Rabu, 18 November 2015

Hadis Pengaruh Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setiap anak memiliki potensi yang dibawa oleh fitrahnya. Namun potensi anak didik tidak akan berkembang dengan sendirinya tanpa ada usaha atau pengaruh dari lingkungan pendidikan sekitar. Anak didik bagaikan kertas putih bersih yang masih polos yang sangat bergantung pada pengaruh penulisnya. Begitu kekuatan pengaruh terhadap potensi anak didik yang sangat menentukan bentuk dan warna anak didik. Islam sebagaimana yang disebutkan beberapa hadis mengakui adanya pengaruh pendidikan dari luar diri anak disamping anak telah membawa potensi yang disebut dengan fitrah islamiyah.
Setidaknya ada empat hal yang dapat mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan fitrahnya yaitu Pengaruh teman, pengaruh kekasih, pengaruh orang tua dan pengaruh pendidik. teman yang baik itu adakanya memberi nasehat dan pandangan-pandangan yang baik, atau belajar ilmu yang bermanfaat. Adapun perumpamaan peniup api maknanya ada kalanya api itu membakar pakaianmu atau mencium bau yang tidak enak.
Kekasih juga berpengaruh terhadap pendidikan seorang anak, kadar nilai agama atau akhlak seseorang anak ditentukan oleh siapa kekasihnya. Seseorang digiring bersama orang yang dicintainya baik dunianya maupun akhiratnya. Maka penulis akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh pendidikan yaitu pengaruh teman dan pengaruh kekasih.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hadis mengenai pengaruh teman?
2.      Bagaimana hadis mengenai pengaruh kekasih?
3.      Bagaimana pelajaran yang dapat dipetik dari kedua hadis tersebut?












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadis pengaruh teman
وَ عَنْ أَبِيْ مُسَى الأَشْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَجَلِيِسِ السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ, فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً. وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقُ ثِيَابَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا مُنْتِنَةً. (متفق عليه).
Terjemahan: Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a bahwasannya Nabi bersabda: “sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman shaih dan teman nakal adalah seperti berteman dengan pembawa minyak kesturi dan peniup api. Pembawa minyak kesturi itu adakalanya memberi minyak kepadamu atau adakalanya kamu membeli daripadanya dan adakalanya kamu mendapatkan bau harum darinya. Dan peniup api itu adakalanya ia membakar kain bajumu dan adakalanya kamu mendapatkan bau busuk daripadanya.” (HR. Muttafaq ‘Alayh)
Hadis ini membimbing kepada umat manusia bagaimana membentuk kepribadian yang baik yang merupakan cita-cita dan tujuan pendidikan dalam Islam. Salah satunya adalah faktor pengaruh dari teman pergaulan dimana seseorang hidup. Dalam pendidikan teman mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pembentukan watak, karakter atau kepribadian seseorang di samping faktor lain, karena melalui teman inilah manusia sangat mudah dibentuk dan diwarnai pola hidup, pola pikir dan perilaku. Rasulullah memberikan perumpamaan teman yang baik dan teman yang nakal atau teman yang buruk wataknya, sebagai beriut:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَجَلِيِسِ السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ
"sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman shaih dan teman nakal adalah seperti berteman dengan pembawa minyka kesturi dan peniup api.”
Teman baik yakni teman yang berwatak baik atau saleh diumpamakan seperti berteman dengan pembawa minyak misik, sedangkan teman nakal seperti berteman dengan peniup api. Maksud teman disini teman akrab yang sehari-hari sehingga terjadi interaktif antara dua belah pihak. Dalam hadis diatas diungkapkan dengan kata al-jalis artinya teman duduk dimaksudkan lebih umum bukan teman dalam duduk saja tetapi dalam segala hal, baik teman duduk maupun berdiri. Berbeda dengan teman sekedar atau sesaat dalam suatu tempat atau tempat yang menjadi sasaran tujuan mislanya bergaul dengan anak nakal ada tujuan agar bisa merubah sikapnya menjadi baik.
