1.
Pengertian
Rasulullah SAW
bersabda: ‘’Orang mukmin itu bukanlah pendendam”.
Dalam Al-Qur’an,
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Dan janganlah
kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian
dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’ : 32)
Dendam
dalam bahasa Arab disebut hiqid, yang maksudnya memendam permusuhan di
dalam hati dan menanti-nanti waktu yang tepat untuk melampiaskan dendamnya.
Menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakti hati dengan mencelakai
orang yang didendami.
Apabila
rasa permusuhan telah tumbuh dengan subur dalam diri manusia, dapat
mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang yang selanjutnya dapat merusak
perdamaian dan yang terjadi adalah permusuhan. Sungguh Islam melarang
ketegangan dan permusuhan.
Bisa
dibayangkan bagaimana keadaan kita ketika hanya ada ketegangan dan permusuhan
antar sesama, pastinya keresahan dan ketidaknyamanan selalu menghantui dalam
kehidupan kita. Oleh karenanya, mencegah adanya ketegangan dan permusuhan,
menurut Islam merupakan ibadah yang bernilai besar, sebagaimana sabda Nabi SAW
yang artinya: “Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari
puasa, salat, dan sedekah?” Jawab sahabat: “Tentu mau.” Nabi SAW
bersabda: “Yaitu mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di
antara kamu menjadi pencukur atau perusak agama.” (H.R. Abu Daud dan
Tirmidzi)
Setan
kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang beriman untuk menyembah berhala,
tetapi setan sering juga mampu menggoda dan menyesatkan manusia melalui
celah-celah pergaulan dengan cara merusak perdamaian di antara mereka sendiri,
sehingga hawa nafsunya tidak terkendalikan.
Disinilah
setan mulai menyalakan api permusuhan di hati manusia. Jika api permusuhan itu
telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman,
sehingga turut terbakarnya hubungan dan sendi-sendi kehidupan manusia.
Kita
harus mengetahui bahwa manusia itu berbeda-beda tabiat dan wataknya,
berbeda-beda kecerdasan akal dan daya tangkapnya. Karena itu dalam pergaulan,
kadangkala setan membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan
permusuhan. Untuk menghadapi godaan setan tersebut, Islam telah memberikan cara
penanggulangan yaitu berpegang kepada kasih sayang.
Islam
juga melarang memutuskan hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering
merasakan seolah-olah kejelekan itu dilemparkan kepada kita, sehingga sering
tidak mampu mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita. Kadang apabila kita
berpikir sempit, maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan mereka.
Tetapi, Allah tidak suka perbuatan yang demikian. Memutuskan hubungan sesama
Muslim dilarang, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Janganlah
kamu memutuskan hubungan, belakang membelakanggi, benci membenci, hasut
menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang
lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) Muslim mendiamkan saudaranya
lebih dari tiga hari.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)
Dalam
hadis ini dinyatakan batas tiga hari, karena pada waktu tiga hari kemarahan
sudah bisa reda. Setelah itu wajib bagi seorang Muslim untuk menyambung kembali
hubungan tali persaudaraannya dengan saudara-saudaranya sesama Muslim, dan
membiasakan perilaku yang utama ini. Karena putusnya tali persaudaraan ini tak
ubahnya seperti awan hitam atau mendung apabila telah dihembus angin, maka
hilanglah mendungnya dan cuaca pu menjadi bersih dan terang kembali.
Sungguh
berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar, dan pemaaf. Tidak ada
sesuatu yang menyenangkan dan menyejukkan, kecuali hidup dengan hati yang
bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari kebingungan dan dendam yang senantiasa
meresahkan hati manusia. Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah
mereka yang apabila melihat suatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa
senang dan merasakan karunia itu ada pula dirinya. Dan apabila ia melihat
musibah yang menimpa seseorang hamba
Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan
penderitaan dan mengampuni dosanya.
Sebagai
masyarakat yang terdiri dari berbagai suku dan ras dengan berbagai perbedaan,
umat Islam sudah seharusnya bersih jiwanya dan sehat hatinya, saling mencintai,
saling mengasihi, saling menyayangi, tidak diskriminatif, dan mengadakan
kerjasama yang saling menguntungkan, di dalamnya tidak ada seorang yang untung
sendiri. Keadaan masyarakat seperti ini telah digambarkan dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah
beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hasyr: 10)
2.
Ciri-ciri
Pendendam
Ada
beberapa ciri orang yang mempunyai sifat pendendam
antara lain
:
a.
Tidak
senang jika melihat orang lain senang. Orang pendendam hatinya akan sedih,
gelisah, dan iri jika orang lain mendapat kenikmatan.
b.
Merasa
senang jika orang lain menderita. Sebaliknya orang pendendam hatinya akan
senang dan gembira bila orang lain menderita, tidak mau menolong malah
mengejeknya.
c.
Selalu
membalas kesalahan dan kejelekan orang lain. Orang pendendam, jika orang lain
melakukan kesalahaan maka akan diungkit-ungkit dan terus dibicarakan dengan
orang lain. Kejelekan orang lain selalu dibicarakan, sementara mereka sendiri
kadang lebih jelek daripada orang tersebut.
d.
Suka
memfitnah orang lain. Pendendam biasanya suka memfitnah orang lain
menjelek-jelekkan orang dimata orang lain, padahal orang tersebut tidak
melakukan kejelekan seperti yang disampaikan oleh orang yang pendendam
tersebut.
e.
Suka
membuka rahasia orang lain. Orang pendendam biasanya tidak bisa menyimpan
rahasia, justru kalau mengerti rahasia orang lain akan diceritakan ke orang
lain lagi.
3.
Akibat
negatif pendendam
Ada
dua akibat yang ditimbulkan oleh orang pendendam, yaitu akibat untuk diri
sendiri dan akibat negatif bagi orang lain.
a.
Bagi
diri sendiri
1)
Hidupnya
tidak pernah merasa tenang
2)
kehidupannya
tersiksa oleh perasaan sendiri
3)
Mudah
terserang penyakit tekanan darah tinggi dan jantung.
4)
Banyak
dibenci orang.
b.
Bagi
orang lain
1)
Kehidupan
orang lain terasa kurang nyaman.
2)
Terkurangi
haknya untuk bersahabat dengan siapapun.
3)
Dapat
mengundang sifat permusuhan orang lain.
4.
Menghindari
dari perilaku pendendam
Sifat
pendendam merupakan sifat yang tidak baik dan dibenci Allah swt. Oleh karena
itu, sifat tersebut harus kita hindari dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Selalu
mendekatkan diri pada Allah swt. dengan cara memperbanyak ibadah, zikir. dan
doa sehingga hati kita tenang.
b.
Menjadi
orang pemaaf. Apabila orang lain melakukan kesalahaan terhadap diri kita dan
sudah meminta maaf maka sebaiknya juga kita memaafkan, sehingga tidak timbul
rasa dendam di dalam hati kita.
c.
Tidak
membicarakan kejelekan orang lain.
d.
Tidak
memfitnah orang lain.
b.
Jika
kita mengetahui rahasia orang lain maka sebaiknya disimpan saja, tidak usah
diceritakan ke orang lain lagi.
c.
Silaturahmi,
yaitu mengunjungi saudara atau orang lain untuk menyambung persaudaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar