Rabu, 18 Desember 2013

RIVIEW BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ''2''



RIVIEW BUKU
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM




Fidia Astuti
NIM : 123 111 163


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2013


Judul               : Filsafat Pendidikan Islam
Pengarang       : Prof. H.M. Arifin, M.Ed.
Penerbit           : Bumi Aksara Jakarta
Tempat Terbit  : Jakarta
Tahun              : 1993
Cetakan           : ke-2



















BAB 1
Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam

A.    Pengertian Tentang Filsafat Pendidikan
Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan pada umumnya dari beberapa ahli pikir sebagai berikut :
1.      John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir maupun daya perasaan. John Dewey juga memandang ada hubungan yang erat antara filsafat dengan pendidikan.
2.      Thomson memandang Filsafat sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang harus diungkap secara menyeluruh dan bulat.  Keseluruhan dan kebulatan masalah yang dipikirkan oleh filsafat itu tidak lain adalah untuk menemukan hakikat dan masalah itu. Sedang suatu hakikat tidak dapat ditetapkan melalui kompromi.
3.      Van Cleve Morris menyatakan pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi. Dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat menyerap, mengolah dan menganalisa serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat
4.      Brubacher menyatakan filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Maka filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat. Untuk menyelesaikan permasalahan kependidikan ada 3 disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan itu :
a.       Etika atau teori tentang nilai.
b.      Teori ilmu pengetahuan atau Epistimologi
c.       Teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada di balik kenyataan yang disebut Metafisika.

A.    Ruang Lingkup Pemikiran Filsafat
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
1.    Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi.
2.    Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar sampai ke akar-akarnya.
3.    Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal.
4.    Bersifat spekulatif artinya pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental, akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif.
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :
a.    Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata, dan sebagainya.
b.    Ontologi yaitu suatu tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya.
c.    Philosophy of mind yaitu pemikiran filosofis tentang “jiwa” dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang kebebasan berkehendak dari manusia (free will), dan sebagainya.
d.   Epistomologi yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh. Apakah dari akal pikiran, panca indera, ide-ide, atau dari Tuhan.
e.    Axiologi yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan.




BAB 2
Pengertian Pendidikan Islam

            Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohanian dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Beberapa ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses antara lain :
a.       Mortimer J. Adler
Pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
b.      Herman H. Horne
Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos.
c.       William Mc Gucken, SJ,
Pendidikan sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhirnya.
Pendidikan islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangan hidup manusia sebagai berikut :
1.    Pendidikan islam menurut Prof. Dari. Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai islami.
2.    Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960, memberikan peringatan Pendidikan Islam: “sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Menurut pandangan Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang di dalam dirinya diberi kelengkapan-kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecenderungan ke arah yang baik dan yang buruk.
3.    Hasil rumusan Konggres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam melalui Seminar tentang Konsepsi dan kurikulum Pendidikan Islam tahun 1980 dinyatakan bahwa : pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindera. Oleh karena itu Pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan dan kearah pencapaian kesempurnaan hidup.


BAB 3
Metode Studi Dalam Filsafat Pendidikan

Tiga ratus tahun yang lalu seorang filosuf Perancis Rene Descartes, yang terkenal sebagai pendiri filsafat modern pernah mengajukan hasil pemikirannya yang meninggalkan cara berpikir lebih luas bilamana ia berpikir berdasarkan metode yang rasionalistik untuk menganalisa gejala alam. Dengan pemikiran yang rasionalistik itu orang mampu menghasilkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berguna seperti ilmu dan teknologi.
Menurut Rene Descartes, ada 4 langkah berpikir yang rasionalistis tersebut adalah berlangsung sebagai berikut :
a.       Tidak boleh menerima begitu saja hal-hal yang belum diyakini kebenarannya, namun harus secara hati-hati mengkaji hal-hal tersebut sehingga pikiran kita menjadi jelas dan terang, dan tidak ragu-ragu lagi.
b.      Menganalisa dan mengklasifikasikan setiap permasalahan melalui pengujian yang teliti ke dalam sebanyak mungkin bagian yang diperlakukan bagi pemecahan yang memadai.
c.       Menggunakan pikiran dengan cara demikian, diawali dengan menganalisa sasaran-sasaran yang paling sederhana dan paling mudah untuk diuangkapkan.
d.      Dalam tiap permasalahan dibuat uraian yang sempurna serta dilakukan peninjauan kembali secara umum, sehingga yakin tidak ada satupun permasalahan yang tertinggal.

