhammad Saw. Hijrah ke Thaif
Sepeninggal Abu Thalib dan Siti Khadijah, puncak dari sikap
permusuhan kaum Quraisy semakin keras. Dalam kondisi ini timbul keinginan dari
Nabi Muhammad Saw. untuk berlindung ke Thaif negeri yang terkenal berhawa sejuk
dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang. Dengan harapan masyarakat Thaif
berkenan mendengar dakwah Islam. Perjalanan ke Thaif ini sebenarnya tidaklah
mudah, mengingat sulitnya medan yang dilalui disebabkan gunung-gunung yang
tinggi yang mengelilinginya. Akhirnya, Beliau sampai di Thaif bersama Zaid bin
Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi mudah bila berada di jalan
Allah.
Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi menyampaikan seruan tauhid
meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam, akan tetapi penduduk Thaif justru
banyak yang menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk. Mereka menyuruh
anak-anak kecil untuk melempari beliau dengan batu, sehingga kedua tumit beliau
berdarah. Akhirnya, beliau kembali melalui jalan semula menuju Mekkah dalam
keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril bersama malaikat gunung menghampirinya.
Jibril memanggil beliau dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah
mengutus kepadamu malaikat gunung untuk kamu suruh sesuai keinginanmu”. Setelah
itu malaikat gunung berkata: “Hai Muhammad, jika kamu mau, aku akan
meruntuhkan kedua benda keras ini (maksudnya, dua gunung yang
mengelilingi Mekkah) di atas mereka”. Nabi menjawab: “Justru saya
mengharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang yang mau
menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Di antara beberapa debat yang dilancarkan kaum musyrikin
terhadap Rasulullah adalah mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya
dengan tujuan menundukkan beliau, dan hal ini terjadi berulang kali. Pernah
suatu kali, mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu
beliau memohon kepada Allah, untuk kemudian memperlihatkan kepada mereka. Kaum
Quraisy menyaksikan mukjizat ini untuk waktu yang lama, tapi mereka tetap saja
tidak beriman. Bahkan, mereka mengatakan: “Muhammad telah bermain sihir di
hadapan kami”. Lalu seseorang berkata: “Kalaupun toh Muhammad mampu
menyihir kalian, namun ia tidak akan mampu menyihir semua orang. Oleh
karena itu, mari kita tunggu orang-orang yang sedang bepergian”. Tak
lama kemudian, orangorang yang sedang bepergian itu datang dan kaum Quraisy
menanyai mereka. Lalu mereka pun menjawab: “Benar kami telah melihatnya”. Namun
demikian kaum Quraisy tetap saja pada kekafiran mereka. Peristiwa terbelahnya
bulan ini, seakan-akan sebagai pembuka bagi sesuatu yang lebih besar darinya,
yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj.
f.
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Kata “Isra” berasal dari bahasa Arab yang berarti
perjalanan malam, sedangkan menurut istilah Isra’ adalah perjalanan Nabi
Muhammad Saw. pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau
Baitul Maqdis di Palestina. Mi’raj berarti naik atau menuju keatas, menurut
istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke
al Arsy (Sidrotul Munthaha) untuk menghadap Allah Swt. Isra’ Mi’raj
adalah pertolongan dari Allah Swt. untuk Nabi yang mulia ini. Pada malam ke-27
Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba
Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang
laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian
dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah
Swt. yang agung. Allah Swt. Menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya :
Artinya: ”Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari
Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya )
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra’ ; 1)
Perjalanan Nabi Muhammad Saw. dengan Malaikat Jibril yang
pertama menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di
lima tempat :
1. Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah al-Munawarah.
2. Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika
dikejar tentara Fir’aun.
3. Thursina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat
4. Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as
5. Masjidil Aqsha di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam
perjalanan malam tersebut.
