Selasa, 02 Desember 2014

HUSNUDZ-DZAN, BERTAUBAT, RIYA’, ANIAYA, DAN DISKRIMINASI




Segala sesuatu yang berasal dari Allah pasti baik, sekalipun pada saat itu manusia belum dapat mengambikl kebaikan yang ada di dalamnya. Tetapi setelah itu niscaya manusia akan dapat mengetahui dan merasakan hikmah suatu kejadian yang telah dialami, setiap manusia perlu menyadari bahewa tidak semua yang dianngap baik oleh manusia belum tentu baik dihadapan allah. Manusia terlalu banyak memilki keterbatasan termasuk dalam menilai memilih, dan menetapkan sesuatu pilihan yang tidak dipikirkan secara mendalam.
Husnudz-dzan sebagai bentuk kesadaran diri manusia terhadap kekuasaan dan keadilan Allah terhadap hamba-Nya. Allah yang memberikan manfaat ataupun mudarat, yang menyenagkan ataupun yang menyusahkan. Husnudz-dzan sebagai wujud akhlak terpuji yang harus diamalkan secara nyata oleh setiap muslim. Oleh karena itu untuk membahas lebih mendalam masalah husnudzan maka pada bagian berikut akaan kita tealaah bersama tentang pengertian husnudzan, criteria husnudzan, nilai positif husnudzan membiasakan sikap husnudzan.
1.      Pengertian husnudz-dzan
Menurut bahasa husnuzan berasal dari dua kata, yaitu hasuna berarti baik dan zannun berarti prasangka. Adapun pengertian husnuzan menurut istilah adalah berbaik sangka terhadap segala ketentuan ketetapan ALLAH yang diberikan kepada manusia. Lawan dari husnuzan dalah sikap suuzan, yang artinya berprasangka buruk. Sikap prasangka datang dari dalam hati yang diwujudkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Husnuzan adalah perilaku terpuji yang mendatangkan manfaat, adapun perilaku suuzan tidak menddatangkan manfaat terhadap siapa pun. Kita harus menerima apapun yang ALLAH tetapkan untuk kita, bagaimana pun bentuknya.
2.      Segera bertaubat
Manusia adalah tempat lupa dan berbuat salah. Demikian ungkapan yang sering terdengar di teliinga kita. Bagi seorang muslim apabila melakukan kesalahan atau kemaksiatan maka dia wajib dengan segera untu bertobat kepada Allah
a.       Hakekat tobat
Hakekat taubat menurut arti bahasa adalah kembali dan taba berarti kembali, maka tobat juga mempunyai makna, kembali pula. Maksudnya ialah kembali dari sesuatu yang tercela di dalam …dan menuju kepada sesuatu yang terpuji di dalam syariat. dengan begitu tobat adalah awal suatu tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqam pertama bagi tokoh pemula. Ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits Nabi Muhammad saw. telah banyak menerangkan suatu kewajiban tentang bertobat, sebagaimana firman Allah : 
Artinya : "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang- orang yang beriman supaya kamu beruntung". (QS. An- Nur : 31).  Makna tobat secara definitif adalah seseorang mustahil menjadi menyesal yang sungguh-sungguh selama orang masih menetapi dosa atau berbuat dosa yang sejenisnya, sebab itulah penyesalan merupakan syarat utama untuk bertobat. Sedangkan dalil dari hadits Nabi yang artinya : "Seorang yang tobat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba pasti dosa tidak akan membahayakannya". (HR. Ibnu Mas'ud dan dikeluarkan oleh Ibnu Majjah). Tobat itu mempunyai sebab sebagai latar belakang masalah, tata tertib dan juga pembagian, adapun proses pertama yang telah mengawali tobat itu adalah : keterjagaan hati dari keterle- lapan lupa dan kemampuan salik melihat sesuatu pada dirinya yang mana pada hakekatnya adalah merupakan bagian dari keadaannya yang buruk. 
Jalan untuk menuju keselamatan serta menuju ke jalan yang ' benar guna untuk berhenti dari dosa dan akan kembali kepada Allah SWT. itulah yang dinamakan tobat. Maka dalam diri sanubari seseorang telah timbul suatu kehendak untuk bertobat, jika seseorang dengan hatinya telah mikir mengenai keburukan perilakunya juga melihat akan kenyataan-kenyataan yang negatif di dalamnya. 
Dan penyiapan sebab-sebab yang mengantarkannya pada …. tobat, jika tekad telah melepaskan diri dari semua perilaku buruk, oleh karenanya Al-Haaq menyongsongnya dengan suatu siraman cahaya keteguhan, tarikan dalam … pengembalian. 
Sehingga di dalam realisasi semacam ini, maka yang menjadi langkah pertama kali adalah meninggalkan kawan-kawan yang buruk perangainya atau dengan kata lain adalah hijrah, jika tidak maka dia akan membawanya pada penolakan tujuan yang semula serta akan mengacaukan konsentrasi dan dipikul dirinya sendiri. 
Usaha semacam ini tidak akan tercapai dengan jalan yang mulus atau sempurna, kecuali menetapi secara terus-menerus musyahadah (Kesaksian dan pengakuan atas dosa-dosanya) sehingga membuat kecintaannya untuk bertobat selalu bertambah dan juga motivasi-motivasinya mampu untuk mendesak batin lebih menyempurnakan tekat tobatnya di dalam bentuk perbuatan rasa takut dan harap.
Tahrim/66:8
b.      Tata cara untuk bertobat
Untuk melakukan taubat yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan, yaitu :
·         Menyadari kesalahan, karena seseorang tidak mungkin bertaubat kalau dia tidak menyadari kesalahannya atau tidak merasa bersalah. Disinilah perlunya seorang muslim mempelajari ajaran islam, terutama tentang perintah yang wajib diikutinya dan larangan yang wajib ditinggalkannya. Dan disini pulalah pentingnya saling mengingatkan sesama muslim.
·         kesalahan, menyesal itu adalah taubat. Sekalipun seseorang tahu bahwa dia bersalah tetapi dia tidak menyesal telah melakukannya maka orang tadi belumlah dikatakan bertaubat.
·         Memohon ampun kepada Allah (istighfar), dengan keyakinan atau husnudzan bahwa Allah akan mengampuninya. Semakin banyak dan sering mengucapkan istighfar kepada Allah swt. semakin baik. Rasulullah saw. bersabda : “Tidak ada dosa besar dengan istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau di ulang-ulang”. (H.R. at-Thabrani)
·         Berjanji tidak akan mengulanginya, janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya di mulut, sementara dalam hati masih tersimpan niat untuk mengerjakan dosa itu sewaktu-waktu. Betapapun kecilnya dosa itu, tapi kalau dikerjakan berulang-ulang tentu lama-lama akan menjadi gunung dan kualitasnya sama dengan dosa besar.
·         Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk membuktikan bahwa dia benar- benar telah bertaubat.
3.      Pengertian Riya’
Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan “memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara  memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar). Riya’ dan sum’ah merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman :
Artinya : ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)

Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’
4.      Dzalim sebagai kemungkaran
Zalim secara bahasa mengandung pengertian "aniaya/celaka" . Zalim secara istilah mengandung pengertian "berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara2 bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam". Disisi lain zalim bererti "menempatkan/meletakkan sesuatu tidak kena/sesuai dengan tempatnya".
Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SBT dan termasuk dari salah satu dosa2 besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana antara firman2 Allah SBT dalam Al Quran;
"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih". (Surah Asy-Syura : 42)
Contoh aniaya Contoh prilaku aniaya dapat digolongkan ke dalam tiga katagori, yaitu sebagai berikut: 1. Zalim kepada Allah Zalim kepada Allah ini adalah mengingkari Allah SWT. ( kufur), menyekutukan Allah SWT.(syirik), dan berbuat nifak (munafik). Allah berfirman, yang artinya:” Sesungguhnya menyekutukan Allah itu termasuk kezaliman yang besar.”(Q.S Luqman[31]:13) 2. Zalim kepada diri sendiri Kezaliman terhadap diri sendiri, yaitu dengan jalan berbuat maksiat dan kedurhakaan, seperti berzina, meminum-minuman khamar, berjudi, dan sebagainya. Supaya kita terhindar dari aniaya maka perbanyaklah membaca do’a yang biasa dilakukan olen Nabi Adam a.s dan istrinya yaitu dalam surah Al-A’raf ayat 23. Artinya:” Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".(Q.S Al-A’raf[7]:23) 3. Zalim kepada sesama manusia Kezaliman manusia dengan sesama manusia, yaitu berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain rugi karena perbuatannya, seperti melanggar janji, sombong, berbuat keonaran, KKN, dan sebagainya. Allah SWT. berfirman, yang artinya:” Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi.”(Q.S Asy-Syu’ara[26]:183)
5.      Pengertian Diskriminasi
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa inggris “Discriminate” yang berarti membedakan. Sedangkan menurut istilah diskriminasi adalah bersikap membeda-bedakan atau memisahkan antara sesama manusia, baik karena perbedaan derajat, suku, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, usia, golongan, ideologi dan sebagainya. 
Allah Swt Berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.           
Dalam hadist juga dikatakan:
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya.” (HR. Muslim). 
Adapun dampak negatif diskriminasi,yaitu :
a.       Mengakibatkan munculnya sifat yang buruk yaitu kecongkakan atau kesombongan.
b.      Membanggakan diri sendiri dan meremehkan orang lain
c.       Memunculkan sikap apatis (sifat masa bodoh) yang menumbuhkan kehancuran tatanan masyarakat
d.      Manusia terkoyak-koyak pada golongannya sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...