Menurut John Dewey, ahli filsafat pendidikan USA sedikit berbeda dengan Descartes dalam hal metode yang dipergunakan dalam berpikir. Kenyataan merupakan suatu problem yang oleh para ahli filsafat dipandang sebagai problem besar yang cara pemecahannya didasarkan oleh J. Dewey sebagai berikut :
a.       Lebih dahulu menganalisa situasi secara hati-hati dan mengumpulkan semua fakta yang dapat diperoleh. Dan harus adil dan tidak memihak.
b.      Setelah melakukan observasi pendahuluan terhadap fakta-fakta maka pemecahan apa yang diusulkan, ditetapkan.
c.       Filsafat dapat dihampiri melalui metode historis. Bagaimanapun sulitnya problema itu harus dipecahkan.
Metode lainnya yang digunakan dalam filsafat pendidikan adalah :
1.      Metode analitis-sintetis, yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif dan deduktif secara analisa ilmiah.
2.      Menggunakan analisa bahasa dan analisa konsep. Analisa bahasa dan analisa konsep itu dipandang oleh hampir semua ahli filsafat sebagai fungsi pokok yang sah dari filsafat.

BAB 4
Studi Dalam Filsafat Pendidikan Islam

            Falsafah Pendidikan Islam yang kita kehendaki adalah suatu pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, dan logis. Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keislaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoritis dan praktis.
            Beberapa pemikir tentang pendidikan islam yang tercatat dalam sejarah yaitu pendiri sekolah-sekolah yang terkenal antara lain Nurudin Zanky dan Nidzam al Mulky zaman khalifah Harun Ar-Rasyid abad 4 H, yang pernah merintis ke arah pendidikan formal, berupa sekolah diiringi dengan metode-metode pengajaran yang child centered pada masanya, kualitas nilainya dalam kependidikan tetap dianggap baik sampai masa kini.
            Jadi dalam melakukan studi tentang falsafah pendidikan Islam dituntut penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan yang melengkapi yang dapat menjadi sumber potensi rujukan pemikiran pemikir bidang tersebut yang meliputi sekurang-kurangnya sebagai berikut :
a.       Ilmu Agama Islam yang luas dan mendalam.
b.      Ilmu pengetahuan tentang kebudayaan Islam dan umum serta sejarahnya.
c.       Filsafat Islam dan umum seta ilmu-ilmu cabang kefilsafatan yang kontemporer saat ini.
d.      Ilmu tentang manusia seperti psikologi dalam segala cabangnya yang relevan dengan kependidikan, serta yang mengenai perkembangan hidup manusia.
e.       Science dan teknologi yang terutama berhubungan dengan pengembangan hajat hidup manusia dan yang berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan misalnya teknologi pendidikan.
f.       Ilmu tentang sistem approach serta ilmu tentang metode pendidikan dan riset pendidikan.
g.      Pengalaman tentang teknik-teknik operasional kependidikan dalam masyarakat.
h.      Ilmu pengetahuan tentang kemasyarakatan, terutama tentang sosiologi pendidikan.
i.        Ilmu tentang kemanusiaan lainnya seperti antropologi budaya, ekologi dan etnologi, dan sebagainya.
j.        Ilmu tentang teori kependidikan atau paedagogik.
Akan tetapi segala jenis keilmuan tersebut tidak akan dapat memberi corak keislaman pada filsafat pendidikan bilamana tidak diolah dan disusun oleh pemikir-pemikir Islam. Adapun permasalahan dasar yang dibahas oleh filsafat pendidikan Islam ialah menyangkut tugas dan fungsi pendidikan sebagai sasaran dan tujuan pelaksanaan pendidikan. Pelaksanaannya menuntut terwujudnya faktor-faktor pendidikan yaitu :
1.      Anak didik yang dalam proses kependidikan merupakan sasaran utama tugas dan fungsi pendidikan.
2.      Pendidik merupakan potensi paedagogis yang mengarahkan perkembangan hidup anak didik.
3.      Alat-alat pendidikan yang merupakan sarana yang dapat memperlancar proses pendidikan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya.
4.      Lingkungan pendidikan, merupakan sarana yang banyak mempengaruhi proses kependidikan yang berlangsung pada suatu tempat tertentu.
5.      Cita-cita atau tujuan adalah merupakan arah proses pendidikan yang harus dilaksanakan dan dicapai melalui proses tersebut.