Di setiap persinggahan Nabi Muhammad Saw. selalu melakukan
shalat dua rakaat. Nabi Muhammad Saw. juga disuguhi dua buah gelas yang berisi
susu dan arak, Nabi Muhammad Saw. mengambil sebuah gelas yang berisi susu,
kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad Saw. karena
beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan umatnya. Setelah menjadi imam
shalat Rasulullah Saw. bersama Malaikat Jibril menuju Sidratul munthaha untuk
menghadap Allah Swt. Dalam perjalanan menuju sidrotul munthaha Nabi Muhammad
Saw. dan Malikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu :
1. Langit pertama, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Adam
2. Langit kedua, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yahya dan
Nabi Ishaq
3. Langit ketiga, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yusuf
4. Langit keempat, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Idris
5. Langit kelima, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Harun
6. Langit keenam, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Musa
7. Langit ketujuh, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Ibrahim
Setelah melewati ke tujuh lapis langit tersebut Rasulullah Saw.
diajak ke Baitul Makmur tempat para malaikat melaksanakan thawaf. Kemudian
Rasulullah Saw. naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat
Jibril tidak ikut serta. Kemudian Nabi Muhammad Saw. berjumpa dengan Allah
Swt., dalam pertemuan tersebut Allha Swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu.
Ketika hendak turun nabi Muhammad Saw. bertemu dengan Nabi Musa
AS dan diceriterakanlah apa yang telah diperintahkan Allha Swt. kepada Nabi
Muhammad Saw., Nabi Musa menyuruh Rasulullah Saw. untuk kembali menghadap Allah
Swt. untuk memohon keringanan perintah shalat, Allah Swt. memberi keringanan
kepada Nabi Muhammad Saw. menjadi lima waktu untuk setiap harinya. Dan Allah
Swt. Menjanjikan pahala yang sama bagi umat Nabi Muhammad Saw. seperti
melaksanakan shalat 50 waktu. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
dalam waktu singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai
peristiwa itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh
Nabi Muhammad Saw. Abu Jahal menantang kepada Nabi Muhammad Saw. untuk menceritakan
peristiwa itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat Mekkah berkumpul maka
Nabi Muhammad Saw. menceritakan peristiwa itu dengan rinci dan tiada yang
terlewati. Mendengar cerita Nabi Muhammad Saw. bagi umat Islam yang masih lemah
imannya banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya tetap tidak
tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu, sebab mereka telah yakin
tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw.
Cerita lain dari peristiwa ini terhadap apa yang dilakukan Abu
Bakar Ash Shidiq, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang lain, setelah ia
datangi orang-orang yang masih ragu dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, ia
mendatangi Rasulullah Saw. dan meminta penjelasan langsung dari beliau. Setelah
mendengar sendiri dari Rasulullah Saw. Abu Bakar Ash Shidiq langsung
menerimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad Saw. memanggilnya dengan sebutan
”Ash-Shidiq”.
g. Tamsil dan Hikmah Isra’ Mi’raj
1. Tamsil dalam Isra’
a. Nabi Muhammad Saw. melihat orang yang memotong padi (panen)
terus menerus, beliau bertanya kepada Jibril, “siapakah mereka itu?” Jibril
menjawab; “Mereka itu adalah umatmu yang gemar beramal jariah yang kemudian
mereka terus menerus memetik pahalanya dari Allah Swt”.
b. Nabi Muhammad Saw. melihat orang yang memukul kepalanya terus
menerus, lantas beliau bertanya pada Jibril ”Siapakah mereka itu ya Jibril?”
dijawabnya “Mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang
kelak sangat menyesal dengan memukul kepalanya sendiri terus menerus
sekalipun terasa sakit olehnya”.
c. Nabi Muhammad Saw. melihat kuburan yang sangat harum baunya,
lalu beliau bertanya ”Apakah itu ya Jibril?” jawabnya, “Itu kuburan
Masithoh dan anaknya. Dia mati karena disiksa dengan digodok oleh
Fir’aun karena ia mempertahankan imannya kepada Allah Swt.
d. Nabi Muhammad Saw. melihat orang yang dihadapannya ada dua
buah hidangan, sebelah kanannya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk,
orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Rasulullah bertanya : ”Ya,
Jibril siapakah mereka itu?”. Jibril menjawab : ”Ya, Rasulullah,
itu bagaikan umatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang
buruk dan dosa daripada beramal baik dan berpahala”.
2. Tamsil dalam
Mi’raj
Nabi Muhammad Saw. melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok
dan melihat ke kiri merasa sedih dan menangis tersedu sedu, tetapi bila
menengok dan melihat ke kanan dia berseri seri gembira dan tersenyum senyum.
Nabi bertanya : “Siapakah orang itu, ya Jibril?”, jawab Jibril :”Ya
Rasulullah dia itu bapakmu yang pertama yaitu Nabi Adam AS. Bila beliau melihat
ke kiri sedih, karena melihat anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa.
