BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Setiap anak memiliki potensi yang
dibawa oleh fitrahnya. Namun potensi anak didik tidak akan berkembang dengan
sendirinya tanpa ada usaha atau pengaruh dari lingkungan pendidikan sekitar.
Anak didik bagaikan kertas putih bersih yang masih polos yang sangat bergantung
pada pengaruh penulisnya. Begitu kekuatan pengaruh terhadap potensi anak didik
yang sangat menentukan bentuk dan warna anak didik. Islam sebagaimana yang
disebutkan beberapa hadis mengakui adanya pengaruh pendidikan dari luar diri
anak disamping anak telah membawa potensi yang disebut dengan fitrah islamiyah.
Setidaknya ada empat hal yang dapat
mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan fitrahnya yaitu Pengaruh teman,
pengaruh kekasih, pengaruh orang tua dan pengaruh pendidik. teman yang baik itu adakanya memberi
nasehat dan pandangan-pandangan yang baik, atau belajar ilmu yang bermanfaat.
Adapun perumpamaan peniup api maknanya ada kalanya api itu membakar pakaianmu
atau mencium bau yang tidak enak.
Kekasih juga
berpengaruh terhadap pendidikan seorang anak, kadar nilai agama atau akhlak
seseorang anak ditentukan oleh siapa kekasihnya. Seseorang digiring bersama
orang yang dicintainya baik dunianya maupun akhiratnya. Maka penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai pengaruh pendidikan yaitu pengaruh teman dan
pengaruh kekasih.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hadis
mengenai pengaruh teman?
2.
Bagaimana hadis
mengenai pengaruh kekasih?
3.
Bagaimana pelajaran
yang dapat dipetik dari kedua hadis tersebut?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hadis pengaruh
teman
وَ عَنْ أَبِيْ مُسَى الأَشْعَرِى رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَجَلِيِسِ السُّوْءِ كَحَامِلِ
الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ, فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ,
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً.
وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقُ ثِيَابَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ
رِيْحًا مُنْتِنَةً. (متفق عليه).
Terjemahan: Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a bahwasannya Nabi bersabda:
“sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman shaih dan teman nakal adalah
seperti berteman dengan pembawa minyak kesturi dan peniup api. Pembawa minyak
kesturi itu adakalanya memberi minyak kepadamu atau adakalanya kamu membeli
daripadanya dan adakalanya kamu mendapatkan bau harum darinya. Dan peniup api
itu adakalanya ia membakar kain bajumu dan adakalanya kamu mendapatkan bau
busuk daripadanya.” (HR. Muttafaq ‘Alayh)
Hadis ini membimbing kepada umat manusia bagaimana membentuk kepribadian
yang baik yang merupakan cita-cita dan tujuan pendidikan dalam Islam. Salah
satunya adalah faktor pengaruh dari teman pergaulan dimana seseorang hidup.
Dalam pendidikan teman mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pembentukan
watak, karakter atau kepribadian seseorang di samping faktor lain, karena
melalui teman inilah manusia sangat mudah dibentuk dan diwarnai pola hidup,
pola pikir dan perilaku. Rasulullah memberikan perumpamaan teman yang baik dan
teman yang nakal atau teman yang buruk wataknya, sebagai beriut:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَجَلِيِسِ
السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ
"sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman shaih
dan teman nakal adalah seperti berteman dengan pembawa minyka kesturi dan
peniup api.”
Teman baik
yakni teman yang berwatak baik atau saleh diumpamakan seperti berteman dengan
pembawa minyak misik, sedangkan teman nakal seperti berteman dengan peniup api.
Maksud teman disini teman akrab yang sehari-hari sehingga terjadi interaktif
antara dua belah pihak. Dalam hadis diatas diungkapkan dengan kata al-jalis
artinya teman duduk dimaksudkan lebih umum bukan teman dalam duduk saja tetapi
dalam segala hal, baik teman duduk maupun berdiri. Berbeda dengan teman sekedar
atau sesaat dalam suatu tempat atau tempat yang menjadi sasaran tujuan mislanya
bergaul dengan anak nakal ada tujuan agar bisa merubah sikapnya menjadi baik.