Sebagian ulama mengartikan kata al-jalis disini juga diartikan teman dalam mujalasah duduk berbincang-bincang. Hadis mempunyai pesan anjuran duduk bersama berbincang-bincang yang baik seperti majlis zikir, majlis ilmu dan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pesan sebaliknya menjauhi duduk bersama teman yang berbincang-bincang hal yang tidak baik atau yang tidak ada manfaatnya, seperti bergunjing, berbicara kotor dan tidak bermanfaat.
Minyak kasturi adalah salah satu minyak yang terkenal dan dicintai Rasulullah. Minyak kasturi yang berasal dari darah kijang kemudian berubah dengan sendirinya menjadi cuka, hukumnya suci. Adapun peniup api adalah pekerjaan tukang besi atau tukang pandai pada zaman dahuu zmaan klasik. Maksunya api yang ditiupkan melalui kulit binatang seperti kulit kambing yang telah dibeset kemudian dijahit tepinya kecuali ujung lehernya, kemudian dihembus-hembuskan atau ditekan-tekankan agat mengeluarkan angin yang kuat untuk meniup api biar hidup menyala sehingga dapat melelehkan besi untuk menyatukan dengan besi yang lain yang ingin dipatri. Alat tukang pandai atau tukang besi tersebut sekarang sudah tidak ada atau sudah langka, sekarang sudah diganti dengan yang lebih modern seperti las duco, las karbit dan lain-lain.
Ada beberapa titik temu atau persamaan antara beberapa sifat yang dijadikan perumpaan Rasul dan hadis:
a.       Persamaan teman baik dengan pembawa minyak kasturi.
Persamaan kedua hal tersebut dijelaskan Nabi pada teks Hadis berikutnya secara terperinci yakni ada tiga hal:
1)      Memberi minyak wangi
فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِ يَكَ
“Pembawa minyak kasturi itu adakalanya memberi minyak kepadamu.”
Ada tiga kemungkinan jika kita berteman dengan pembawa minyak kasturi. Pertama, pembawa minyak itu adakalanya memberi  minyak kepada kita secara gratis sekalipun hanya diolesi satu kali olesan dengan parfum. Maknanya dengan berteman sama orang shaleh kita akan mendapat pemberian rahmat atau manfaatdari Allah SWT dan mendapat contoh serta keteladanan yang baik dari orang shaleh itu.
2)      Membeli minyak wangi
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَا عَ مِنْهُ
“Atau adakalanya kamu membeli daripadanya.”
Alternatif kedua, jika kita tertarik dengan minyak teman yang harum itu sementara kita punya uang, pasti kita mau membeli minyak itu. Maknanya, teman saleh itu mengajarkan kebaikan kepada kita dan kita pun belajar daripadanya, teman saleh itu selalu memberi nasehat, arahan, bimbingan, dan pembinaan kepada kita. Teman saleh itu selalu mengajak kebaikan dan mencegah kejahatan, apabila melihat sesuatu yang tidak benar pada temannya diluruskan dan apabila melihat temannya sedang menghadapi kesulitan dibantu dan seterusnya.
3)      Ikut mencium keharuman minyak wangi
وَإِمَّأ أَنْ تَجَدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً
Alternatif ketiga, kita mendapat bau harum dari teman pembawa minyak.  Maknanya, seseorang yang berteman dengan orang shaleh citranya terangkat menjadi harum atau terbawa harum sebab persahabatan yang baik itu. Seseorang yang bersahabat dengan teman yang saleh dinilai baik atau saleh oleh masyarakat sekitarnya dan dihormati sebagaimana layaknya orang saleh. Alternatif ketiga ini manfaat minimal, paling tidak berkat bergaul dengan teman yang baik.
b.      Persamaan teman nakal dengan peniup api
Ada dua persamaan sifat antara teman buruk dengan peniup api, yaitu:
1)      Membakar pakaian
وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقُ ثَيَابَكَ
“Dan peniup api itu adakalanya ia membakar kain bajumu.”