Sebaliknya, bila menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak
cucunya di dunia yang berbuat baik dan beramal shaleh”.
1. Hikmah dari Isra’ Mi’raj
Ada banyak hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu sebagai
berikut :
a. Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi
Muhammad Saw. yang disebabkan oleh meninggalnya pembelanya yang utama yaitu,
pamannya Abu Thalib dan isterinya siti Khadijah. Allah Swt. ingin meyakinkan
utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat
dikalahkan oleh siapapun.
b. Allah Swt. hendak memperlihatkan ke-Maha KuasaNya kepada Nabi
Muhammad Saw. agar ia tetap yakin bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam
menghadapi musuh musuh yang menghalangi dan membendung dakwah islam.
c. Allah Swt. mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad
Saw. dengan para Nabi dan Rasul terdahulu agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
d. Allah Swt. memperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw. bekas
bekas kejayaan bangsa bangsa terdahulu yang hancur karena kedurhakaannya kepada
Allah Swt. dan RasulNya.
e. Menguji para pengikut Nabi Muhammad Saw. apakah mereka itu
beriman kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan
pikiran mereka belum dapat mengerti dan memahami kejadian tersebut.
f. Nabi Muhammad Saw. dapat bertemu langsung kepada Allah Swt..
g. Allah Swt. menyampaikan perintah melakukan sholat lima waktu
kepada Nabi dan umatNya.
h. Perbandingan Kerasulan Nabi Muhammad Saw. dengan Rasul-rasul
Sebelumnya.
Ada perbedaan yang
mendasar kerasulan Muhammad Saw. dengan Rasul-rasul Allah Swt. yang lain di
antaranya :
1. Nabi Muhammad Saw. diutus untuk seluruh umat manusia,
sedangkan Rasul- Rasul yang lain hanya untuk kaumnya saja.
2. Nabi Muhammad Saw. diutus Allah Swt. untuk memperbaiki dan
menyempurnakan aqidah dan akhlaq seluruh umat manusia di dunia. Hal ini disebabkan
karena Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul yang terakhir dan penutup dari
Rasul-rasul sebelumnya.
3. Rasul-Rasul sebelumnya oleh Allah Swt. diutus hanya untuk
memperbaiki aqidah dan akhlaq kaumnya saja, seperti Nabi Musa untuk kaum Luth,
Nabi Ibrahim untuk bangsa Ibrani dan Nabi Isa untuk bangsa Israil.
4. Pengajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. berlaku untuk
sepanjang masa sampai hari Kiamat, sedangkan pengajaran Rasul-Rasul sebelum
Nabi Muhammad Saw. hanya berlaku pada saat tertentu saja.
5. Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasulullah dilengkapi dengan sifat
dan akhlaq yang mulia sehingga menjadi contoh tauladan bagi kehidupan manusia.
6. Sebelum Nabi Muhammad Saw. diangkat sebagai Rasulullah beliau
telah dilengkapi Allah dengan sifat-sifat yang mulia yang diperlukan bagi
seorang pemimpin manusia.
7. Nabi Muhammad Saw. dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan
tertentu sehingga sanggup menjadi pemimpin masyarakat dan negara.
8. Berdasarkan ajaran-ajaran Allah yang diterima, dan
kecakapan-kecakapan yang dimiliki, Rasulullah telah dapat menegakkan
pokok-pokok dasar susunan masyarakat yang lengkap baik dalam segi sosial,
politik, ekonomi kenegaraan maupun dalam segi agama dan kehidupan beragama.
9. Bangsa Arab yang semula hidup dalam alam kejahilan telah
diubah menjadi bangsa yang maju dan disenangi bangsa lain, bangsa yang semula
hina dan tidak dikenal menjadi umat yang tersebar ke seluruh dunia. Umat yang semula
pecah-pecah dan senantiasa berperang, menjadi umat yang kokoh kuat persatuannya
dalam ikatan persaudaraan seagama yang erat.
10. Nabi Muhammad Saw. telah memanfaatkan kekuatan-kekuatan
batinnya untuk mengantar manusia hidup dalam kebahagiaan yaitu : ilmu yang
dalamdan luas, kemauan yang kuat tiada mengenal putus asa, serta
perikemanusiaan dan kesusilaan yang agung dan tinggi.