Sebagian
ulama mengartikan kata al-jalis disini juga diartikan teman dalam mujalasah
duduk berbincang-bincang. Hadis mempunyai pesan anjuran duduk bersama
berbincang-bincang yang baik seperti majlis zikir, majlis ilmu dan
pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pesan sebaliknya menjauhi duduk bersama teman
yang berbincang-bincang hal yang tidak baik atau yang tidak ada manfaatnya,
seperti bergunjing, berbicara kotor dan tidak bermanfaat.
Minyak kasturi adalah salah satu minyak yang terkenal dan dicintai
Rasulullah. Minyak kasturi yang berasal dari darah kijang kemudian berubah
dengan sendirinya menjadi cuka, hukumnya suci. Adapun peniup api adalah
pekerjaan tukang besi atau tukang pandai pada zaman dahuu zmaan klasik.
Maksunya api yang ditiupkan melalui kulit binatang seperti kulit kambing yang
telah dibeset kemudian dijahit tepinya kecuali ujung lehernya, kemudian
dihembus-hembuskan atau ditekan-tekankan agat mengeluarkan angin yang kuat
untuk meniup api biar hidup menyala sehingga dapat melelehkan besi untuk menyatukan
dengan besi yang lain yang ingin dipatri. Alat tukang pandai atau tukang besi
tersebut sekarang sudah tidak ada atau sudah langka, sekarang sudah diganti
dengan yang lebih modern seperti las duco, las karbit dan lain-lain.
Ada beberapa titik temu atau persamaan antara beberapa sifat yang
dijadikan perumpaan Rasul dan hadis:
a. Persamaan teman baik dengan pembawa minyak
kasturi.
Persamaan kedua hal tersebut dijelaskan
Nabi pada teks Hadis berikutnya secara terperinci yakni ada tiga hal:
1) Memberi minyak wangi
فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِ يَكَ
“Pembawa
minyak kasturi itu adakalanya memberi minyak kepadamu.”
Ada tiga kemungkinan jika kita berteman
dengan pembawa minyak kasturi. Pertama, pembawa minyak itu adakalanya
memberi minyak kepada kita secara gratis
sekalipun hanya diolesi satu kali olesan dengan parfum. Maknanya dengan
berteman sama orang shaleh kita akan mendapat pemberian rahmat atau manfaatdari
Allah SWT dan mendapat contoh serta keteladanan yang baik dari orang shaleh
itu.
2) Membeli minyak wangi
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَا عَ مِنْهُ
“Atau
adakalanya kamu membeli daripadanya.”
Alternatif kedua, jika kita tertarik dengan
minyak teman yang harum itu sementara kita punya uang, pasti kita mau membeli
minyak itu. Maknanya, teman saleh itu mengajarkan kebaikan kepada kita dan kita
pun belajar daripadanya, teman saleh itu selalu memberi nasehat, arahan,
bimbingan, dan pembinaan kepada kita. Teman saleh itu selalu mengajak kebaikan
dan mencegah kejahatan, apabila melihat sesuatu yang tidak benar pada temannya
diluruskan dan apabila melihat temannya sedang menghadapi kesulitan dibantu dan
seterusnya.
3) Ikut mencium keharuman minyak wangi
وَإِمَّأ أَنْ تَجَدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً
Alternatif ketiga, kita mendapat bau harum
dari teman pembawa minyak. Maknanya,
seseorang yang berteman dengan orang shaleh citranya terangkat menjadi harum
atau terbawa harum sebab persahabatan yang baik itu. Seseorang yang bersahabat
dengan teman yang saleh dinilai baik atau saleh oleh masyarakat sekitarnya dan dihormati
sebagaimana layaknya orang saleh. Alternatif ketiga ini manfaat minimal, paling
tidak berkat bergaul dengan teman yang baik.
b. Persamaan teman nakal dengan peniup api
Ada dua persamaan sifat antara teman buruk
dengan peniup api, yaitu:
1) Membakar pakaian
وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقُ
ثَيَابَكَ
“Dan
peniup api itu adakalanya ia membakar kain bajumu.”
