A.
Pengertian Tasawuf
Menurut bahasa, terdapat sejumlah
kata atau istilah yang dihubungkan oleh para ahli untuk menjelaskan kata
tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan
dengan tasawuf, yaitu ahl al-suffah (orang yang ikut pindah dengan
Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah), saf (barisan), sufi
(suci), sophos (kebijaksanaan), dan suf (kain wol). Seluruh kata itu bisa saja
dihubungkan dengan tasawuf.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.
Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak mulia. Selama ini
ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf,
yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan.
Jika dilihat dari sudut pandang manusia
sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya
menyucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan
perhatian hanya kepada Allah SWT. Jika dilihat dari sudut pandang manusia
sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan jika dilihat dari sudut
pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan, tasawuf dapat
didefinisikan sebagai kesadaran fitrah yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju
kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Sehingga pada intinya tasawuf
merupakan upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan. Dengan harapan, hal ini
dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan dunia sehingga tercermin
akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain, tasawuf adalah
bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu
dekat dengan Allah SWT. Inilah esensi atau hakikat tasawuf.
B.
Sumber Ajaran Tasawuf
Tasawuf bersumber pada ajaran Islam
karena dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Semua itu dapat
dilihat dari azas-azas yang diterapkan, yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
C.
Maqamat dalam Tasawuf
Kata maqamat berasal dari dari bahasa Arab yang berarti
tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Selanjutnya, istilah ini digunakan
untuk arti jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada
dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris, maqamat dikenal dengan istilah
stages yang berarti tangga. Berikut adalah maqamat dalam tasawuf:
1)
Zuhud
Zuhud
berati tidak ingin terhadap sesuatu yang bersifat keduniawian. Orang yang zuhud
lebih mengutamakan kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dan abadi daripada
mengjar kehidupan dunia yang fana.
2)
Tobat
Tobat
berasal dari bahasa Arab, yaitu taba, yatibu, taubatan
yang berarti kembali. Tobat yang dimaksud kalangan sufi adalah memohon ampun
atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh untuk tidak
akan mengulangi perbuatan dosa tersebut. Kemudian diikuti dengan melakukan amal
kebajikan.
3)
Wara’
Wara’
berati saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, atau mnejauhi hal-hal yang
tidak baik. Dalam pnegrtian sufi, wara’ adalah meninggalkan segala yang
didalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat).
4)
Kefakiran
Fakir
biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh, atau orang miskin. Dalam
pandangan sufi, fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang menjadi hak
kita, tidak meminta rezeki dan kecuali hanya untuk menjalankan
kewajiban-kewajiban.
5)
Sabar
Sabar
berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah
SWT, tenang ketika mendapatkan cobaan dan menampakkan sikap cukup walaupun
sebenarnya berada dalam kefakiran di bidang ekonomi. Di kalangan para sufi,
sabar terdiri atas sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT, sabar
dalam menjauhi segala larangan-Nya, dan sabar dalam menerima segala cobaan yang
ditimpakan-Nya kepada diri kita.
6)
Tawakal
Tawakal
adalah penyerahan diri seorang hamba kepada Allah.
7)
Rida
Rida
berarti rela, suka, senang. Harun Nasution mengatakan bahwa rida tidak
berusaha, tidak menentang qada dan qadar Allah, menerima qada dan qadar dengan
hati senang, mengeluarkan perasaan benci dari hati sehingga yang tinggal di
dalamnya hanya perasaan senang dan gembira.
D.
Hal dalam Tasawuf
Hal merupakan keadaan mental, seperti perasaan senang, perasaan sedih,
dan perasaan takut. Hal yang biasa disebut dengan hal adalah
takut (al-khauf), rendah hati (at-tawadu’), patuh (al-taqwa),
ikhlas (al-ikhlas), rasa berteman (al-uns), gembira hati (al-wajd),
dan berterima kasih (al-syukr). Hal berlainan dengan maqam.
Hal diperoleh bukan atas usaha manusia, tetapi sebagai anugrah dan
rahmat Allah SWT. Seain itu hal bersifat sementara, datang dan pergi
bagi seorang sufi dalam perjalanan mendekati Allah.
Selain melaksanakan berbagai
kegiatan dan usaha seperti yang disebutkan di atas, seorang sufi juga harus
melakukan serangkaian kegiatan mental yang berat. Kegiatan itu seperti riyadah,
mujahadah, khalwat, ‘uzlah, muraqabah, dan suluk.
Riyadah berarti latihan mental dengan melaksanakan zikir, tafakur, dan
melatih diri dengan berbagai sifat yang terdapat dalam maqam. Mujahadah
berarti bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah. Khalwat
berati menyepi atau bersemedi. ‘Uzlah berarti mengasingkan diri dari
pengaruh keduniaan. Muraqabah berarti mendekatkan diri kepada Allah. Suluk
berarti menjalankan cara hidup sebagai sufi dengan zikir. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jalan yang harus dilalui seorang sufi cukup sulit dan harus
ditempuh dengan perjuangan berat. Untuk pindah dari maqam satu ke maqam lain
bagi seorang sufi memerlukan perjuangan berat dan waktu yang panjang.
Terimakasiih
BalasHapus