RESUME
BUKU
FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dari. Toto Suharto,
S.Ag, M.Ag
Oleh
:
Fidia
Astuti
NIM
: 123 111 163
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN BAHASA
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
2013
Identitas buku
Judul : Flsafat
pendidikan islam
Pengarang : Drs. H.
Abudin Nata, M. A.
Penerbit : Logos
Wacana Ilmu
Tempat terbit : Jakarta
Tahun : 1997
Tebal Buku : xi dan 225
halaman
BAB
I
Pengertian,
Ruang Lingkup, dan kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
A.
Pengertian
Filsafat Pendidikan Islam
Merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan
al-Hadits. Filsafa pendidikan Islam dapat pula dikatakan suatu upaya
menggunakan jasa filosofis, yakni berpikir mendalam, sistematik, radikal dan
universal tentang masalah pendidikan, sedangkan guru, kurikulum, metode dan
lingkungan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadits.
B.
Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti
masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungannya.
Seseorang yang mengkaji filsafat pendidikan Islam harus menguasai masalah
filsafat, pendidikan pada umumnya serta menguasai kandungan al-Qur’an dan
al-Hadits.
C.
Kegunaan
Filsafat Pendidikan Islam
Omar muhammad al-Toumy al-syaibany mengemukakan tiga manfaat dari
mempelajari filsafat pendidikan islam tersebut sebagai berikut :
1.
Menolong
para perancang pendidikan dan orang-orang yg melaksanakannya dalam suatu negara
untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
2.
Menjadi
asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.
3.
Memberikan
pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi,
dan politik di negara kita.
Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu
seharusnya bertugas dalam 3 (tiga) dimensi, yakni :
1)
Memberikan
landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam.
2)
Melakukan
kritik dan koreeksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.
3)
Melakukan
evaluasi terhadap evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.
D.
Metode
Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
1.
Berupa
bahan tertulis dan bahan diambil dari pengalaman empirik dalam praktek
kependidikan.
2.
Metode
pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat
dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing
prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
3.
Metode
pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode
analitis-sintetis, yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan
logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif, dan analisa ilmiah.
4.
Pendekatan.
Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubunngan dengan
teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena
tertentu pula.
BAB
II
Kedudukan
manusia dalam alam semesta
A.
Potensi
Yang Dimiliki Manusia
Dengan penalaran manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang
diihatnya, ia dapat pula mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan
terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya.
Pengertian ini menunjukkan dengan jelas adanya potensi untuk dapat dididik pada
diri manusia.
Dengan demikian manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan
jasmani dan rohani. dengan kelengkapan jasmaninya, ia dapat melaksanakan
tugas-tugas yang memerlukan dukungan fisik, dan Dengan kelengkapan rohaninya ia
dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental.
B.
Kedudukan
Manusia Dalam Alam Semesta
Kedudukan manusia di alam raya ini di samping sebagai khalifah yang
memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi
yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai ‘abd, yaitu seluruh usaha dan
aktivitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada allah. Untuk
dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dan ibadah dengan baik ini manusia perlu
diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, ketrampilan, teknologi, dan
sarana pendukung lainnya. Ini menunjukkan bahwa konsep kekhalifahan dan ibadah
dalam al-qur’an erat kaitannya dengan pendidikan.
BAB III
Tinjauan filosofis tentang tujuan pendidikan islam
A.
Kedudukan
tujuan pendidikan
·
Mengakhiri
usaha. Sesuatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti
apa-apa.
·
Mengarahkan
usaha, tanpa adanya antisipasi kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi
dan kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien.
·
Titik
pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain.
·
Memberi
nilai pada usaha itu. Ada usaha-usaha yang tujuannya lebih luhur, lebih mulia,
lebih luas dari usaha-usaha lainnya.
B.
Tujuan
Pendidikan Islam
1.
Tujuan
umum yang dikenal pula dengan tujuan akhir.
2.
Tujuan
khusus, sebagai penjabaran dari tujuan umum.
3.
Tujuan
perbidang pembinaan, misalnya tujuan dari pembinaan aspek akal.
4.
Tujuan
setiap bidang studi sesuai dengan bidang-bidang pembinaan tersebut.
5.
Tujuan
setiap pokok bahasan yang terdapat dalam setiap bidang studi.
6.
Tujuan
setiap sub pokok bahasan yang terdapat dalam setiap pokok bahasan.
BAB
IV
Tinjauan
Filosofis Tentang Pendidik
A.
Pengertian
dan Kedudukan Pendidik
Pendidik
adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Kata pendidik
secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam
memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman, dan lainnya.
Tugas
guru dijelaskan oleh S. Nasution menjadi tiga bagian :
1.
Sebagai
orang yang mengkomunikasikan pengetahuan.
2.
Guru
sebagai model.
3.
Guru
juga menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berpikir,
mencintai pelajarannya, atau yang mematikan idealisme dan picik dalam
pandangannya.
B.
Sifat-sifat
Pendidik yang baik
1.
Seorang
guru harus memiliki sifat zuhud.
2.
Seorang
guru memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk.
3.
Seorang
guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
4.
Seorang
guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya.
5.
Seorang
guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum ia menjadi
seorang guru.
6.
Seorang
guru harus mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid-muridnya.
7.
Seorang
guru harus menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.
BAB
V
Tinjauan
Filosofis tentang anak didik
A.
Pengertian
anak didik
Dilihat
dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Dalam
pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau
sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek
pendidikan.
B.
Akhlak
anak didik
Asma
Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:
1. Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan
penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah
yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.
2. Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam
rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Tuhan,
dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.
3. Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dbn
bersedia pergi merantau.
4. Seorang anak didik wajib menghormati guru dan berusaha agar
senantiasa memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bernacam-macam
cara.
BAB
VI
Tinjauan
Filosofis Tentang Metode Pendidikan
A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metode
dikaitkan dengan pendidikan islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan
untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam
pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islam. Selain itu motode dapat pula
membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran
Islam, sehingga terus berkembang susuai dengan perkembangan zaman.
B. Fungsi Metode
Fungsi
metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang
sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari imlu pendidikan tersebut.
Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu
ilmu. Dari dua pendekatan ini dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi
mengantarkan suatu tujuan kepada obyek sasaran dengan cara yang sesuai dengan
perkembangan obyek sasaran tersebut.
C. Macam-macam Metode
Metode teladan, metode kisah-kisah, metode
nasihat, metode pembiasaan, metode hukum dan ganjaran, metode ceramah dan metode
diskusi.
BAB VII
Tinjauan Filosofis Tentang Lingkungan Pendidikan Islam
A.
Pengertian
Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga di mana pendidikan itu
berlangsung. Dalam berbagai sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai
pendapat para ahli tentang pengertian lingkungan pendidikan. Namun demikian,
dapat dipahami bahwa lingkungan tarbiyah Islamiyah itu adalah suatu
lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan
terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
B.
Fungsi
Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Sebagai
lingkungan tarbiyah Islamiyah, ia mumpunyai fungsi antara lain menunjang
terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman, tertib, dan
berkelanjutan.
BAB VIII
Tinjauan Filosofis Tentang Kurikulum
A.
Pengertian
Kurikulum
Kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang
sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan.
Pendapat
Hasan Langgung, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,
sosial, olah raga, dan kesenian baik yang berada di dalam maupun di luar kelas
yang dikelola oleh sekolah.
B.
Cakupan
Kurikulum
Cakupan
kurikulum meliputi empat bagian, yaitu :
1.
Bagian
yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar
mengajar.
2.
Bagian
yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktifitas, dan
pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang
isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus.
3.
Bagian
yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut.
4.
Bagian
yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil
pengajaran mata pelajaran tertentu.
C.
Asas-asas
Kurikulum
Asas
tersebut sebagaimana dikemukakan S. Nasution meliputi asas filosofis,
sosiologis, organisatoris, dan psikologi. Asas filosofis berperan sebagai
penentu tujuan umum pendidikan. Sedangkan asas sosiologis berperan memberikan dasar
untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan asas
organisatoris berfungsi memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran.
Selanjutnya asas psikologis berperan memberikan berbagai prinsip-prinsip
tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara
menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik
sesuai dengan perkembangan.
D.
Ciri-ciri
Kurikulum dalam Pendidikan Islam
1.
Menonjolkantujuan
agama dan akhlak pada berbagai tujuannnya dan kandungan, metode-metode,
alat-alat, dan teknik-teknik bercorak agama.
2.
Meluas
cakupannya dan menyeluruh kandungannya.
3.
Bersikap
seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang yang akan
digunakan.
4.
Bersikap
menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
5.
Kurikulum
yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.
E.
Prinsip
Kurikulum Pendidikan Islam
1.
Prinsip
pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya.