Teman nakal itu akan membakar kamu sebagaimana tukang las yang
memercikan api ke lingkungan sekitarnya, baju dan celananya berlubang-lubang
karena percikannya. Orang yang bersahabat dengan teman nakal akan terbakar
kepribadiannya dan rusak akhlaknya. Banyak orang yang semula baik
kepribadiannya, tetapi kemudian rusak karena pergaulan dengan teman yang tidak
baik. Berapa banyak anak yang semula datang dari desa berkepribadian polos dan
jujur mungkin karena pendidikan dalam keluarganya baik dan belajar disekolah
yang baik pula. Tetapi setelah keluar ke kota pergaulan anak tersebut menjadi
bebas, anak-anak nakal ditemani tanpa selektif, peminum, pemabuk, dan lain-lain
yang berakibat hancurnya akhalak anak tersebut.
2) Mencium bau busuk
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْجًا
مُنْتِنَةً
“Dan
adakalanya kamu mendapatkan bau busuk daripadanya.”
Akibat kedua, adakalanya citra seseorang yang berteman dengan teman yang nakal menjadi busuk dan
hancur. Seperti halnya ketika seorang penjahat ditangkap polisi, teman-teman
dekatnya pun diciduk polisi karena dianggap mempunyai andil yang sama. Demikian
juga status sosialnya, orang itu dinilai rendah tidak berharga di tengah-tengah
masyarakat sekalipun sebenarnya dia orang baik.
Pengaruh teman memang sangat besar dalam membentuk kepribadian seorang anak
didik baik dan buruknya, lingkungan masyarakat di sekitarnya sangat berpotensi
dalam mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Al-Zurnujiy memberi bimbingan
kepada para pelajar agar memilih teman yang tekun belajar, memelihara hukum
(wara’), berkarakter yang baik dan cerdas. Pelajar hendaknya menjauhi teman
pemalas, penganggur, banyak bicara sedikit kerja, perusak dan pemfitnah. Pengaruh
tersebut bukan saja dalam membentuk kepribadian akan tetapi juga berpengaruh
dalam penilaian masyarakat untuk menentukan status seseorang. Status seseorang
bisa dinilai baik atau buruk karena teman dekatnya, sekalipun status
sesungguhnya berlawanan dengan penilaian mereka. Penilaian seseorang yang
didasarkan pada teman dekatnya tidak salah karena pada umumnya kepribadian
teman mempunyai pengaruh menjalar dan menular kepada sesame teman dekatnya. Hal
ini juga dikatakan ‘Adiy bin Zayd al-‘Ibadiy dalam kitabnya Diwan al-Ma’aniy
(1/124) dan juga disebutkan oleh al-Zurnujiy dlam kitabnya Ta’lim
al-Muta’allim :
عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَ لْ وَ أَبْصِرْ قَرِ يْنَهُ # فَإِ نَّ الْقَرِ
يْنَ بِا لْمُقَا رَنِ مُقْتَدِي
Tentang (kepribadian) seseorang janganlah engkau tanyakan dan lihatlah
siapa temannya.
Sesungguhnya teman dengan persahabatannya itu pasti mengikuti.
Teman memang mempunyai pengaruh yang besar yang dapat membantu
kesuksesan para pengajar dalam mencapai suatu tujuan dalam pendidikan. Teman
yang baik selalu dibutuhkan siapapun yang menghendaki kebaikan dalam
kehidupannya baik dlam urusan duniawi maupun ukhrawi. Abdullah Nashih Ulawan
memberikan kriteria teman saleh yang baik tidak cukup sekedar terdidik, cerdas,
dan pandai. Akan tetapi teman yang baik adalah yang dapat mengkompromikan
dengan sifat-sifat keutamaan saleh, takwa, berpikiran matang atau dewasa, peka
terhadap problematika sosial dan paham
islam secara benar.
B.
Pelajaran yang
dapat dipetik dari hadis pengaruh teman
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis pengaruh teman ialah:
1. Anjuran berteman dengan orang atau anak yang berkepribadian saleh, baik
dalam agama maupun dalam urusan dunia.
2. Larangan berteman dengan orang yang berkepribadian buruk
3. Persahabatan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan, baik dan
buruknya kepribadian seseorang di antaranya ditentukan oleh teman-teman yang
ada disekelilingnya.
4. Anjuran kepada pendidik, pengajar, guru, orang tua dan yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak agar memilihkan teman-teman yang baik buat anak
didiknya.