Teman nakal itu akan membakar kamu sebagaimana tukang las yang memercikan api ke lingkungan sekitarnya, baju dan celananya berlubang-lubang karena percikannya. Orang yang bersahabat dengan teman nakal akan terbakar kepribadiannya dan rusak akhlaknya. Banyak orang yang semula baik kepribadiannya, tetapi kemudian rusak karena pergaulan dengan teman yang tidak baik. Berapa banyak anak yang semula datang dari desa berkepribadian polos dan jujur mungkin karena pendidikan dalam keluarganya baik dan belajar disekolah yang baik pula. Tetapi setelah keluar ke kota pergaulan anak tersebut menjadi bebas, anak-anak nakal ditemani tanpa selektif, peminum, pemabuk, dan lain-lain yang berakibat hancurnya akhalak anak tersebut.
2)      Mencium bau busuk
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْجًا مُنْتِنَةً
“Dan adakalanya kamu mendapatkan bau busuk daripadanya.”
Akibat kedua, adakalanya citra seseorang yang berteman dengan teman yang nakal menjadi busuk dan hancur. Seperti halnya ketika seorang penjahat ditangkap polisi, teman-teman dekatnya pun diciduk polisi karena dianggap mempunyai andil yang sama. Demikian juga status sosialnya, orang itu dinilai rendah tidak berharga di tengah-tengah masyarakat sekalipun sebenarnya dia orang baik.
Pengaruh teman memang sangat besar dalam membentuk kepribadian seorang anak didik baik dan buruknya, lingkungan masyarakat di sekitarnya sangat berpotensi dalam mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Al-Zurnujiy memberi bimbingan kepada para pelajar agar memilih teman yang tekun belajar, memelihara hukum (wara’), berkarakter yang baik dan cerdas. Pelajar hendaknya menjauhi teman pemalas, penganggur, banyak bicara sedikit kerja, perusak dan pemfitnah. Pengaruh tersebut bukan saja dalam membentuk kepribadian akan tetapi juga berpengaruh dalam penilaian masyarakat untuk menentukan status seseorang. Status seseorang bisa dinilai baik atau buruk karena teman dekatnya, sekalipun status sesungguhnya berlawanan dengan penilaian mereka. Penilaian seseorang yang didasarkan pada teman dekatnya tidak salah karena pada umumnya kepribadian teman mempunyai pengaruh menjalar dan menular kepada sesame teman dekatnya. Hal ini juga dikatakan ‘Adiy bin Zayd al-‘Ibadiy dalam kitabnya Diwan al-Ma’aniy (1/124) dan juga disebutkan oleh al-Zurnujiy dlam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim :
عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَ لْ وَ أَبْصِرْ قَرِ يْنَهُ # فَإِ نَّ الْقَرِ يْنَ بِا لْمُقَا رَنِ مُقْتَدِي
Tentang (kepribadian) seseorang janganlah engkau tanyakan dan lihatlah siapa temannya.
Sesungguhnya teman dengan persahabatannya itu pasti mengikuti.
Teman memang mempunyai pengaruh yang besar yang dapat membantu kesuksesan para pengajar dalam mencapai suatu tujuan dalam pendidikan. Teman yang baik selalu dibutuhkan siapapun yang menghendaki kebaikan dalam kehidupannya baik dlam urusan duniawi maupun ukhrawi. Abdullah Nashih Ulawan memberikan kriteria teman saleh yang baik tidak cukup sekedar terdidik, cerdas, dan pandai. Akan tetapi teman yang baik adalah yang dapat mengkompromikan dengan sifat-sifat keutamaan saleh, takwa, berpikiran matang atau dewasa, peka terhadap problematika sosial  dan paham islam secara benar.

B.     Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis pengaruh teman
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis pengaruh teman ialah:
1.      Anjuran berteman dengan orang atau anak yang berkepribadian saleh, baik dalam agama maupun dalam urusan dunia.
2.      Larangan berteman dengan orang yang berkepribadian buruk
3.      Persahabatan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan, baik dan buruknya kepribadian seseorang di antaranya ditentukan oleh teman-teman yang ada disekelilingnya.
4.      Anjuran kepada pendidik, pengajar, guru, orang tua dan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak agar memilihkan teman-teman yang baik buat anak didiknya.
