Rabu, 18 Desember 2013

RESUME BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM



RESUME BUKU
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dari. Toto Suharto, S.Ag, M.Ag


Oleh :
Fidia Astuti
NIM : 123 111 163


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2013

Identitas buku
Judul               : Flsafat pendidikan islam
Pengarang       : Drs. H. Abudin Nata, M. A.
Penerbit           : Logos Wacana Ilmu
Tempat terbit   : Jakarta
Tahun              : 1997
Tebal Buku      : xi dan 225 halaman










BAB I
Pengertian, Ruang Lingkup, dan kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits. Filsafa pendidikan Islam dapat pula dikatakan suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berpikir mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah pendidikan, sedangkan guru, kurikulum, metode dan lingkungan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadits.
B.     Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungannya. Seseorang yang mengkaji filsafat pendidikan Islam harus menguasai masalah filsafat, pendidikan pada umumnya serta menguasai kandungan al-Qur’an dan al-Hadits.
C.     Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Omar muhammad al-Toumy al-syaibany mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan islam tersebut sebagai berikut :
1.    Menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yg melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
2.    Menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.
3.    Memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita.
Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu seharusnya bertugas dalam 3 (tiga) dimensi, yakni :
1)      Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
2)      Melakukan kritik dan koreeksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.
3)      Melakukan evaluasi terhadap evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.
D.    Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
1.    Berupa bahan tertulis dan bahan diambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
2.    Metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
3.    Metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analitis-sintetis, yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif, dan analisa ilmiah.
4.    Pendekatan. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubunngan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula.

BAB II
Kedudukan manusia dalam alam semesta
A.    Potensi Yang Dimiliki Manusia
Dengan penalaran manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang diihatnya, ia dapat pula mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Pengertian ini menunjukkan dengan jelas adanya potensi untuk dapat dididik pada diri manusia.
Dengan demikian manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani. dengan kelengkapan jasmaninya, ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan fisik, dan Dengan kelengkapan rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental.
B.     Kedudukan Manusia Dalam Alam Semesta
Kedudukan manusia di alam raya ini di samping sebagai khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai ‘abd, yaitu seluruh usaha dan aktivitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada allah. Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dan ibadah dengan baik ini manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, ketrampilan, teknologi, dan sarana pendukung lainnya. Ini menunjukkan bahwa konsep kekhalifahan dan ibadah dalam al-qur’an erat kaitannya dengan pendidikan.
BAB III
Tinjauan filosofis tentang tujuan pendidikan islam
A.    Kedudukan tujuan pendidikan
·           Mengakhiri usaha. Sesuatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa.
·           Mengarahkan usaha, tanpa adanya antisipasi kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi dan kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien.
·           Titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain.
·           Memberi nilai pada usaha itu. Ada usaha-usaha yang tujuannya lebih luhur, lebih mulia, lebih luas dari usaha-usaha lainnya.
B.     Tujuan Pendidikan Islam
1.       Tujuan umum yang dikenal pula dengan tujuan akhir.
2.       Tujuan khusus, sebagai penjabaran dari tujuan umum.
3.       Tujuan perbidang pembinaan, misalnya tujuan dari pembinaan aspek akal.
4.       Tujuan setiap bidang studi sesuai dengan bidang-bidang pembinaan tersebut.
5.       Tujuan setiap pokok bahasan yang terdapat dalam setiap bidang studi.
6.       Tujuan setiap sub pokok bahasan yang terdapat dalam setiap pokok bahasan.

BAB IV
Tinjauan Filosofis Tentang Pendidik
A.    Pengertian dan Kedudukan Pendidik
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Kata pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman, dan lainnya.
Tugas guru dijelaskan oleh S. Nasution menjadi tiga bagian :
1.         Sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan.
2.         Guru sebagai model.
3.         Guru juga menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya, atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya.
B.     Sifat-sifat Pendidik yang baik
1.         Seorang guru harus memiliki sifat zuhud.
2.         Seorang guru memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk.
3.         Seorang guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
4.         Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya.
5.         Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru.
6.         Seorang guru harus mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid-muridnya.
7.         Seorang guru harus menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.