BAB 5
Tugas dan Fungsi Pendidikan

            Tugas pendidikan dapat dibedakan dari fungsinya sebagai berikut :
a.       Tugas pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik kemampuan yang optimal.
b.      Sedangkan fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional.

BAB 6
Lembaga Pendidikan Islam dan Tantangan Modern

            Bentuk tantangan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam saat ini meliputi bidang-bidang :
1.      Politik, terutama politik kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah bagaimana  negara itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan bangsa dalam jangka panjang.
2.      Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain.
3.      Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu segi dari peradaban dan kebudayaan manusia, dimana perkembangannya yang lebih cepat menjalar ke jantung masyarakat suatu bangsa, merupakan salah satu ciri khas dari zaman modern saat ini.
4.      Ekonomi adalah suatu aspek pengetahuan manusia yang memberitahukan tentang bagaimana seharusnya manusia itu berusaha memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyahnya.
5.      Kemasyarakatan adalah merupakan suatu lapangan hidup manusia yang mengandung ide-ide yang sangat laten terhadap pengaruh kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.      Sisten nilai adalah suatu tumpuan norma-norma yang dipegangi oleh manusia sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial, baik itu berupa norma tradisional maupun norma agama yang telah berkembang dalam masyarakat.

BAB 7
Sikap dalam Menghadapi Tantangan terhadap Pendidikan

1.      Sikap Tak Acuh Terhadap Tantangan Perubahan Sosial
Sikap ini mudah dilakukan oleh karena tidak memerlukan konsep pemecahan permasalahan yang dihadapi, cukup hanya mengamati dan memberikan segala apa yang terjadi.
2.      Sikap yang Mengakui Adanya Perubahan Sosial Akan Tetapi Menyerahkan Pemecahannya Kepada Orang Lain.
Sikap demikian bersifat moderat dengan latar belakang pandangan bahwa segala perubahan yang ada itu bukan untuk dijawab oleh lembaga kependidikan, juga tidak perlu membuat argumentasi tentang realitas perubahan itu.
Jadi bila kita berpedoman pada sikap ini, maka lembaga kependidikan hanyalah bersifat tidak lebih daripada “perpustakaan ilmu pengetahuan” yang menyimpan dan menunjukkan mana ilmu pengetahuan yang pantas dipelajari oleh anak didiknya.
3.      Sikap yang Mengidentifikasikan Perubahan dan Berpartisipasi di Dalam Perubahan itu.
Sikap demikian lebih positif dari sikap-sikap tersebut di atas oleh karena ia merasa bahwa fungsi lembaga kependidikan adalah commited dengan kehidupan masyarakat yang sedang berlangsung.
4.      Sikap yang Lebih Aktif yaitu Melibatkan Diri Dalam Perubahan Sosial dan Menjadikan Dirinya Sebagai Pusat Perubahan Sosial.
Sikap demikian lebih militan dan progresif dari sikap yang ke-3, karena ia berpendirian bahwa lembaga kependidikan harus bertanggung jawab terhadap perubahan sosial tersebut.

