Segala sesuatu
yang berasal dari Allah pasti baik, sekalipun pada saat itu manusia belum dapat
mengambikl kebaikan yang ada di dalamnya. Tetapi setelah itu niscaya manusia
akan dapat mengetahui dan merasakan hikmah suatu kejadian yang telah dialami,
setiap manusia perlu menyadari bahewa tidak semua yang dianngap baik oleh
manusia belum tentu baik dihadapan allah. Manusia terlalu banyak memilki
keterbatasan termasuk dalam menilai memilih, dan menetapkan sesuatu pilihan
yang tidak dipikirkan secara mendalam.
Husnudz-dzan
sebagai bentuk kesadaran diri manusia terhadap kekuasaan dan keadilan Allah
terhadap hamba-Nya. Allah yang memberikan manfaat ataupun mudarat, yang
menyenagkan ataupun yang menyusahkan. Husnudz-dzan sebagai wujud akhlak terpuji
yang harus diamalkan secara nyata oleh setiap muslim. Oleh karena itu untuk
membahas lebih mendalam masalah husnudzan maka pada bagian berikut akaan kita
tealaah bersama tentang pengertian husnudzan, criteria husnudzan, nilai positif
husnudzan membiasakan sikap husnudzan.
1. Pengertian husnudz-dzan
Menurut bahasa husnuzan berasal dari dua kata, yaitu
hasuna berarti baik dan zannun berarti prasangka. Adapun pengertian husnuzan
menurut istilah adalah berbaik sangka terhadap segala ketentuan ketetapan ALLAH
yang diberikan kepada manusia. Lawan dari husnuzan dalah sikap suuzan, yang
artinya berprasangka buruk. Sikap prasangka datang dari dalam hati yang
diwujudkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Husnuzan adalah perilaku terpuji
yang mendatangkan manfaat, adapun perilaku suuzan tidak menddatangkan manfaat
terhadap siapa pun. Kita harus menerima apapun yang ALLAH tetapkan untuk kita,
bagaimana pun bentuknya.
2. Segera bertaubat
Manusia
adalah tempat lupa dan berbuat salah. Demikian ungkapan yang sering terdengar
di teliinga kita. Bagi seorang muslim apabila melakukan kesalahan atau
kemaksiatan maka dia wajib dengan segera untu bertobat kepada Allah
a.
Hakekat tobat
Hakekat taubat menurut arti bahasa
adalah kembali dan taba berarti kembali, maka tobat juga mempunyai makna,
kembali pula. Maksudnya ialah kembali dari sesuatu yang tercela di dalam
…dan menuju kepada sesuatu yang terpuji di dalam syariat. dengan begitu tobat
adalah awal suatu tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqam pertama
bagi tokoh pemula. Ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits Nabi Muhammad saw.
telah banyak menerangkan suatu kewajiban tentang bertobat, sebagaimana firman
Allah :
Artinya : "Dan bertobatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang- orang yang beriman supaya kamu
beruntung". (QS. An- Nur : 31). Makna tobat secara definitif adalah
seseorang mustahil menjadi menyesal yang sungguh-sungguh selama orang masih
menetapi dosa atau berbuat dosa yang sejenisnya, sebab itulah penyesalan
merupakan syarat utama untuk bertobat. Sedangkan dalil dari hadits Nabi yang
artinya : "Seorang yang tobat dari dosa seperti orang yang tidak punya
dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba pasti dosa tidak akan
membahayakannya". (HR. Ibnu Mas'ud dan dikeluarkan oleh Ibnu Majjah).
Tobat itu mempunyai sebab sebagai latar belakang masalah, tata tertib dan juga
pembagian, adapun proses pertama yang telah mengawali tobat itu adalah :
keterjagaan hati dari keterle- lapan lupa dan kemampuan salik melihat sesuatu
pada dirinya yang mana pada hakekatnya adalah merupakan bagian dari keadaannya
yang buruk.
Jalan untuk menuju keselamatan serta
menuju ke jalan yang ' benar guna untuk berhenti dari dosa dan akan kembali
kepada Allah SWT. itulah yang dinamakan tobat. Maka dalam diri sanubari
seseorang telah timbul suatu kehendak untuk bertobat, jika seseorang dengan
hatinya telah mikir mengenai keburukan perilakunya juga melihat akan
kenyataan-kenyataan yang negatif di dalamnya.
Dan penyiapan sebab-sebab yang
mengantarkannya pada …. tobat, jika tekad telah melepaskan diri dari semua
perilaku buruk, oleh karenanya Al-Haaq menyongsongnya dengan suatu siraman
cahaya keteguhan, tarikan dalam … pengembalian.
Sehingga di dalam realisasi semacam
ini, maka yang menjadi langkah pertama kali adalah meninggalkan kawan-kawan
yang buruk perangainya atau dengan kata lain adalah hijrah, jika tidak maka dia
akan membawanya pada penolakan tujuan yang semula serta akan mengacaukan
konsentrasi dan dipikul dirinya sendiri.
Usaha semacam ini tidak akan
tercapai dengan jalan yang mulus atau sempurna, kecuali menetapi secara
terus-menerus musyahadah (Kesaksian dan pengakuan atas dosa-dosanya) sehingga
membuat kecintaannya untuk bertobat selalu bertambah dan juga
motivasi-motivasinya mampu untuk mendesak batin lebih menyempurnakan tekat
tobatnya di dalam bentuk perbuatan rasa takut dan harap.