BAB V
Tinjauan Filosofis tentang anak didik
A.    Pengertian anak didik
Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan.
B.     Akhlak anak didik
Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:
1.       Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.
2.       Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.
3.       Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dbn bersedia pergi merantau.
4.       Seorang anak didik wajib menghormati guru dan berusaha agar senantiasa memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bernacam-macam cara.

BAB VI
Tinjauan Filosofis Tentang Metode Pendidikan
A.      Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metode dikaitkan dengan pendidikan islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islam. Selain itu motode dapat pula membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang susuai dengan perkembangan zaman.
B.      Fungsi Metode
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari imlu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada obyek sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan obyek sasaran tersebut.
C.      Macam-macam Metode
Metode teladan, metode kisah-kisah, metode nasihat, metode pembiasaan, metode hukum dan ganjaran, metode ceramah dan metode diskusi.

BAB VII
Tinjauan Filosofis Tentang Lingkungan Pendidikan Islam
A.    Pengertian Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Lingkungan pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga di mana pendidikan itu berlangsung. Dalam berbagai sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian lingkungan pendidikan. Namun demikian, dapat dipahami bahwa lingkungan tarbiyah Islamiyah itu adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
B.     Fungsi Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Sebagai lingkungan tarbiyah Islamiyah, ia mumpunyai fungsi antara lain menunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman, tertib, dan berkelanjutan.









BAB VIII
Tinjauan Filosofis Tentang Kurikulum
A.    Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Pendapat Hasan Langgung, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah.
B.     Cakupan Kurikulum
Cakupan kurikulum meliputi empat bagian, yaitu :
1.      Bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar.
2.      Bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktifitas, dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus.
3.      Bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut.
4.      Bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu.


C.     Asas-asas Kurikulum
Asas tersebut sebagaimana dikemukakan S. Nasution meliputi asas filosofis, sosiologis, organisatoris, dan psikologi. Asas filosofis berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan. Sedangkan asas sosiologis berperan memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan asas organisatoris berfungsi memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran. Selanjutnya asas psikologis berperan memberikan berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan perkembangan.
D.    Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Islam
1.      Menonjolkantujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannnya dan kandungan, metode-metode, alat-alat, dan teknik-teknik bercorak agama.
2.      Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya.
3.      Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang yang akan digunakan.
4.      Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
5.      Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.
E.     Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
1.      Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya.
2.      Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
3.      Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
4.      Prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar.
5.      Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara para pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.
6.      Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.
7.      Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.








BAB IX
Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Evaluasi dalam Pendidikan Islam
A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.
B.     Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukanyg amat strategis, karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan.
Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Al-Qur’an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.
C.     Fungsi Evaluasi
Dalam hubungan A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1.         Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2.         Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya di mana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3.         Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar.
4.         Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan  mengadakan proses remidial bagi murid.
5.         Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6.         Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7.         Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan belajar.
Selain itu evaluasi juga berfungsi dalam beberapa hal sebagai berikut:
a.       Evaluasi berfungsi sebagai selektif
b.      Evaluasi berfungsi diagnostik
c.       Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
d.      Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
D.    Prinsip Evaluasi
1.      Didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif.
2.      Dibedakan antara penskoran dengan angka dan penilaian dengan kategori.
3.      Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian, yaitu berkenaan dengan hasil belajar dan berkenaan dengan penempatan.
4.      Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
5.      Penilaian hendaknya bersifat komparabel.
6.      Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa.
Penilaian tersebut dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut:
a.       Prinsip kesinambungan, penilaian dilakukan dengan berkesinambungan.
b.      Prinsip menyeluruh, penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian.
c.       Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
d.      Prinsip sistematis, penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.
E.     Sasaran Evaluasi
1.      Segi tingkah laku, yang menyangkut sikap, minat, perhatian, ketrampilan murid sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
2.      Segi pendidikan, penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
3.      Segi-segi yang menyangkut proses belajar mengajar bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru.
F.      Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan
Penilaian dilakukan secara tidak langsung, penggunaan ukuran kuantitatif, evaluasi pendidikan menggunakan nit-unit yang tetap, bersifat relatif, dan dalam pendidikan sering teerjadi kesalahan.
G.    Prosedur Evaluasi
Perencanaan, pengumpulan data, verivikasi data, analisis data dan penafsiran data.
BAB X
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Al-Ghazali
A.    Riwayat Singkat Hidup Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450 H/1059 M. Di Ghazaleh. Ia wafat di Tabristan tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H/ 1111 M.
Al-Ghazali memulai pendidikannya di wilayah Tus dengan mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan yang pada waktu itu kedua kota tersebut dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan terpenting di dunia Islam
B.     Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali
1.      Peranan Pendidikan
Al-Ghazali termasuk ke dalam kelompok sufinistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, karena pendidikanlah yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan pemikirannya.
2.      Tujuan Pendidikan
Untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan dan kegagahan atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang.
3.      Pendidik
Ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan, yaitu: Guru harus mencintai muridnya, Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama, Guru harus mengingatkan muridnya, Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat, Di hadapan muridnya, guru harus memberikan contoh yang baik, Guru harus mengamalkan yang diajarkannya, Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya, Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya.
4.      Murid
Bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut: Memuliakan guru dan bersikap rendah hati, Merasa satu bangunan dengan murid lainnya, Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran, dan Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat saja.
5.      Kurikulum
Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang terlarang dan yang wajib dipelajari oleh anak didik menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.       Ilmu yang tercela. Ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia ataupun akhiratnya.
b.      Ilmu yang terpuji. Misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama.
c.       Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan tuhan) seperti ilmu filsafat.


BAB XI
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Ibn Khaldun
A.    Riwayat Singkat Hidup Ibn Khaldun
Ia berasal dari keluarga politis, intelektual dan aristokrat. Ia lahir di Tunisia tanggal 27 mei 1332. Ayahnya bernama Abdur Rahman Abu Zayd ibn Muhammad ibn Khaldun.
Keluarganya telah mewariskan tradisi intelektual kepada dirinya, sedangkan masa ketika ia hidup yang ditandai dengan jatuh bangunnya dinasti-dinasti Islam, terutama dinasti Umayah dan Abbasiyah memberikan kerangka berpikir dan teori-teori ilmu sosialnya secara filsafatnya.
B.     Konsep Pendidikan Ibn Khaldun
1.      Pandangan tentang manusia didik
Ia berpendapat bahwa dalam proses belajar atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia di samping harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya, dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat.
2.      Pandangan tentang ilmu
Berkenaan dengan ilmu pengetahuan, Ibn Khaldun membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
a.       Ilmu lisan yaitu ilmu tentang tata bahasa.
b.      Ilmu naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.
c.       Ilmu ‘aqli yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir atau kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.
3.      Metode Pengajaran
Mengajarkan pengetahuan kepada pelajar hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan dengan berangsur-angsur, setapak demi setapak dan sedikit demi sedikit. Ibn Khaldun menganjurkan agar para guru mengajarkan ilmu pengetahuan dengan metode yang baik. Dan menganjurkan agar pendidik bersikap sopan dan halus pada muridnya.
4.      Spesialisasi
Keahlian itu adalah sifat atau corak jiwa yang tidak dapat tumbuh serempak. Mereka yang pemikirannya masih mentah, dan dalam keadaan masih kosong akan lebih mudah mendapatkan keahlian-keahlian baru yang dapat mereka peroleh dengan lebih mudah.










BAB XII
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Ikhwan Al-Safa
A.    Riwayat Singkat Ikhwan Al-Safa
Organisasi ini antara lain mengajarkan tentang dasar-dasar agama Islam yang didasarkan pada persaudaraan Islamiyah (ukhuwwah Islamiyah), yaitu suatu sikap yang memandang iman seorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Informasi lain menyebutkan bahwa organisasi ini didirikan oleh kelompok masyarakat yang terdiri dari para filosof. Organisasi yang mereka dirikan bersifat rahasia dan memiliki missi politis.
B.     Konsep Pendidikan Ikhwan Al-Safa
Organisasi ini memandang pendidikan dengan pandangan yang bersifat rasional dan empirik. Mereka memandang ilmu sebagai gamaran dari sesuatu yang dapat diketahui di alam ini. Dengan kata lain ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran manusia itu terjadi karena mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca indera.







BAB XIII
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Zainuddin Labay
A.    Riwayat Singkat Zainuddin Labay
Lahirnya di Bukit Surungan, Padang Panjang pada tahun 1880. Ia tidak pernah memperoleh pendidikan yang sistematis. Ia hanya belajar dua tahun di sekolah negeri dan dua tahun lagi belajar agama pada Syaikh Muhammad Yunus, ayahnya. Pengetahuannya banyak diperoleh dengan membaca sendiri dan untuk ini kemampuannya dalam bahasa-bahasa Ingris, Belanda dan Arab sangat membantunya.
B.     Pemikiran Zainuddin Labay dalam Pendidikan
Zainuddin Labay telah menunjukkan otodidaknya menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan. Ia berjasa dalam mengembangkan bahasa Arab baik sebagai bahasa pengantar, maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Ia telah memperkenalkan model pendidikan yang pada masa itu belum lazim digunakan, yaitu model klasikal. Dan ia telah memperkenalkan pengetahuan modern ke dalam kurikulum pendidikan Islam. Usaha-usaha yang dilakukan Zainuddin Labay telah menghasilkan kader yang tangguh dalam bidang ilmu agama sebagaimana diperlihatkan oleh Hamka.





BAB XIV
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Syekh Ahmad Surkati
A.    Sejarah Hidup Ahmad Surkati
Syeikh Ahmad Surkati nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-Kharraj al-Anshari. Ia lahir di daerah Adfu Donggala, Sudan. Ayahnya bernama Muhammad yang masih diyakini memiliki hubungan dengan Jabir bin Abdullah al-Anshari. Nama Surkati yang terdapat pada namanya itu diperoleh dari sebutan neneknya, sehingga namanya menjadi Ahmad Surkati.
Sejak kecil Ahmad Surkati telah diajar mengaji dan dididik untuk menjadi seorang penghafal al-Qur’an dan hal itu dapat dia lakukan pada masa kanak-kanak, yakni sudah hafal al-Qur’an.
Karya tulis Ahmad Sukarti antara lain; Surat-surat Jawaban, Al-Wasiat al-Amiriyyah (Nasihat bagi Para Pemimpin), Al-Masail al-Tsalats (Tiga Persoalan), Hak Suami Istri, dan Tawjih al-Qur’an lil Adabil al-Qur’an.
B.     Ide-ide Pembaharuan Pendidikan Akhmad Surkati
1.      Aspek kelembagaan
Secara kelembagaan program pendidikan yang dilakukan berlangsung selama 15 tahun dengan jenjang pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar 3 tahun, pendidikan ibtidaiyah selama 4 tahun, pendidikan tajhiziyyah selama 2 tahun, jenjang mu’allimin selama 4 tahun dan jenjang takhassus selama 2 tahun.
2.      Aspek Metode dan Pendekatan Pengajaran
·         Menerapkan pendekatan personil psikologis dan conselling dalam melihat minat dan bakat serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang diajarkan.
·         Menerapkan metode diskusi kepada para muridnya.
·         Pendidik berjiwa demokratis dan dalam suasana kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan akliyah.
3.      Aspek Kurikulum
Dalam kegiatan belajar mengajar menerapkan rencana pelajaran atau rencana pengajaran yang dalam bahasa pendidikan disebut kurikulum. Rencana pelajaran itu dijadikan sebagai kerangka kerja sistematik dalam suatu kegiatan pengajaran modern.











BAB XV
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Ahmad Dahlan
A.    Riwayat Hidup Ahmad Dahlan
Lahir pada tahun 1868 sebagai anak salah seorang dari 12 kitab Masjid Agung Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwis. Setelah ia menyelesaikan pendidikan dasarnya dalam nahwu, fiqh dan tafsir di Yogya ia pergi ke Mekkah tahun 1890 ia belajar selama setahun. Salah seorang gurunya ialah Syaikh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 ia mengunjungi kembali tanah suci di mana ia menetap di sana selama dua tahun.
B.     Pandangan Ahmad Dahlan dalam Pendidikan
Pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen.
Ide-ide pendidikan yang dikemukakan Ahmad Dahlan :
a.       Membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam.
b.      Memasukkan pelajaran umum kepada seolah agama atau madrasah.
c.       Mengadakan perubahan dalam metode pengajaran.
d.      Mengajarkan sikap hidup yang terbuka dan toleran.
e.       Dengan organisasinya Muhammadiyah termasuk organisasi Islam yang paling pesat dalam mengembangkan lembaga pendidikan yang bervariasi.

12 komentar:

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...