BAB 8
Manusia dan Proses Pendidikan

            Pada masa abad-abad permulaan berdirinya sistem pendidikan klasikal, tuhas kependidikan adalah mencerdaskan intelek manusia dengan melalui mata pelajaran “menulis, membaca dan berhitung”. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan tuntutan hidup manusia, maka tugas tersebut semakin bertambah dan meluas yaitu kecuali kecerdasan otak, yang terdapat di dalam kepalajuga mendidik anak akhlak atau moralitas yang berkembang dari dalam hati.
            Proses kependidikan adalah life long education yang dilihat dari segi kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai proses yang tanpa akhir. Dengan berbedanya kemampuan untuk dididik itulah, fungsi pendidikan pada hakikatnya adalah melakukan seleksi melalui proses kependidikan atas diri pribadi manusia.
            Proses seleksi tersebut menuju dua arah :
a.       Menseleksi bakat dan kemampuan apa sajalah yang dimiliki manusia untuk selanjutnya dikembangkan melalui proses kependidikan.
b.      Menseleksi sampai di manakah kemampuan manusia dapat dikembangkan guna melaksanakan tugas hidupnya dalam hidup bermasyarakat.


BAB 9
Berbagai Pandangan tentang Proses Kependidikan

            Proses kependidikan adalah suatu proses pengembangan terhadap kemampuan dasar atau bakat manusia, maka dengan sendirinya proses tersebut akan berjalan sesuai dengan hukum-hukum perkembangan yaitu hukum kesatuan organis.
            Dalam hubungan proses perkembangan tersebut, beberapa ahli psikologi dan paedagogik seperti M.J. Langeveld menemukan suatu pola  perkembangan dalam diri manusia dalam 4 faktor pengaruh yaitu faktor pengaruh dari pembawaan, faktor pengaruh dari lingkungan sekitar dan faktor emansipasi.
            Menurut ahli paedagogik Prof. Drs. A. Sigit, manusia dalam perkembangannya mengalami proses dalam 3 faktor perkembangan yang saling pengaruh mempengaruhi yaitu faktor pembawaan, faktor lingkungan sekitar dan faktor dialektis.
            Lain halnya dengan pandangan Pragmatisme dalam kependidikan seperti yang dikemukakan oleh beberapa pendidik di Amerika Serikat misalnya John Dewey, yang menyatakan bakwa : “Pendidikan adalah suatu proses yang tiada akhir” dan berbagai proses itu berlangsung dalam berbagai tujuan yaitu :
a.       Proses transmisi dan transformasi kultural dari generasi ke generasi.
b.      Proses komunikasi.
c.       Proses direksi (pengarahan) terhadap lingkungan sekitar dan kemampuan dasar anak didik.
d.      Proses konservasi dan progresif yaitu mengawetkan kebudayaan dan memajukan kebudayaan masyarakat.
e.       Proses rekapitulasi dan rekronstruksi yaitu proses pengulangan kebudayaan nenek moyang manusia dan sekaligus menyusun kembali pengalaman yang akan memperbesar abilitas (kecakapan) mengarahkan proses pengalaman berikutnya.

BAB 10
Kemampuan Belajar Manusia

            Membahas kemampuan mengetahui dan mengenal, tidak dapat terlepas dari filsafat dalam bidang Epistimologi. Karena filsafat ini menunjukkan kepada kita betapa dan sejauh mana manusia dapat mengetahui atau mengenal obyek-obyek pengamatan di sekitarnya.
            Pengetahuan manusia terbentuk karena adanya realita sebagai obyek pengamatan indera.  Yang dibahas dalam filsafat dalam berbagai aliran adalah pertanyaan apakah realita itu merupakan suatu kebenaran hakiki atau hanya refleksi dari kebenaran tersebut.
            Panca indera manusia merupakan alat kelengkapan yang dapat membuka kenyataan alam sebagai sumber pengetahuannya yang memungkinkan dirinya untuk menemukan hakikat kebenaran yang diajarkan oleh agamanya.
            Allah memerintahkan umat manusia untuk mempelajari atau menyelidiki gejala alam kehidupan ini. Oleh karenanya Ia telah memberikan kemampuan mengetahui , mengenal, dan kemampuan belajar dalam jiwa manusia, terutama melalui akal dan kecerdasannya, terpadu dengan kemampuan mengamati dengan indera, ingatan, kemauan, nafsu dan merasakan. Kemampuan-kemampuan itu bekerja secara mekanistis sesuai dengan hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan.
            Oleh karena itu proses mengenal dan mengetahui melalui belajar seseorang tidak bisa terlepas dari masalah axiologi mengingat semua aspek dari proses kehidupan manusia bagaimanapun kecilnya, senantiasa bergerak dalam sistem nilai-nilai.

BAB 11
Kurikulum Dalam Lembaga Pendidikan Islam

            Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan Islam. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam kurikulum itu.
            Istilah kurikulum kemudian digunakan untuk menunjukkan tentang segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang harus dilakukan anak.
            Dalam kaitan dengan pengetahuan apa sajakah yang harus diajarkan dan dipelajari di dalam proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, dapat dikemukakan berbagai pandangan dari para filosuf sebagai berikut :
1.      Herman H. Horne berpendapat bahwa substansi apa yang harus dimasukkan di dalam kurikulum itu adalah merupakan isi kurikulum yaitu:
a.       Kemampuan yang diperoleh dari belajar dan kebutuhan anak didik.
b.      Tuntutan yang sah dari masyarakat.
c.       Keadaan alam semesta di mana kita hidup.
2.      Al Gozzaly, dalam masalah pendidikan beliau berpendapat bahwa, pendidikan hendaknya ditujukan ke arah mendekatkan diri kepada Allah dan dari sanalah akan diperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
3.      Ibnu Sina, dalam masalah pendidikan beliau menaruh perhatian khusus, meskipun hal ini bukan keahliannya. Beliau berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu ada 2 jenis yaitu ilmu nadhory (teoritis) dan ilmu amaly (praktis).
Ilmu nadhory ialah ilmu alam, dan ilmu riyadhy (ilmu urai atau matematika). Ilmu  ilahi (ketuhanan) yaitu ilmu yang mengandung i’tibar tentang wujud kejadian alam dan isinya melalui penganalisaan yang jelas dan jujur sehingga diketahui siapa Penciptanya.
Ilmu amaly adalah ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia dilihat dari segi tingkah laku individualnya.
4.      Ibnu Khaldun,
Beliau membagi ilmu menjadi 3 macam yaitu :
a.       Ilmu lisan yaitu lughah, nahwu, bayan dan sastra atau bahasa yang tersusun secara puitis.
b.      Ilmu naqly yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.
c.       Ilmu ‘aqly yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir atau kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.
Dari segi kepentingannya untuk para pelajar, Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi :
a.       Ilmu Syari’ah dengan semua jenisnya.
b.      Ilmu Filsafat seperti ilmu alam dan ketuhanan.
c.       Ilmu alat yang membantu ilmu Agama seperti ilmu lughah, nahwu dan sebagainya.
d.      Ilmu alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu mantiq.
5.      Ikhwanussofa
Diantara pendirian Ikhwanussofa tentang masalah kependidikan adalah sebagai berikut :
a.       Mencari ilmu adalah wajib.
b.      Mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah wajib.
c.       Mencari ilmu harus berlangsung sampai usia 50 tahun.
d.      Dalam mengajarkan ilmu, guru harus memperhatikan kecenderungan dan kemampuan anak.
6.      Prof. DR. Fadhil Al-Djamaly
Kurikulum dipandang baik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integrated dan komprehensif, mencangkup ilmu agama dan umum.