5.      Berhati-hatilah dalam memilih teman karena penilaian masyarakat terhadap kepribadian seseorang umumnya tergantung dari dengan siapa ia berteman.

C.    Pengaruh kekasih
عَنْ أَ بِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : "الرَّ جُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ, فَلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَا لِلْ (رواه أبوداودوالتر مذى بإسنادصحيح وقال التر مذى حديث حسن).
وَعَنْ أَبِيْ مُوْسَى الأَشْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ :"الْمَرْءُ مَعَ مَنَ أَحَبَّ"(متفق عليه). وَ فِي روايه قَالَ : قِيْلَ للنَّبِيِ صلى الله عليه وسلم : الرَّ جُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّ يَلْحَقَّ بِهِمْ ؟ قَالَ : "الْمَرْءُ مَعَ مَنَ أَحَبَّ".

Terjemahan:         
Dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “seseorang itu mengikuti agama kekasihnya, oleh sebab itu hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya.” (HR. Abu Dawud dan al-Turmudzy dengan sanad yang sahih dan al-Turmudzy berkata bahwa hadis ini Hasan).
Dari Abu Musa al-Asy’ary r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “Orang itu akan bersama-sama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam satu riwayat dikatakan:” Ada seseorang bertanya kepada Nabi Saw. Tentang seseorang yang mencintai sesuatu kaum (sekelompok orang) tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka”, maka beliau menjawab:” Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (nanti diakhirat).”
Hadis ini juga menjelaskan adanya pengaruh kekasih atau teman yang dicintainya. Secara psikologis setiap orang mempunyai kecenderungan untuk memilih kekasih atau teman yang sama dengan dicintainya. Teman atau kekasih yang dicintai seseorang pada umumnya sesuai dengan apa yang dicintai oleh dirinya. Seseorang berkelompok atau berkumpul pada umumnya juga cenderung memilih kelompok yang sama. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara sesama teman yang dicintai baik dalam beragama, hobi, kesenangan, watak, karakter, profesi dan lain-lain. Misalnya mahasiswa UIN kecenderungan berkumpul sesama mahasiswa dari UIN, minimal yang memiliki watak atau visi dan misi yang sama ketika bercampur baur dengan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Demikian juga seorang guru, dosen, ulama, dokter, insinyur, karyawan dan lain-lain. Oleh karena itu, di sana banyak kelompok atau organisasi yang mengikat kecenderungan yang sama tersebut.
Rasulullah bersabda sebagaimana dalam hadis diatas :
الرَّ جُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
“Seseorang itu mengikuti agama kekasihnya.”
Seseorang itu mengikuti kebiasaan temannya, pandangan hidup, akhlak dan agamanya. Dengan demikian melihat seseorang cukup melihat kekasihnya, jika kekasihnya orang baik maka dia baik pula dan jika kekasihnya orang jahat atau orang tidak baik maka diapun menjadi orang yang tidak baik.
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَا لِلْ
“Hendaklah salah seorang di antara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya”.
Hadis ini perintah kepada kita yang memilih kekasih untuk dijadikan teman agar memperhatikan kebiasaan dan akhlaknya, carilah kekasih yang baik akhlaknya. Jika agama dan akhlak kekasih itu baik temanilah dan jika buruk tinggalkanlah, karena sesungguhnya watak atau karakter itu mencuri dan pergaulan itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Al-Ghazali berkata:”Berteman dengan orang yang rakus dunia menjadi rakus dan berteman dengan orang yang zuhud menjadi zuhud”.
Perintah memilih teman yang baik dalam hadis tersebut berlaku kepada semua orang sekalipun kecenderungan hatinya tidak baik. Demikian juga makna kekasih juga bersifat umum, baik kekasih sebagai teman biasa atau kekasih sebagai teman berbisnis maupun kekasih  untuk dijadikan pasangan seperti calon istri, calon menantu, dan calon mertua. Semuanya hendaknya lebih mengutamakan factor agama dan akhlak.
Kekasih yang baik mempunyai pengaruh yang besar dalam rumah tangga, baik terhadap pasangan suami istri dan anak-anak keturunannya. Banyak rumah tangga yang sukses dan berbahagia, berkat pasangan kekasihnya orang baik-baik. Sebaliknya banyak rumah tangga yang hancur disebabkan karena kekasihnya berkepribadian buruk atau tidak baik.
