Nama panggilan Abu
Jahal adalah Abdul Hakam, nama aslinya adalah Amr’. Dipanggil dengan sebutan
Abu Jahal, yang berarti si bodoh atau bapak yang bodoh, karena
tidak mampu membedakan yang baik dan benar dengan yang buruk dan salah. Abu
Jahal senantiasa memperolokolok Muhammad. Pernah keduanya berkelahi, Abu Jahal
kalah dan terkilir lututnya. Dia sangat dendam kepada Muhammad.
Abu Jahal pernah
melamar Khadijah binti Khuwailid, tetapi Khadijah menolak lamaran tersebut.
Beberapa bulan kemudian, Muhammad meminang Khadijah dan langsung diterima. Hati
Abu Jahal makin dengki kepada Muhammad. Setelah orang-orang lemah masuk Islam,
Abu Jahal memproklamirkan dirinya sebagai preman kota Mekah. Orang-orang dhuafa
yang masuk Islam semua mendapat penyiksaan pedih dari Abu Jahal. Yasir dan
istrinya Sumiyyah mendapat siksa sampai syahid di tangan Abu Jahal.
Ayat Al-Qur’an yang turun tentang Abu
Jahal bin Hisyam
Ibnu Ishaq berkata,
“Seperti yang disampaikan kepadaku, bahwa Abu Jahal bin Hisyam berjumpa dengan
Rasulullah saw., kemudian ia berkata kepada beliau, ‘hai Muhammad, Engkau harus
berhenti mencela Tuhan kami! Jika tidak, maka kami akan mencela Tuhan yang
Engkau sembah!’ Kemudian Allah Swt. menurunkan ayat tentang Abu Jahal:
Dan
janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. Al-An’am/6: 18).
Ibnu Ishaq berkata,
“Seperti disebutkan kepadaku, sejak saat itu, Rasulullah berhenti dari memaki
tuhan-tuhan mereka.
Kaum Quraisy
membujuk Nabi Muhammad saw. untuk turut serta menyembah Tuhan mereka jika Tuhan
Nabi Muhammad saw. Ingin disembah. Kemudian
Allah Swt menurunkan Surah Al-Kafirun 1-6 menjawab
ajakan kaum Quraisy tersebut.
Isra’ Mi’raj
terjadi pada 27 Rajab, tahun ke-12 dari kenabian atau 2 tahun sebelum Hijriah.
Setelah Isra’ Mi’raj, Rasulullah mengajak manusiaagar percaya kepada kisah
perjalanan yang menakjubkan itu. Banyak orangyang tidak percaya, termasuk Abu
Jahal.
“Bohong kau
Muhammad, bagaimana mungkin dalam satu malam saja kamu bisa ke Baitul Maqdis?
Kalau kau benar-benar sampai di sana, coba kau ceritakan apa yang kau lihat
dalam perjalanan.”
Muhammad bercerita
sesuai dengan yang dilihatnya secara akurat. Orang ramai membenarkan, kecuali segelintir para munafik dan Abu Jahal. “Itu
sihir yang nyata!” teriak Abu Jahal. “Itu
sihir yang nyata!” teriak Abu Jahal.
Kemudian Abu Jahal
dan anak buahnya selalu mengganggu orang orang yang shalat. Mereka sering
melemparkan orang-orang yang sedang shalat dengan tahi unta, kotoran kambing,
dan sebagainya. Mereka ramai dan sering mengejek orang-orang Islam dan Muhammad
saw. Namun, nabi dan pengikutnya tetap bersabar. Mereka tidak melawan orang
jahil yang berkelompok itu.
Abu Jahal belum
merasa jera. Dia terus mengganggu Muhammad. Bahkan, dia merancang siasat agar
Muhammad dibunuh atau diusir dari Mekah. Ketika Muhammad telah hijrah, Abu
Jahal berpesta. Dia merasa Dirinya sudah
menang dan merasa cukup. Allah berfirman tentang Abu Jahal.
“Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya
serba cukup.” (Qs. Al—‘Alaq:6-7)
Berbagai usaha
dalam mencegah penyebaran agama Islam gagal. Abu Jahal makin membenci
Rasulullah. Kebenciannya melebihi kebencian Abu Lahab.
Agama Islam makin
tersebar. Kemudian, Abu Jahal berkata kepada kaum Quraisy di suatu perhimpunan,
“Hai kaumku! Janganlah sekali-kali membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran
barunya dengan sesuka hatinya. Dia telah menghina agama nenek moyang kita, dia
mencela tuhan yang kita sembah. Demi Tuhan, aku berjanji kepada kamu sekalian,
bahwa esok aku akan membawa batu ke Masjidil Haram untuk dilemparkan ke kepala
Muhammad ketika dia sujud. Selepas itu, terserahlah kepada kamu semua
menyerahkan aku kepada keluarganya atau kamu membela aku dari ancaman kaum
kerabatnya. Biarlah orang-orang Bani Hasyim bertindak apa yang mereka sukai.”
Hadirin rapat
berkata, “Demi Tuhan, kami tidak akan sekali-kali menyerahkan engkau kepada
keluarga Muhammad. Teruskan niatmu.” Kaum Quraisy merasa bangga kepada Abu
Jahal. Jika Rasulullah meninggal, sejahteralah mereka, pikirnya.
Keesokan harinya,
Abu Jahal pergi ke Ka’bah. Karena Rasulullah biasa bersembahyang di situ. Abu
Jahal menggenggam batu besar diiringi kaum Quraisy. Dia mengajak kawan-kawannya
untuk menyaksikan bagaimana batu itu dihempaskan ke atas kepala Nabi Muhammad
saw.
Sepanjang
perjalanan Abu Jahal berkhayal. Dia membayangkan bagaimana keadaan Muhammad
setelah kepalanya dipukul batu. Dia tersenyum sendirian.
Abu Jahal tiba di
pekarangan Masjidil Haram. Dilihatnya Rasulullah hendak mengerjakan shalat.
Rasulullah tidak menyadari kehadiran Abu Jahal dan kawannya.
Abu Jahal melihat
Rasulullah akan mulai bersembahyang. Dia berjalan mengendap-endap dari arah
belakang menuju ke arah Rasulullah. Abu Jahal melangkah dengan berhati-hati. Ia
sangat khawatir gerakannya diketahui Rasulullah.
Ketika Abu Jahal
menghampiri Rasulullah, tiba-tiba ia mundur secepat kilat. Batu yang dipegang
terhempas ke bawah. Wajah Abu Jahal pusat pasi. Teman-temannya keheranan.
Kaki Abu Jahal
tidak dapat digerakkan. Ia seolah-olah terpaku ke bumi. Ia tidak dapat
melangkahkan kaki walau setapak. Teman-temannya segera menarik Abu Jahal
sebelum disadari oleh Rasulullah. Abu Jahal masih terpana dengan kejadian yang
dialaminya.
Setelah tersadar,
temannya bertanya, “Apakah sebenarnya yang terjadi kepada engkau, Abu Jahal?
Mengapa engkau tidak menghempaskan batu itu ke kepala Muhammad ketika dia
sedang sujud tadi?”
Akan tetapi, Abu
Jahal tetap membisu. Teman-temannya makin keheranan.
Setelah tersadar,
Abu Jahal menjelaskan. “Wahai sahabatku! Ketika aku hendak menghampiri Muhammad
dan menghempaskan batu itu ke kepalanya, tiba-tiba muncul seekor unta yang
besar hendak menendangku.
Aku amat terkejut.
Belum pernah aku melihat unta begitu besar seumur hidupku. Jika aku teruskan
niatku, niscaya akan matilah aku ditendang oleh unta itu, sebab itulah aku
mundur dan membatalkan niatku.”
Teman-teman Abu
Jahal merasa kecewa. Penjelasan Abu Jahal dianggap bohong. Karena mereka tidak
melihat ada unta. Mereka tidak mempercayai ucapan Abu Jahal tersebut.
Mantap
BalasHapusterimakasih kunjungannya
Hapus