A. Pengertian Ilmu Kalam
Menurut Syekh Muhammad Abduh, ilmu
kalam ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib yang ada
bagi-Nya, zifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dan sifat-sifat yang tidak
ada bagi-Nya. Selain itu ilmu kalam juga membahas tentang rasul-rasul Allah
untuk menetapkan kebenarannya risalah, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal
jaiz yang dihubungkan kepada diri mereka, dan hal-hal terlarang yang
dihubungkan kepada diri mereka.
Ibnu Kaldun menerangkan bahwa ilmu
kalam ialah yang berisi alasan-alasan untuk memertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi
bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf
dan ahli sunnah.
Dalam dunia keilmuan, ilmu kalam
memiliki banyak sebutan. Berikut adalah beberapa sebutan ilmu kalam:
1.
Ilmu
Tauhid
Dinamakan
ilmu tauhid karena membahas tentang Allah. Pembahasan ini meliputi sifat-sifat
wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat yang boleh disisfatkan bagi-Nya, dan
sifat-sifat yang sama sekali tidak wajib ada bagi-Nya. Selain itu pembahasannya
membicarakan tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kerasulan mereka,
hal-hal yang wajib pada diri mereka, hal-hal yang dikaitkan kepada mereka, dan
hal-hal terlarang yang berkaitan dengan mereka. Tujuan ilmu tauhid adalah untuk
memantapkan keyakinan, kepercayaan, dan kemampuan hati yang didasarkan wahyu
Allah SWT.
2.
Ilmu
Ushuluddin
Pokok-pokok
kepercayaan terpenting yang menjadi pembahasannya adalah ketauhidan, kenabian,
dan kepercayaan pada akhirat. Tujuan ilmu ushuluddin adalah untuk memurnikan
keesaan Allah.
3.
Ilmu
Akidah
Pokok
pembahasan ilmu ini adalah kepercayaan dalam Islam. Akidah merupakan aspek
fundamental dalam Islam yang berhubungan denga keimanan dan kepercayaan
terhadap hal-hal gaib.
B.
Ruang Lingkup Kajian Ilmu Kalam
Berikut merupaak ruang lingkup kajian Ilmu Kalam:
1.
Akal
dan Wahyu
Para mutakallimin membahas kedudukan akal sebagai daya berpikir
yang terdapat dalam diri manusia. Pembahasan para mutakallimin seputar akal
adalah apakah akal dapat mengetahui Allah, mengetahui baik dan buruk, dan
kewajiban melakukan yang baik serta menjauhi yang buruk.
Wahyu merupakan kebenanran langsung yang datangnya dari Allah SWT.
Meskipun dapat mengetahui Allah, tetapi akal tidak sangguo mengathui
sifat-sifat Allah dan cara terbaik untuk beribadah kepada-Nya. Dalam hal ini
wahyulah yang menjelaskan kepada akal cara beribadah, berterimakasih, dan
bersyukur kepada Allah SWT.
2.
Keesaan
Allah
Menurut
al-Farabi, Allah itu satu, bersifat Mahasatu, tidak berubah dan jauh dari
materi. Allah, menurut al-Farabi adalah esa karena yang keluar dari-Nya adalah
hanya satu wujud. Selain itu, Allah adalah akal pikiran yang bukan berupa benda
karena Allah mengetahui dan memikirkan zat-Nya.
3.
Wujud
Allah
Bagi
seorang mukmin, perasaan batin atau fitrah adlaah dalil yang pertama atas wujud
Allah. Para ahli pengetahuan baru merasa puasmengetahui atau memahami wujud
Allah dengan dalil-dalil ilmiah, yaitu dalail kejadian, dalil gerak, dan dalil
penciptaan.
4.
Zat
Allah
Zat
Allah lebih besar dari apa yang dikuasai dan terjangkau oleh pikiran manusia.
Allah menguasai segala batas dan yang membatasi akal manusia karena akal
pikiran manusia tidak akan pernah mampu mengetahui zat Allah.
5.
Sifat-sifat
Allah
Akal
manusia tidak akan mampu megetahui hakikat sifat-sifat Allah. Misalnya, yad
(u) Allah atau tangan Allah, bi a’yunina atau dengan
mata-mata Kami, qabdatuh atau genggaman-Nya, dan wahju rabbika
atau wajah Tuhanmu.
6.
Keadilan
Allah
Keadilan
Allah tergantung kepada manusia dalam memahami kekuasaan mutlak Allah SWT.
7.
Qada
dan Qadar
Semua manusia
tidak akan dapat mengetahui qada dan qadar Allah karena semua yang terjadi di
alam ini adalah rahasia Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar