Senin, 09 Januari 2017

Potensi Keagamaan Anak

Menurut Darajat, kondisi keagamaan anak berkembang sejalan dengan perkembangan kejiwaannya. Jiwa keagamaan semakin berkembang pesat dengan bertambahnya pengetahuan tentang agama. Pada usia empat sampai lima tahun, misalnya anak dengan kemampuan bahasanya telah memulai bertanya tentang surga, neraka, bagaimana cara menuju kesana, dan juga tentang Tuhan. Anak akan menerima semua jawaban yang diberikan tanpa membantahnya. Baru nanti ketika menginjak usia balig, ia mulai kritis dan mencari jawaban secara rasional.
Menurut Ahmad Tafsir, berikut ini cara mengembangkan jiwa keagamaan anak:
a.       Kondisikan kehidupan di rumah tangga degan kehidupan Muslim dengan segala hal.
b.      Sejak kecil anak-anak sering dibawa ke Masjid, ikut shalat, mengaji sekalipun ia belum menjalankannya dengan benar.
c.       Adakan pengajian di dalam rumah, mushola, atau masjid.
d.      Pada saat libur sekolah, anak kita masukkan ke dalam pesantren kilat.
e.       Libatkan anak-anak dalam setiap acara keagamaan di kampung, seperti ramadhan, panitia zaat fitrah, panitia idul fitri dan idul qirban, dan sebagianya.
Jadi anak dimungkinkan dapat mengenal Islam pada mulanya melalui tanda atau media keislaman seperti masjid dan lainnya. Terkadang anak juga mempertanyakan kepada orang tuanya tentang ketuhanan, sehingga anak bisa memisahkan diri untuk mengikuti orangtuanya dalam beribadah.
Tentang jiwa keagamaan anak, seperti dikutip Zuhairini menurut psikolog Sigmun Fred bahwa pada usia tiga tahun pertama sudah merasa akan adanya Tuhan, sehingga dalam bentuk miniatur anak menganggap kedua orangtuanya sebagai Tuhan. Anak beranggapan bahwa kedua orangtua adalah sumber keadilan, kasih sayang, kekuasaan dan pertolongan, bahkan pemberi segala kebutuhan. Tetapi, setelah dewasa, dengan sendirinya ia mengetahui kekurangan orangtuanya, sehingga berubahlah orientasi ketuhanannya.
Pada saat seperti itulah orangtua memiliki peran penting untuk membimbing dan memberikan pengetahuan tentang ketuhanan secara memadai. Yakni memahamkan bahwa uhan yang sebenarnya adalah Allah yang telah menciptakan semua manusia dan bukan orangtuanya seperti yang ia rasakan sebelumnya.
Perkembangan jiwa anak pada usia empat sampai lima tahun ketika menginjak usia taman kanak-kanak adalah ia mulai gemar menghafal doa-doa pendek yang diajarkan oleh pendidiknya di sekolahan atau keluarganya di rumah.

Anak pada usia enam tahun sampai sembilan tahun menurut Arifin sudah dapat mengerti bahwa sesunggunhnya Allah adalah Tuhan pencipta alam raya, manusia, binatang, tumbuhan, dan lainnya. Pemahaman agama anak pada usia ini telah mulai menguat terbukti mereka gemar melakukan ibadah meskipun atas perintah orangtuanya. Ia suka berdoa, beramal sesuai dengan kehendak Allah dan orangtuanya, serta rajin pergi ketempat-tempat pendidikan dengan teman-temannya. Sedangkan pemahamannya tentang kematian juga mulai tumbuh, terlebih ketika ditinggal mati oleh keluarganya. Anak mulai terbangun kepercayaan tentang adanya balasan amal, sehingga ia gemar beramal baik.

Sumber: Miftahul Huda. 2008. Nalar Pendidikan Anak. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...