Sesuai dengan kondisi masyarakat Arab pada saat itu dan juga
perintah dari Allah Swt., maka Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah menggunakan
taktik dan strategi melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Pada permulaan dakwahnya Rasulullah Saw. mempergunakan sistem
sembunyi sembunyi, sebab ketika itu
pengikutnya baru beberapa orang, sedang keimanan dan keislaman mereka baru
dalam tahap permulaan atau tahap dasar.
Materi dakwah baru dalam tahap dasar pula dalam bidang akidah
dan akhlaq meliputi : Mengesakan Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa dan
hati, menguatkan persatuan dan meleburkan kepentingan jamaah. Kepada
musuh-musuh Islam Rasulullah menghindari dari permusuhan dan pertentangan
fisik.
Tahap sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga tahun
semenjak kerasulan Muhammad Saw. Pengikutnya baru beberapa kaum kerabat Rasulullah,
pemuka-pemuka Quraisy, dan beberapa orang bekas hamba sahaya yang dimerdekakan.
Semuanya berjumlah 40 orang laki-laki dan wanita.
Merekalah yang menjadi tulang punggung penegak Islam, sebagai
pelopor dan penganjur Islam yang disebut ”As Sabiqunal Awwalun.”
2. Tahap Dakwah secara terang-terangan
Pada tahun ke-4 setelah turun wahyu pertama Rasulullah mulai
menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan. Tahap ini dimulai setelah turun
wahyu yang memerintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan dan menyatakan kebenaran
ajaran Islam, serta meninggalkan kemusyrikan, yaitu penyembahan berhala.
Artinya : ”Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepada-mu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”(QS. Al-Hijr
: 94)
Setelah wahyu itu turun Rasulullah Saw. mengundang semua
golongan kaum Quraisy untuk mendengarkan dakwahnya di tengah padang di kaki
bukit Safa. Tiap kaum dari suku Quraisy hadir beserta tokoh-tokohnya termasuk
Abu Lahab paman Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah Saw. mengajak memasuki
agama Allah dan meninggalkan agama berhala. Mendengar ajakan ini maka kaum
Quraisy bersikap sinis dan bahkan mencemoohkan Rasulullah saw. dengan ucapan ucapan
keji.
Pada saat lain di suatu pertemuan keluarga Bani Hasyim
Rasulullah Saw. menunjukkan tentang kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Rasulullah saw. kembali dicemooh oleh Abu Lahab, dan hanya Ali bin Abi Thalib
yang bersedia menolong Rasulullah Saw. Sejak saat itulah timbul rasa kurang
senang dan benci dalam hati kaum Quraisy kepada Rasulullah Saw. dan mulailah
mereka berusaha untuk menghalangi dan merintangi dakwah Rasulullah Saw.. Tahap
berdakwah secara terang-terangan ini berlangsung terus selama kerasulan
Muhammad sampai wafatnya, sehingga Islam berkembang luas di seluruh Jazirah
Arab dan negeri-negeri sekitarnya.
3. Hambatan-hambatan
yang dialami
Sebelum Nabi Muhammad Saw. menjadi Rasul ia sangat dicintai
kaumnya karena kejujuran dan kehalusan budi pekertinya. Akan tetapi setelah
Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi Rasul dan menyeru kepada mereka agama Allah
beliaupun dibenci dan dimusuhi kaum Quraisy. Tindakan-tindakan kaum Quraisy
yang menghambat dan menghalangi dakwah Nabi Muhammad Saw. itu antara lain :
a. Penghinaan dan siksaan terhadap Rasulullah; Rasulullah Saw.
dihina sebagai orang gila, tukang sihir, anak celaka, dan lain-lain sebutan
penghinan.Pernah dilempari kotoran domba, rumahnya dilempari sampah dan
kotoran, di depan pintu rumahnya diletakkan duri yang tajam dan
tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.
b. Ancaman dan siksaan kepada para pengikut Rasulullah Saw.;
Bilal seorang bekas hamba yang masuk Islam dijemur di panas terik matahari
sambil dilempar batu, ayah dan ibu Ammar bin Yasir dibunuh dan ditusuk
jantungnya oleh Abu Jahal, Zanirah dicungkil matanya sampai buta, Chibab
terbelah dua badannya lantaran diseret dua ekor unta dengan berlawanan arah.