Ketika ada salah seorang sahabat bertanya kapan datang hari kiamat?” Nabi Saw. Kembali bertanya;”Apa persiapanmu untuk menghadapi kiamat?” jawab orang itu: “Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Lantas beliau menjawab:
الْمَرْءُ مَعَ مَنَ أَحَبَّ
“Orang itu akan bersama-sama orang yang dicintainya.”
Bersama artinya dinilai sama atau dihukumi sama antara yang mencintai dan yang dicintai. Jika orang yang dicintai itu baik, maka orang itu dinilai baik pula dan jika orang yang dicintai itu tidak baik, maka ia dinilai tidak baik. Dalam konteks hadis di atas sahabat tersebut digiring bersama Nabi dalam surga sekalipun tidak sama kelasnya, tentunya kelas surga Nabi yang paling tinggi, karena amaliah beliau yang tidak sama dengan manusia biasa. Dalam satu riwayat seorang sahabat bertanya: Bagaimana jika seorang mencintai kaum, tetapi amalnya tidak sama dengan mereka? Nabi tetap menjawab: “Seorang bersama dengan orang yang dicintainya”.
Hadis ini memerintahkan untuk mencintai Rasul dan orang-orang saleh. Mencintai orang saleh berarti mengikuti jejak mereka dalam melaksanakan perintah-perintah agama, menjauhkan segala larangannya dan berakhlak mulia. Orang yang mencintai orang saleh dihukumi saleh pula. Ia dikelompokkan bersama orang saleh baik didunia maupun diakhirat. Dalam QS. Al-Furqan (25) : 27-29 Allah menceritakan penyesalan orang yang tidak mencintai orang-orang yang saleh besok dihari kiamat.

D.    Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis pengaruh kekasih
1.      Memiliki kekasih, teman dan sahabat yang dicintai agamanya dan menjauhi teman yang dibenci agamanaya dan menjauhi teman yang dibenci agamanya.
2.      Derajat minimal dalam persaudaraan dan persahabatan adalah menilai teman sama dengan kepentingan dirinya sendiri.
3.      Orang yang mencintai kekasih, teman, dan sahabat orang saleh dan taqwa dinilai sama dengan oaring saleh baik di dunia maupun di akhirat.
4.      Menjauhi kekasih atau teman yang nakal dan fasik agar tidak digiring bersama mereka
5.      Milikilah teman yang cinta akan dunia sekaligus cinta juga akan akhirat







BAB III
KESIMPULAN

Setiap anak memiliki potensi yang dibawa oleh fitrahnya. Potensi anak akan berkembang dengan sendirinya melalui berbagai faktor. Didalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi setiap anak. Maka dianjurkan untuk berteman dengan orang yang berkepribadian saleh baik dalam agama maupun urusan dunia. Karena pertemanan dapat mempengaruhi seseorang. Selain faktor pengaruh teman, terdapat beberapa faktor lainnya, yaitu pengaruh kekasih.
Pengaruh teman yang baik digambarkan seperti berteman dengan seorang pembawa minyak kasturi sedangkan teman yang buruk bagaikan berteman dengan peniup api. Persamaan berteman dengan pembawa minyak kasturi ada tiga; adakalanya pembawa minyak itu memberi atau engkau membeli darinya atau ikut mencium bau harumnya. Makna teman yang baik itu adakanya memberi nasehat dan pandangan-pandangan yang baik, atau belajar ilmu yang bermanfaat. Adapun perumpamaan peniup api maknanya ada kalanya api itu membakar pakaianmu atau mencium bau yang tidak enak.
Kekasih juga berpengaruh terhadap pendidikan seorang anak, kadar nilai agama atau akhlak seseorang anak ditentukan oleh siapa kekasihnya. Seseorang digiring bersama orang yang dicintainya baik dunianya maupun akhiratnya. Jika seorang yang dicintai masuk surga ia pun masuk surga sekalipun tingkat surganya berbeda karena amalannya berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...