BAB 12
Metode Dalam Pendidikan Islam

1.      Metode Dalam Pendidikan atau Pengajaran
Dalam pembahasan metode pendidikan khususnya Islam, kita perlu melihat semua aspek daro kegiatan pendidikan dan pengajaran baik dilihat dari pendidik dan anak didik.
a.       Pendidik dengan metodenya harus mampu membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang dalam sikap dan kepribadiannya.
b.      Anak didik yang tidak hanya menjadi obyek pendidikan atau pengajaran, melainkan juga menjadi subyek yang belajar, memerlukan suatu metode belajar agar dalam proses belajarnya dapat searah dengan cita-cita pendidik atau pengajarnya.
2.      Metode yang Dipergunakan Dalam Pendidikan Islam
Metode yang digunakan tidak hanya metode mendidik/mengajar dari para pendidik, melainkan juga metode belajar yang harus dipergunakan anak didik.
3.      Prinsip-prinsip Metodologis Dalam Al-Qur’an
Allah telah menunjukkan kepada kita prinsip-prinsip dalam melaksanakan pendidikan terhadap manusia, baik secara eksplisit (tersurat) maupun implisit (tersirat) dalam uslub-uslub firmanNya. Tuhan menurunkan Al-Qur’an bertujuan untuk memberi rahmat sekalian alam melalui proses pendidikan atau pengajaran itu.

BAB 13
Tujuan Pendidikan Islam

Mengingat kompleksnya, secara teoritis dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Tujuan Normatif
Suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan, misal :
a.       Tujuan formatif yang bersifat memberikan persiapan dasar yang korektif
b.      Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk mebedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
c.       Tujuan determinatif yang bersifat memberikan kemampuan untuk mengarahkan diri kepada sasaran-sasaran yang sejalan dengan proses kependidikan.
d.      Tujuan integratif yang bersifat memberikan kemampuan untuk menterpadukan fungsi psikis ke arah tujuan akhir proses kependidikan.
2.      Tujuan fungsional
Tujuan ini berdasarkan pada kemampuan anak didik untuk memfungsikan daya kognitif, afektif dan psikomotor dari hasil pendidikan yang diperoleh sesuai yang ditetapkan.
Tujuan ini meliputi :
a.       Tujuan individual yang bersasaran pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam pribadi dalam rupa perilaku moral, intelektual dan skill.
b.      Tujuan sosial yang bersasaran pada pemberian kemampuan mengamalkan nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial, interpersonal dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c.       Tujuan moral yang bersasaran pd pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber agama, dorongan sosial dan dorongan biologis.
d.      Tujuan profesional yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya sesuai dengan kompetensi.
3.      Tujuan operasional
Tujuan ini mempunyai sasaran teknis manajerial yang meliputi :
a.       Tujuan umum atau tertinggi
b.      Tujuan intermediair
c.       Tujuan partial
d.      Tujuan insidental
e.       Tujuan khusus


BAB 14
Sistem Nilai dan Moral Islam

Sistem nilai dan moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat yang berorientasi kepada nilai dan moralitas Islami. Jadi disini tekanannya pada action system.
            Nilai dan moralitas bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan komponen atau sub-sistem adalah :
a.       Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam.
b.      Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
c.       Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang didorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu Islam.
d.      Sistem nilai tingkah laku dari makhluk yang mengandung interrelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya.
Moralitas Islami menurut Sayyid Qutb bersumber dari watak tabi’y manusia yang senafas dengan nilai Islami yaitu dorongan batin yang menuntut pembebasan jiwa dari beban batin karena perbuatan dosa dan keji yang bertentangan dengan perintah Ilahi. Atas dorongan batin manusia dengan fitrahnya merasa wajib untuk berbuat kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sesamanya.


BAB 15
Manusia dan Fitrah Perkembangan

Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah khalik-Nya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar manusia dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin. Manusia diciptakan Allah selain menjadi hambaNya, juga menjadi penguasa di atas bumi.
1.      Individualisasi dan sosialisasi
Bilamana tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pembentukan manusia seutuhnya, maka berarti proses kependidikan yang harus dikelola oleh para pendidik, harus berjalan di atas pola dasar dari fitrah yang telah dibentuk Allah dalam setiap pribadi manusia.
Dalam uraiannya, Al-Maududi ingin menunjukkan kepada kita bahwa meskipun manusia telah diberi kemampuan potensial untuk berpikir, berkehendak bebas dan memilih, namun pada hakikatnya ia dilahirkan sebagai seorang muslim, dalam arti bahwa segala gerak dan lakunya cenderung berserah diri kepada Khaliknya.
2.      Pengembangan Kepribadian
Dengan melalui proses kependidikan yang terencana baik, kepribadian manusia dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau paling tidak, dapat mendekati tujuan tersebut.
Menurut teori psikologi, antara lain dikemukakan oleh Fillmore H. Sandford, bahwa “kepribadian adalah susunan yang unik dari sifat-sifat seseorang yang berlangsung lama”.
3.      Kepribadian Muslim
Imam Besar Al-Azhar, Mahmud Syaltut, membedakan kepribadian Islam menjadi dua macam kategori, yaitu kepribadian yang bersumber dari perasaan, dan kepribadian yang bersumberkan identitas.
Menurut Syaltut, kepribadian dibagi menurut sumbernya menjadi 3 macam :
a.       Kepribadian bangsa yang terbentuk dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara.
b.      Kepribadian kemanusiaan yang terbentuk oleh tabiat asli kemanusiaannya yang terletak pada akal, perasaan dan perilakunya.
c.       Kepribadian samawy yaitu suatu corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an.
4.      Proses Internalisasi Nilai-Nilai Islami
Pendidikan sebagai proses meng-internalisasikan nilai-nilai dalam pribadi anak didik, bertumpu pada kemampuan atau kapasitas belajar dalam tiap pribadi anak. Untuk itu proses internalisasi nilai tersebut dapat dilakukan melalui 2 macam pendidikan :
a.    Pendidikan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
b.    Pendidikan melalui orang lain.

BAB 16
PENUTUP

            Fisafat Pendidikan Islam merupakan ilmu pengetahuan yang ekstensinya masih dalam kondisi permulaan perkembangan sebagai disiplin keilmuan bidang pendidikan.
            Sistematika filsafat pendidikan Islam masih dalam proses penataan yang akan menjadi kompas bagi pengembangan teorisasi pendidikan Islami selanjutnya. Analisa filosofis falsafah pendidikan Islam bertumpu pada hal-hal sebagai berikut :
1.      Sumber-sumber falsafah pendidikan Islam berisi informasi dasar kewahyuan yang telah tersedia di dalam kitab suci Al-Qur’an.
2.      Dinamika kehidupan menusia muslim adalah prinsip ajaran Al-Qur’an yang menggambarkan fitrah kemanusiaan yang universal sejalan dengan tugas Adam diturunkan ke dunia.
3.      Pendidikan Islam yang didasari oleh filsafat pendidikan Islam dengan nilai dan norma Islami sumber Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
4.      Untuk merealisasaikan cita-cita Islami.
5.      Permasalahan pendidikan Islami dilihat dari analisa filosofis.
6.      Sistem pendekatan filsafat pendidikan Islam memberikan corak pandangan dan pemikiran filosofis dalam mengkaji dan menganalisa permasalahan kependidikan.
7.      Aliran paham kefilsafatan dalam pendidikan yang ada sampai kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...