2.
Prinsip
menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
3.
Prinsip
keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
4.
Prinsip
perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar.
5.
Prinsip
pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara para pelajar, baik dari
segi minat maupun bakatnya.
6.
Prinsip
menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan
tempat.
7.
Prinsip
keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan
aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.
BAB IX
Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Evaluasi dalam Pendidikan Islam
A.
Pengertian
Evaluasi Pendidikan
Evaluasi
dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria
tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya
untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.
B.
Kedudukan
Evaluasi Pendidikan
Evaluasi
pendidikan memiliki kedudukanyg amat strategis, karena hasil dari kegiatan
evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan
pendidikan.
Ajaran
Islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Al-Qur’an
memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik
adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang
telah dilaksanakan oleh pendidik.
C.
Fungsi
Evaluasi
Dalam
hubungan A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
1.
Untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara komprehensif yang
meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2.
Sebagai
umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya di mana segi-segi yang sudah
dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan
sebanyak mungkin dihindari.
3.
Bagi
pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar.
4.
Untuk
memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan proses
remidial bagi murid.
5.
Untuk
menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6.
Untuk
menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7.
Untuk
mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan belajar.
Selain itu evaluasi juga berfungsi
dalam beberapa hal sebagai berikut:
a.
Evaluasi
berfungsi sebagai selektif
b.
Evaluasi
berfungsi diagnostik
c.
Evaluasi
berfungsi sebagai penempatan
d.
Evaluasi
berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
D.
Prinsip
Evaluasi
1.
Didasarkan
atas hasil pengukuran yang komprehensif.
2.
Dibedakan
antara penskoran dengan angka dan penilaian dengan kategori.
3.
Dalam
proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian, yaitu
berkenaan dengan hasil belajar dan berkenaan dengan penempatan.
4.
Pemberian
nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
5.
Penilaian
hendaknya bersifat komparabel.
6.
Sistem
penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa.
Penilaian
tersebut dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut:
a.
Prinsip
kesinambungan, penilaian dilakukan dengan berkesinambungan.
b.
Prinsip
menyeluruh, penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek
kepribadian.
c.
Prinsip
obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
d.
Prinsip
sistematis, penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.
E.
Sasaran
Evaluasi
1.
Segi
tingkah laku, yang menyangkut sikap, minat, perhatian, ketrampilan murid
sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
2.
Segi
pendidikan, penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses
belajar mengajar.
3.
Segi-segi
yang menyangkut proses belajar mengajar bahwa proses belajar mengajar perlu
diberi penilaian secara obyektif dari guru.
F.
Ciri-ciri
Evaluasi dalam Pendidikan
Penilaian dilakukan secara tidak
langsung, penggunaan ukuran kuantitatif, evaluasi pendidikan menggunakan
nit-unit yang tetap, bersifat relatif, dan dalam pendidikan sering teerjadi
kesalahan.
G.
Prosedur
Evaluasi
Perencanaan, pengumpulan data,
verivikasi data, analisis data dan penafsiran data.
BAB X
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Al-Ghazali
A.
Riwayat
Singkat Hidup Al-Ghazali
Nama
lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Ia lahir pada
tahun 450 H/1059 M. Di Ghazaleh. Ia wafat di Tabristan tanggal 14 Jumadil Akhir
tahun 505 H/ 1111 M.
Al-Ghazali
memulai pendidikannya di wilayah Tus dengan mempelajari dasar-dasar
pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan yang pada waktu itu
kedua kota tersebut dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan terpenting di dunia
Islam
B.
Pemikiran
Pendidikan Al-Ghazali
1.
Peranan
Pendidikan
Al-Ghazali
termasuk ke dalam kelompok sufinistik yang banyak menaruh perhatian yang besar
terhadap pendidikan, karena pendidikanlah yang banyak menentukan corak
kehidupan suatu bangsa dan pemikirannya.
2.
Tujuan
Pendidikan
Untuk
mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan dan
kegagahan atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang.
3.
Pendidik
Ciri-ciri
pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan, yaitu: Guru harus mencintai
muridnya, Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama, Guru
harus mengingatkan muridnya, Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu
yang bermanfaat, Di hadapan muridnya, guru harus memberikan contoh yang baik, Guru
harus mengamalkan yang diajarkannya, Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa
anak didiknya, Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak
didiknya.
4.
Murid
Bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut: Memuliakan guru dan
bersikap rendah hati, Merasa satu bangunan dengan murid lainnya, Menjauhkan
diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam
pikiran, dan Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat saja.
5.
Kurikulum
Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang terlarang dan yang wajib
dipelajari oleh anak didik menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.
Ilmu
yang tercela. Ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia ataupun
akhiratnya.
b.
Ilmu
yang terpuji. Misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama.
c.
Ilmu
yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena ilmu ini
dapat membawa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan tuhan)
seperti ilmu filsafat.
BAB XI
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Ibn Khaldun
A.
Riwayat
Singkat Hidup Ibn Khaldun
Ia
berasal dari keluarga politis, intelektual dan aristokrat. Ia lahir di Tunisia
tanggal 27 mei 1332. Ayahnya bernama Abdur Rahman Abu Zayd ibn Muhammad ibn
Khaldun.
Keluarganya
telah mewariskan tradisi intelektual kepada dirinya, sedangkan masa ketika ia
hidup yang ditandai dengan jatuh bangunnya dinasti-dinasti Islam, terutama
dinasti Umayah dan Abbasiyah memberikan kerangka berpikir dan teori-teori ilmu
sosialnya secara filsafatnya.
B.
Konsep
Pendidikan Ibn Khaldun
1.
Pandangan
tentang manusia didik
Ia
berpendapat bahwa dalam proses belajar atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia
di samping harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya, dalam
mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan
ketekunan, tetapi juga bakat.
2.
Pandangan
tentang ilmu
Berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, Ibn Khaldun membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Ilmu
lisan yaitu ilmu tentang tata bahasa.
b.
Ilmu
naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.
c.
Ilmu
‘aqli yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir atau
kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.
3.
Metode
Pengajaran
Mengajarkan
pengetahuan kepada pelajar hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan dengan
berangsur-angsur, setapak demi setapak dan sedikit demi sedikit. Ibn Khaldun
menganjurkan agar para guru mengajarkan ilmu pengetahuan dengan metode yang
baik. Dan menganjurkan agar pendidik bersikap sopan dan halus pada muridnya.
4.
Spesialisasi
Keahlian
itu adalah sifat atau corak jiwa yang tidak dapat tumbuh serempak. Mereka yang
pemikirannya masih mentah, dan dalam keadaan masih kosong akan lebih mudah mendapatkan
keahlian-keahlian baru yang dapat mereka peroleh dengan lebih mudah.
BAB
XII
Pendidikan
Islam dalam Pemikiran Ikhwan Al-Safa
A.
Riwayat
Singkat Ikhwan Al-Safa
Organisasi
ini antara lain mengajarkan tentang dasar-dasar agama Islam yang didasarkan
pada persaudaraan Islamiyah (ukhuwwah Islamiyah), yaitu suatu sikap yang
memandang iman seorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai
saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Informasi lain menyebutkan bahwa
organisasi ini didirikan oleh kelompok masyarakat yang terdiri dari para
filosof. Organisasi yang mereka dirikan bersifat rahasia dan memiliki missi
politis.
B.
Konsep
Pendidikan Ikhwan Al-Safa
Organisasi
ini memandang pendidikan dengan pandangan yang bersifat rasional dan empirik.
Mereka memandang ilmu sebagai gamaran dari sesuatu yang dapat diketahui di alam
ini. Dengan kata lain ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran manusia itu terjadi
karena mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca indera.
BAB XIII
Pendidikan Islam dalam Pemikiran Zainuddin Labay
A.
Riwayat
Singkat Zainuddin Labay
Lahirnya
di Bukit Surungan, Padang Panjang pada tahun 1880. Ia tidak pernah memperoleh
pendidikan yang sistematis. Ia hanya belajar dua tahun di sekolah negeri dan
dua tahun lagi belajar agama pada Syaikh Muhammad Yunus, ayahnya.
Pengetahuannya banyak diperoleh dengan membaca sendiri dan untuk ini
kemampuannya dalam bahasa-bahasa Ingris, Belanda dan Arab sangat membantunya.
B.
Pemikiran
Zainuddin Labay dalam Pendidikan
Zainuddin Labay telah menunjukkan
otodidaknya menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan. Ia berjasa dalam
mengembangkan bahasa Arab baik sebagai bahasa pengantar, maupun bahasa yang digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Ia telah memperkenalkan model pendidikan yang pada
masa itu belum lazim digunakan, yaitu model klasikal. Dan ia telah
memperkenalkan pengetahuan modern ke dalam kurikulum pendidikan Islam.
Usaha-usaha yang dilakukan Zainuddin Labay telah menghasilkan kader yang
tangguh dalam bidang ilmu agama sebagaimana diperlihatkan oleh Hamka.
BAB
XIV
Pendidikan
Islam dalam Pemikiran Syekh Ahmad Surkati
A.
Sejarah
Hidup Ahmad Surkati
Syeikh
Ahmad Surkati nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-Kharraj
al-Anshari. Ia lahir di daerah Adfu Donggala, Sudan. Ayahnya bernama Muhammad
yang masih diyakini memiliki hubungan dengan Jabir bin Abdullah al-Anshari.
Nama Surkati yang terdapat pada namanya itu diperoleh dari sebutan neneknya,
sehingga namanya menjadi Ahmad Surkati.
Sejak
kecil Ahmad Surkati telah diajar mengaji dan dididik untuk menjadi seorang
penghafal al-Qur’an dan hal itu dapat dia lakukan pada masa kanak-kanak, yakni
sudah hafal al-Qur’an.
Karya
tulis Ahmad Sukarti antara lain; Surat-surat Jawaban, Al-Wasiat al-Amiriyyah
(Nasihat bagi Para Pemimpin), Al-Masail al-Tsalats (Tiga Persoalan), Hak Suami
Istri, dan Tawjih al-Qur’an lil Adabil al-Qur’an.
B.
Ide-ide
Pembaharuan Pendidikan Akhmad Surkati
1.
Aspek
kelembagaan
Secara
kelembagaan program pendidikan yang dilakukan berlangsung selama 15 tahun
dengan jenjang pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar 3 tahun, pendidikan
ibtidaiyah selama 4 tahun, pendidikan tajhiziyyah selama 2 tahun, jenjang
mu’allimin selama 4 tahun dan jenjang takhassus selama 2 tahun.
2.
Aspek
Metode dan Pendekatan Pengajaran
·
Menerapkan
pendekatan personil psikologis dan conselling dalam melihat minat dan bakat
serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang diajarkan.
·
Menerapkan
metode diskusi kepada para muridnya.
·
Pendidik
berjiwa demokratis dan dalam suasana kegiatan belajar mengajar menggunakan
pendekatan akliyah.
3.
Aspek
Kurikulum
Dalam
kegiatan belajar mengajar menerapkan rencana pelajaran atau rencana pengajaran
yang dalam bahasa pendidikan disebut kurikulum. Rencana pelajaran itu dijadikan
sebagai kerangka kerja sistematik dalam suatu kegiatan pengajaran modern.
BAB XV
Pendidikan
Islam dalam Pemikiran Ahmad Dahlan
A.
Riwayat
Hidup Ahmad Dahlan
Lahir pada tahun 1868 sebagai anak salah seorang dari 12 kitab
Masjid Agung Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwis. Setelah ia menyelesaikan
pendidikan dasarnya dalam nahwu, fiqh dan tafsir di Yogya ia pergi ke Mekkah
tahun 1890 ia belajar selama setahun. Salah seorang gurunya ialah Syaikh Ahmad
Khatib. Sekitar tahun 1903 ia mengunjungi kembali tanah suci di mana ia menetap
di sana selama dua tahun.
B.
Pandangan
Ahmad Dahlan dalam Pendidikan
Pandangan
Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah
melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen.
Ide-ide pendidikan
yang dikemukakan Ahmad Dahlan :
a.
Membawa
pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam.
b.
Memasukkan
pelajaran umum kepada seolah agama atau madrasah.
c.
Mengadakan
perubahan dalam metode pengajaran.
d.
Mengajarkan
sikap hidup yang terbuka dan toleran.
e.
Dengan
organisasinya Muhammadiyah termasuk organisasi Islam yang paling pesat dalam
mengembangkan lembaga pendidikan yang bervariasi.
kembangkan,,,
BalasHapushidup HMI
BalasHapushidup :D
Hapussaya simpan web ini/ makalah ini. syukron katsir.
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya. :)
Hapusassalamualaika saya mintak izin ya meng copy makalahnya
BalasHapuswassalamualaikum. iya silahkan.
Hapusaduh itu lagunya
BalasHapusada apa ya dengan lagunya?
Hapuswhich website can give me a free pdf for this book?do you have?
BalasHapusim really hoping for your reply
HapusAssalamualaikum sya minta izin untuk mengcopy makalahnya kak
BalasHapus