c. Bujukan harta, kedudukan dan wanita ; Utbah bin Rabi’ah
diutus kaum Quraisy membujuk Rasulullah saw. dengan harta seberapa dia minta,
mereka bersedia menjadikan Rasulullah saw. sebagai Kepala atau Raja, bahkan
menyediakan wanita tercantik di seluruh Arab, asalkan Rasulullah menghentikan
kegiatannya menyiarkan agama Islam.Usaha-usaha kaum Quraisy yang lain berupa : permintaan
berganti-ganti menyembah Tuhan dan berhala, mengancam Abu Thalib paman Rasul,
meminta Nabi Muhammad Saw. ditukar dengan pemuda lain, melarang orang Quraisy
mendengar Al-Qur’an.
d. Kaum Quraisy mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani
Muthalib serta Kaum Quraisy dilarang menikah, berjual beli, membantu dan
menolong keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.Pelanggar ketentuan
tersebut diancam hukuman berat. Pengasingan ini tidakdicabut sebelum Muhammad diserahkan
kepada kaum Quraisy. Akibatnya banyak pengikut Rasulullah saw yang menderita
kelaparan.
Di antara hal-hal yang menyebabkan kaum Quraisy menghalangi
dakwah Rasulullah adalah sebagai berikut :
1) Mereka khawatir akan kehilangan kekuasaannya sebagai penguasa
kota Mekkah dan bangsa Arab. Dengan hilangnya kekuasaan mereka lenyap pulalah
pengaruh mereka yang sangat besar di kalangan bangsa Arab.
2) Mereka tidak menyetujui penghapusan diskriminasi sosial, yang
mempersamakan bangsawan dengan rakyat jelata dan hamba sahaya.
3) Mereka takut adanya pembalasan pada hari Kiamat, karena
perbuatan perbuatan semena-mena selama ini akan dibalas pada Hari Akhir nanti.
4) Mereka tidak mau meninggalkan adat dan tradisi nenek
moyangnya seperti berjudi, minum-minuman keras, dan kebisaaan-kebisaaan buruk
lainnya.
5) Mereka tidak mau kehilangan mata pencaharian dari penjualan
arca-arca dan berhala. Dengan tiadanya arca-arca Ka’bah, habis pulalah pengunjung
Ka’bah yang datang dari seluruh negeri Arab,dan habis pulalah penghasilan kaum
Quraisy sebagai penguasa Ka’bah.
Hal-hal di atas itulah yang menjadikan kaum Quraisy berusaha
sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk menghentikan kegiatan dakwah Muhammad
Saw.
4. Pertumbuhan Islam pada periode Mekkah.
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa pada periode permulaan
di Mekkah telah beriman sekitar 40 orang dari penduduk Mekkah yang mula-mula beriman
yaitu sebagai berikut :
a. Dari keluarga dekat dan sahabat Rasulullah yaitu Siti
Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakar.
b. Dari pemuda-pemuda Quraisy sejumlah 15 orang, di antaranya
Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubeir biN Awwan, Thalhah
bin Ubaidillah, Ubaidah bin Harits dan Ja’far bin Abi Thalib.
c. Dari bekas hamba sahaya antara lain : Bilal, Amar, Zanirah
dan Khibab.
d. Dari pahlawan-pahlawan Quraisy yaitu Umar bin Khattab dan
Hamzah bin Abdul Muthalib.
e. Dari lain-lain: Ummu Habibah anak Abu Sufyan, Rukaiyah putra Rasulullah,
Fathimah dan suaminya. Sa’id bin Zaid, Na’im bin Abdillah dan lain-lain. Wahyu
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. menjadi penggerak untuk menegakkan
kebudayaan Islam. Ayat 1-5 Surat Al-Alaq mendorong muslimin menuntut ilmu
pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuan itu mereka mempelajari dan mendalami
ajaran-ajaran Islam mengenai aqidah, syariah dan akhlak. Dan dari keindahan
ushub dan bahasa serta isi dari ayat-ayat Al-Qur’an inilah, maka bangsa Arab
sangat tertarik dan terpesona, sehingga seorang demi seorang menyatakan diri
mengikuti ajaran Islam. Pada periode Mekkah pertumbuhan Islam baru dalam tahap
pengumpulan pengikut dan pemantapan aqidah dan akhlaq kaum muslim. Perluasan
daerah kekuasaan Islam belum dapat dilaksanakan. Pada periode ini justru
Rasulullah menghindar diri dari permusuhan dan pertentangan dengan kaum
Quraisy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar