Minggu, 07 Desember 2014

Materi Dendam




1.       Pengertian
Rasulullah SAW bersabda: ‘’Orang mukmin itu bukanlah pendendam”.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
Ÿ
Artinya:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’ : 32)

Dendam dalam bahasa Arab disebut hiqid, yang maksudnya memendam permusuhan di dalam hati dan menanti-nanti waktu yang tepat untuk melampiaskan dendamnya. Menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakti hati dengan mencelakai orang yang didendami.
Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan subur dalam diri manusia, dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang yang selanjutnya dapat merusak perdamaian dan yang terjadi adalah permusuhan. Sungguh Islam melarang ketegangan dan permusuhan.
Bisa dibayangkan bagaimana keadaan kita ketika hanya ada ketegangan dan permusuhan antar sesama, pastinya keresahan dan ketidaknyamanan selalu menghantui dalam kehidupan kita. Oleh karenanya, mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan ibadah yang bernilai besar, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, salat, dan sedekah?” Jawab sahabat: “Tentu mau.” Nabi SAW bersabda: “Yaitu mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di antara kamu menjadi pencukur atau perusak agama.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)
Setan kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang beriman untuk menyembah berhala, tetapi setan sering juga mampu menggoda dan menyesatkan manusia melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak perdamaian di antara mereka sendiri, sehingga hawa nafsunya tidak terkendalikan.
Disinilah setan mulai menyalakan api permusuhan di hati manusia. Jika api permusuhan itu telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman, sehingga turut terbakarnya hubungan dan sendi-sendi kehidupan manusia.
Kita harus mengetahui bahwa manusia itu berbeda-beda tabiat dan wataknya, berbeda-beda kecerdasan akal dan daya tangkapnya. Karena itu dalam pergaulan, kadangkala setan membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan. Untuk menghadapi godaan setan tersebut, Islam telah memberikan cara penanggulangan yaitu berpegang kepada kasih sayang.
Islam juga melarang memutuskan hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah kejelekan itu dilemparkan kepada kita, sehingga sering tidak mampu mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita. Kadang apabila kita berpikir sempit, maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan mereka. Tetapi, Allah tidak suka perbuatan yang demikian. Memutuskan hubungan sesama Muslim dilarang, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Janganlah kamu memutuskan hubungan, belakang membelakanggi, benci membenci, hasut menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis ini dinyatakan batas tiga hari, karena pada waktu tiga hari kemarahan sudah bisa reda. Setelah itu wajib bagi seorang Muslim untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya dengan saudara-saudaranya sesama Muslim, dan membiasakan perilaku yang utama ini. Karena putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti awan hitam atau mendung apabila telah dihembus angin, maka hilanglah mendungnya dan cuaca pu menjadi bersih dan terang kembali.
Sungguh berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar, dan pemaaf. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menyejukkan, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari kebingungan dan dendam yang senantiasa meresahkan hati manusia. Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat suatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan karunia itu ada pula dirinya. Dan apabila ia melihat musibah yang menimpa seseorang  hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni dosanya.
Sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai suku dan ras dengan berbagai perbedaan, umat Islam sudah seharusnya bersih jiwanya dan sehat hatinya, saling mencintai, saling mengasihi, saling menyayangi, tidak diskriminatif, dan mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan, di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri. Keadaan masyarakat seperti ini telah digambarkan dalam Al-Qur’an:
š 
Artinya:
“dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hasyr: 10)

2.       Ciri-ciri Pendendam
Ada beberapa ciri orang yang mempunyai sifat pendendam
antara lain :
a.        Tidak senang jika melihat orang lain senang. Orang pendendam hatinya akan sedih, gelisah, dan iri jika orang lain mendapat kenikmatan.
b.       Merasa senang jika orang lain menderita. Sebaliknya orang pendendam hatinya akan senang dan gembira bila orang lain menderita, tidak mau menolong malah mengejeknya.
c.        Selalu membalas kesalahan dan kejelekan orang lain. Orang pendendam, jika orang lain melakukan kesalahaan maka akan diungkit-ungkit dan terus dibicarakan dengan orang lain. Kejelekan orang lain selalu dibicarakan, sementara mereka sendiri kadang lebih jelek daripada orang tersebut.
d.       Suka memfitnah orang lain. Pendendam biasanya suka memfitnah orang lain menjelek-jelekkan orang dimata orang lain, padahal orang tersebut tidak melakukan kejelekan seperti yang disampaikan oleh orang yang pendendam tersebut.
e.       Suka membuka rahasia orang lain. Orang pendendam biasanya tidak bisa menyimpan rahasia, justru kalau mengerti rahasia orang lain akan diceritakan ke orang lain lagi.

3.       Akibat negatif pendendam
Ada dua akibat yang ditimbulkan oleh orang pendendam, yaitu akibat untuk diri sendiri dan akibat negatif bagi orang lain.
a.        Bagi diri sendiri
1)       Hidupnya tidak pernah merasa tenang
2)       kehidupannya tersiksa oleh perasaan sendiri
3)       Mudah terserang penyakit tekanan darah tinggi dan jantung.
4)       Banyak dibenci orang.
b.       Bagi orang lain
1)       Kehidupan orang lain terasa kurang nyaman.
2)       Terkurangi haknya untuk bersahabat dengan siapapun.
3)       Dapat mengundang sifat permusuhan orang lain.

4.       Menghindari dari perilaku pendendam
Sifat pendendam merupakan sifat yang tidak baik dan dibenci Allah swt. Oleh karena itu, sifat tersebut harus kita hindari dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.        Selalu mendekatkan diri pada Allah swt. dengan cara memperbanyak ibadah, zikir. dan doa sehingga hati kita tenang.
b.       Menjadi orang pemaaf. Apabila orang lain melakukan kesalahaan terhadap diri kita dan sudah meminta maaf maka sebaiknya juga kita memaafkan, sehingga tidak timbul rasa dendam di dalam hati kita.
c.        Tidak membicarakan kejelekan orang lain.
d.       Tidak memfitnah orang lain.
b.       Jika kita mengetahui rahasia orang lain maka sebaiknya disimpan saja, tidak usah diceritakan ke orang lain lagi.
c.        Silaturahmi, yaitu mengunjungi saudara atau orang lain untuk menyambung persaudaraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...