Tahrim/66:8
b.
Tata cara untuk
bertobat
Untuk melakukan taubat yang
sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan, yaitu :
·
Menyadari kesalahan, karena seseorang tidak mungkin
bertaubat kalau dia tidak menyadari kesalahannya atau tidak merasa bersalah.
Disinilah perlunya seorang muslim mempelajari ajaran islam, terutama tentang
perintah yang wajib diikutinya dan larangan yang wajib ditinggalkannya. Dan
disini pulalah pentingnya saling mengingatkan sesama muslim.
·
kesalahan, menyesal itu adalah taubat. Sekalipun seseorang
tahu bahwa dia bersalah tetapi dia tidak menyesal telah melakukannya maka orang
tadi belumlah dikatakan bertaubat.
·
Memohon ampun kepada Allah (istighfar), dengan keyakinan
atau husnudzan bahwa Allah akan mengampuninya. Semakin banyak dan sering
mengucapkan istighfar kepada Allah swt. semakin baik. Rasulullah saw. bersabda
: “Tidak ada dosa besar dengan istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau
di ulang-ulang”. (H.R. at-Thabrani)
·
Berjanji tidak akan mengulanginya, janji itu harus keluar
dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya di mulut, sementara dalam
hati masih tersimpan niat untuk mengerjakan dosa itu sewaktu-waktu. Betapapun
kecilnya dosa itu, tapi kalau dikerjakan berulang-ulang tentu lama-lama akan
menjadi gunung dan kualitasnya sama dengan dosa besar.
·
Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk
membuktikan bahwa dia benar- benar telah bertaubat.
3. Pengertian
Riya’
Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin
memperlihatkan yang bukan sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat
didefinisikan “memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain,
bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara
memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain
disebut sum’ah (ingin didengar). Riya’ dan sum’ah merupakan
perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai
salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak
QS. An Nisa’ : 142 :
Artinya : “Sesungguhnya
orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud
riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri
kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada
orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu
orang itu melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam
perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab,
‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang
lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah
dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena
Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara
yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh
amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT
berfirman :
Artinya : ”Dan Kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)
Abu Hurairah r.a.
juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak orang yang
berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan
dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu dahsyatnya
penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah
keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang
tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab,
”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang
teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang
benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau
tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan.
Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama:
ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan
manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik
kecil.” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan,
Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian
kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka
semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’
4.
Dzalim sebagai
kemungkaran
Zalim secara bahasa mengandung pengertian
"aniaya/celaka" . Zalim secara istilah mengandung pengertian
"berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara2
bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam". Disisi lain zalim
bererti "menempatkan/meletakkan sesuatu tidak kena/sesuai dengan
tempatnya".
Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah
SBT dan termasuk dari salah satu dosa2 besar. Manusia yang berbuat zalim akan
mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana
antara firman2 Allah SBT dalam Al Quran;
"Sesungguhnya dosa besar itu
atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka
bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih".
(Surah Asy-Syura : 42)
Contoh aniaya
Contoh prilaku aniaya dapat digolongkan ke dalam tiga katagori, yaitu sebagai
berikut: 1. Zalim kepada Allah Zalim kepada Allah ini adalah mengingkari Allah
SWT. ( kufur), menyekutukan Allah SWT.(syirik), dan berbuat nifak (munafik).
Allah berfirman, yang artinya:” Sesungguhnya menyekutukan Allah itu termasuk kezaliman
yang besar.”(Q.S Luqman[31]:13) 2. Zalim kepada diri sendiri Kezaliman terhadap
diri sendiri, yaitu dengan jalan berbuat maksiat dan kedurhakaan, seperti
berzina, meminum-minuman khamar, berjudi, dan sebagainya. Supaya kita terhindar
dari aniaya maka perbanyaklah membaca do’a yang biasa dilakukan olen Nabi Adam
a.s dan istrinya yaitu dalam surah Al-A’raf ayat 23. Artinya:” Keduanya
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi".(Q.S Al-A’raf[7]:23) 3. Zalim
kepada sesama manusia Kezaliman manusia dengan sesama manusia, yaitu berbuat
sesuatu yang menyebabkan orang lain rugi karena perbuatannya, seperti melanggar
janji, sombong, berbuat keonaran, KKN, dan sebagainya. Allah SWT. berfirman,
yang artinya:” Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi
hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi.”(Q.S Asy-Syu’ara[26]:183)
5. Pengertian
Diskriminasi
Secara bahasa diskriminasi berasal
dari bahasa inggris “Discriminate” yang berarti membedakan. Sedangkan menurut
istilah diskriminasi adalah bersikap membeda-bedakan atau memisahkan antara
sesama manusia, baik karena perbedaan derajat, suku, bangsa, warna kulit, jenis
kelamin, usia, golongan, ideologi dan sebagainya.
Allah Swt Berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalam hadist juga dikatakan:
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi
Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya.”
(HR. Muslim).
Adapun
dampak negatif diskriminasi,yaitu :
a.
Mengakibatkan munculnya sifat yang buruk yaitu kecongkakan
atau kesombongan.
b.
Membanggakan diri sendiri dan meremehkan orang lain
c.
Memunculkan sikap apatis (sifat masa bodoh) yang menumbuhkan
kehancuran tatanan masyarakat
d.
Manusia terkoyak-koyak pada golongannya sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar