Kamis, 08 Januari 2015

PERANAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA



A.  Nama – nama Walisongo
Walisongo sebagai jantung penyiaran Islam di Jawa. Ajaran-ajaran walisongo memiliki pengaruh yang besar di kalangan masyarakat Jawa, bahkan kadangkala menyamai pengaruh seorang raja. Namun yang lazim dikaui sebagai Walisongo sebagai berikut.
1.    Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
2.    Raden Rahmat atau Sunan Ampel
3.    Raden Maulana Makhdum Ibrahim
4.    Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga
5.    Raden Paku (Raden Ainul Yakin) atau Sunan Giri
6.    Raden Kosim Syarifuddin atau Sunan Drajat Sedayu
7.    Raden Ja’far Sadiq atau Sunan Kudus
8.    Raden Said (Raden Prawoto) atau Sunan Muria
9.    Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
B.  Kontribusi Walisongo
Walisongo memiliki pendekatan yang khas dalam melakukan dakwah kepada khalayak. Mereka mampu memahami secara detail kondisi sosio-kultural masyarakat Jawa. Terdapat beberapa bentuk budaya lama telah dimodifikasi para wali, misalnya:
1.    Sunan Kalijaga membolehkan pembakaran kemenyan. Semula pembakaran kemenyan menjadi sarana dalam upacara penyembahan para dewa tetapi oleh Sunan Kalijaga fungsinya diobah sebagai pengharum ruangan ketika seorang muslim berdoa. Dengan suasana ruangan yang harum itu, diharapkan do'a dapat dilaksanakan dengan lebih khusyuk .
2.    Sunan Kudus melarang penyembelihan lembu bagi masyarakat muslim di Kudus. Larangan ini adalah bentuk toleransi terhadap adat istiadat serta watak masyarakat setempat yang sebelumnya yang masih kental dengan agama Hindunya. Dalam keyakinan Hindu, lembu termasuk binatang yang dikeramatkan dan suci.
3.    Para wali mengadopsi bentuk atap masjid yang bersusun tiga, yang merupakan peninggalan tradisi lama (Hindu). Namun, para wali memberikan  penafsiran baru terhadap bentuk atap susun tersebut. Bentuk atap itu merupakan melambangkan iman, Islam, dan ihsan.
Berikut ini walisongo :
a.    Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Pada akhir abad ke-14, Maulana Malik Ibrahim datang dan mendarat di pantai Jawa Timur yang disertai beberapa orang kawan dekatnya untuk selanjutnya bermukim di Gresik. Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad saw. dan saudara sepupu Raja Chermen (menurut sebagian pendapat Chermen berasal dari India, namun sebagian lagi menyebutnya dari Sumatera). Kehadiran Maulana Malik Ibrahim disertai Raja Chermen untuk mengislamkan Raja Majapahit. Kegiatan dakwah Islam di Jawa dipandang sukses ketika dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim
Pada langkah berikutnya Maulana Malik Ibrahim mengambil jalur pendidikan dengan mendirikan pesantren. Dalam perjalanann hidupnya, Maulana Malik Ibrahim tetap bermukim di Gresik untuk menyiarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada tanggal 12 Rabiulawal 822 H, bertepatan dengan 8 April 1419 M. Maulana Malik Ibrahim akhinya lebih dikenan dengan panggilan Sunan Gresik, setelah meninggal beliau dimakamkan di Perkuburan Gapura Wetan, Gresik. Makamnya banyak diziarahi masyarakat Jawa hingga sekarang. Sunan Gresik dianggap sebagai penyiar Islam pertama di tanah Jawa.
b.    Raden Rahmat atau Sunan Ampel (Campa, Aceh 1401 – Tuban Jawa Timur 1481)
Raden Rahmat adalah putra Sunan Gresik dari istrinya yang bernama Dewi Candrawulan. Raden Rahmat sebagai penerus perjuangan ayahnya dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Untuk melancarkan misi dakwahnya pada tahap awal, Raden Rahmat membangun pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Raden Rahmat [Sunan Ampel] dikenal tegas dan radikal dalam menyampaikann ajaran Islam, khususnya dalam bidang akidah.
Raden Rahmat [Sunan Ampel] wafat pada tahun 1481. Beliau dimakamkan di Masjid Ampel, Surabaya. Sampai sekarang makan beliau banyak dikunjungi peziarah dari berbagaai derah diseluruh pelosok Nusantara.
c.    Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang, (Ampel Denta, Surabaya 1465 – Tuban 1525)
Maulana Makhdum Ibrahim adalah putra dari Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati. Maulana Makhdum Ibrahim merupakan sepupu dari Sunan Kalijaga yang banyak dikenal sebagai pencipta gending  pertama.
Sebelum terjun dimedan Dakwah, Maulana Makhdum Ibrahim banyak belajar di Pasai, kemudian sekembalinya dari Pasai, Maulana Makhdum Ibrahim mendirikan pesantren di daerah Tuban. Santri yang belajar pada pesantren Maulana Makhdum Ibrahim, berasal dari penjuru daerah di Tanah Air. Dalam menjalankan kegiatan dakwahnya Maulana Makhdum Ibrahim [Sunan Bonang] mempunyai keunikan dengan cara merubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat sebagaimana yang dikenal dalam Islam. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang telah lama dipeluk sebelumnya .
Karya yang berupa catatan-catatan pengajaran Maulana Makhdum Ibrahim [Sunan Bonang] dikenal dengan Suluk Sunan Bonang atau Primbon Sunan Bonang. Suluk atau primbon hasil karya Sunan Bonang berbentuk prosa dalam gaya Jawa Tengah, dan penggunaan kalimat-kalimatnya banyak sekali dipengaruhi bahasa Arab. Terdapat pula karya lainnya, yaitu Sekar Damarwulan, Primbon Bonang I dan II, dan Serat Wragul. Karya-karya Maulana Makhdum Ibrahim ini antara lain bisa ditemui di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Sunan Bonang meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir Utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.
d.    Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga (Tuban akhir abad ke-14 - Demak pertengahan abad ke-15)
Raden Mas Syahid [Sunan Kalijaga] dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, berpandangan luas, berpikiran tajam, intelek, Cerdas, kreatif, Dinamis serta berasal dari suku Jawa asli.Raden Mas Syahid [Sunan Kalijaga] juga terkenal sebagai seorang negarawan dan menjadi arsitek sistem pemerintahan Jawa. Sistem kabupaten yang berkembang pada masa sekarang dan telah diterapkan secara nasional sebagai wujud gagasan Sunan Kalijaga.
Raden Mas Syahid sebagai orang yang paling berjasa  menggunakan pendekatan kultural dalam berdakwah, termasuk di antaranya wayang dan gamelan sebagai media dakwah. Sunan Kalijaga mengarang berbagai cerita wayang yang islami, khususnya yang bertemakan akhlak atau budi pekerti.
Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid ) meninggal pada pertengahan abad ke-15 dan makamnya ada  di desa Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
e.    Raden Paku atau Sunan Giri, (Blambangan, pertengahan abad ke-15 awal abad ke-16)
Raden Paku adalah putra dari Syekh Maulana Ishak (murid Sunan Ampel). Raden Paku dan dikenal dengan sebutan Sunan Giri adalah saudara ipar dari Raden Fatah, dikarenakan istri mereka bersaudara.
Raden Paku [Sunan Giri] terkenal sebagai seorang pendidik yang mampu menerapkan metode permainan yang bersifat agamis. Karya- karyanya berupa permainan atau tembang di antaranya Gula Ganti, Jamuran, Jelungan, Jor, Ilir-ilir, dan Cublak-cublak Suweng. Karya yang lain yaitu Kitab Serat Wali Sana dan Serat Widyapradana, berisi pengetahuan ilmu faal yang kemudian dikembangkan oleh R. Ranggawarsita. Sunan Giri juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Berbagai masalah atau keputusan penting sering  menunggu pertimbangan Sunan Giri.
Sunan Giri meninggal sekitar awal abad ke-16, makam beliau ada di Bukit Giri, Gresik, sampai sekarag makamnya banyak diziarahi masyarakat dari berbagai penjuru.
f.    Raden Kosim atau Syarifuddin atau Sunan Drajat (Ampel Denta, Surabaya, 1470 – Sedayu, Gresik, pertengahan abad ke-16)
Raden Kosim atau Syarifuddin lebih dikenal dengan panggilanSunan Drajat. Masyarakat mengenalnya juga sebagai Sunan Sedayu, karena ia dimakamkan di dekat Kota Sedayu ( kuarang lebih 30 Km dari Sedayu).
Raden Kosim [Sunan Drajat] mempunyai andil berdakwah dengan pendekatan kultural. Ia menciptakan tembang Jawa yang sampai sekarang  ini masih banyak disenangi masyarakat, yaitu tembang Pangkur, dan Cariosipun Jaka Pertaka.
g.   Ja’far Sadiq atau Sunan Kudus, (abad ke-15 – Kudus 1550)
Ja’far Sadiqatau Raden Undung, dikenal dengan panggilan Sunan Kudus, beliau juga dijuluki Raden Amir Haji sebab ia pernah bertindak sebagai pimpinan Jama’ah Haji (Amir).. Dikenal sebagai seorang pujangga yang luas dan mendalam ilmunya.Ja’far Sadiq[Sunan Kudus] adalah putra Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah.
Ja’far Sadiq [Sunan Kudus] dalam melaksanakan dakwah menggunakan pendekatan budaya, beliau juga memainkan peran sebagai sosok pujangga yang menciptakan berbagai lagu dan cerita keagamaan. Karyanya yang paling terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus meninggal di Kudus pada tahun 1550, makamnya berada di dalam kompleks Masjid Menara Kudus dan banyak diziarahi oleh kaum Muslimin dari dari berbagai penjuru di tanah Air.
h.   Raden Umar Said atau Sunan Muria (abad ke-15 – abad ke-16)
Raden Umar Saiddikenal dengan panggilan Sunan Muria, sebab pusat kegiatan dakwah ataupun makamnya terletak di Gunung Muria (sekitar 18 km sebelah utara Kota Kudus). Beliau adalah putra Sunan Kalijaga, semasa kecil ia biasa dipanggil R. Prawoto.
Di dalam berdakwah Sunan Muria memiliki keunikan yaitu menjadikan desa-desa terpencil sebagai medan dakwah Islamnya. Sunan Muria dikenal sebagai wali yang lebih gemar menyendiri, bertempat tinggal di desa terpencil, dan bergaul dengan rakyat kebanyakan. Sunan Muria memberikan pengajaran kepada masyarakat di sekitar Gunung Muria dengan mengadakan kursus-kursus bagi para pedagang, nelayan, ataupun elemen masyarakat kecil lainnya.
Beliau memiliki karya tulis yang masih digemari hingga saat ini, yaitu tembang sinom dan kinanti. Dalam sejarah tidak diketahui secara persis tahun meninggalnya dan Menurut perkiraan, Sunan Muria meninggal pada abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Muria, Kudus.
i.     Syarif Hidayatullah atau Fatahillah atau Sunan Gunung Jati, (wafat: Gunung Jati, Cirebon, 1570)
Syarif Hidayatullah atau Fatahillah dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Beliau adalah salah seorang dari Walisongo yang banyak memberikan kontribusi dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, khususnya di daerah Jawa Barat. Syarif Hidayatullah dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten.
Sunan Gunung Jati meninggal di Cirebon pada tahun 1570 dan usianya diperkiran sekitar 80 tahun. Makamnya terdapat di kompleks pemakaman Wukir Sapta Pangga di Gunung Jati, Desa Astana Cirebon, Jawa Barat.
C. Teladan Spiritual dan Intelektual
Walisongo telah menunjukan peranan yang sangat berharga dalam menyiarkan Islam di tanah jawa. Melihat keberhasilan dakwah walisongo, maka sebagai generasi muda Islam, harus dapat meneladani kepribadianya diantaranya melalui:
1.    Sebagai generasi muda harus senantiasa mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt., karena hal itu adalah modal yang paling utama yang harus dimiliki
2.    Tuntutan perkembangan zaman mengharuskan generasi muda untuk memperdalam penguasaan ilmu, baik ilmu agama maupun pengetahuan lainnya, sehingga dapat memberikan manfaat baik bagi diri sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya
3.    Unutuk mendapatkan kemuliaan dihari esok, maka generasi muda harus bersedia berjuang dalam rangka meninggikan agama Allah, sesuai bidang yang ditekuninya
4.    Mengembangkan jalinan silaturahmi dengan cara-cara yang bijaksana, sehingga akan melahirkan ukhuwah Islamiyah
5.    Diperlukan keahlian untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan dengan menggunakan cara-cara yang cerdas dan simpatik, sehingga mudah diterima orang lain yang menjadi sasaran dakwah
6.    Dalam setiap situasi dan keadaan senantiasa menunjukkan kepribadian yang luhur serta menghindarkan diri dari sifat-sifat yang kurang terpuji. Demikian beberapa sikap yang dapat diungkapkan, sebagai upaya meneladani kepribadian dan perjuangan Walisongo. Wujudkan sikap-sikap tersebut dalam diri dan kepribadianmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...