5. Berhati-hatilah dalam memilih teman karena penilaian masyarakat terhadap
kepribadian seseorang umumnya tergantung dari dengan siapa ia berteman.
C. Pengaruh kekasih
عَنْ أَ بِيْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : "الرَّ جُلُ
عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ, فَلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَا لِلْ (رواه
أبوداودوالتر مذى بإسنادصحيح وقال التر مذى حديث حسن).
وَعَنْ أَبِيْ مُوْسَى الأَشْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم قَالَ :"الْمَرْءُ مَعَ مَنَ أَحَبَّ"(متفق عليه). وَ
فِي روايه قَالَ : قِيْلَ للنَّبِيِ صلى الله عليه وسلم : الرَّ جُلُ يُحِبُّ
الْقَوْمَ وَلَمَّ يَلْحَقَّ بِهِمْ ؟ قَالَ : "الْمَرْءُ مَعَ مَنَ
أَحَبَّ".
Terjemahan:
Dari Abi Hurairah r.a.
bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “seseorang itu mengikuti agama kekasihnya, oleh
sebab itu hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapakah
kekasihnya.” (HR. Abu Dawud dan al-Turmudzy dengan sanad yang sahih dan
al-Turmudzy berkata bahwa hadis ini Hasan).
Dari Abu Musa
al-Asy’ary r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “Orang itu akan bersama-sama
orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam satu riwayat
dikatakan:” Ada seseorang bertanya kepada Nabi Saw. Tentang seseorang yang
mencintai sesuatu kaum (sekelompok orang) tetapi ia belum pernah bertemu dengan
mereka”, maka beliau menjawab:” Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang
yang dicintainya (nanti diakhirat).”
Hadis ini juga
menjelaskan adanya pengaruh kekasih atau teman yang dicintainya. Secara
psikologis setiap orang mempunyai kecenderungan untuk memilih kekasih atau
teman yang sama dengan dicintainya. Teman atau kekasih yang dicintai seseorang
pada umumnya sesuai dengan apa yang dicintai oleh dirinya. Seseorang
berkelompok atau berkumpul pada umumnya juga cenderung memilih kelompok yang
sama. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara sesama teman yang dicintai
baik dalam beragama, hobi, kesenangan, watak, karakter, profesi dan lain-lain.
Misalnya mahasiswa UIN kecenderungan berkumpul sesama mahasiswa dari UIN,
minimal yang memiliki watak atau visi dan misi yang sama ketika bercampur baur
dengan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Demikian juga seorang
guru, dosen, ulama, dokter, insinyur, karyawan dan lain-lain. Oleh karena itu,
di sana banyak kelompok atau organisasi yang mengikat kecenderungan yang sama
tersebut.
Rasulullah bersabda
sebagaimana dalam hadis diatas :
الرَّ جُلُ عَلَى دِيْنِ
خَلِيْلِهِ
“Seseorang itu
mengikuti agama kekasihnya.”
Seseorang itu mengikuti
kebiasaan temannya, pandangan hidup, akhlak dan agamanya. Dengan demikian
melihat seseorang cukup melihat kekasihnya, jika kekasihnya orang baik maka dia
baik pula dan jika kekasihnya orang jahat atau orang tidak baik maka diapun
menjadi orang yang tidak baik.
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ
مَنْ يُخَا لِلْ
“Hendaklah salah
seorang di antara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya”.
Hadis ini perintah
kepada kita yang memilih kekasih untuk dijadikan teman agar memperhatikan
kebiasaan dan akhlaknya, carilah kekasih yang baik akhlaknya. Jika agama dan
akhlak kekasih itu baik temanilah dan jika buruk tinggalkanlah, karena
sesungguhnya watak atau karakter itu mencuri dan pergaulan itu berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian. Al-Ghazali berkata:”Berteman dengan orang
yang rakus dunia menjadi rakus dan berteman dengan orang yang zuhud menjadi
zuhud”.
Perintah memilih teman yang baik
dalam hadis tersebut berlaku kepada semua orang sekalipun kecenderungan hatinya
tidak baik. Demikian juga makna kekasih juga bersifat umum, baik kekasih
sebagai teman biasa atau kekasih sebagai teman berbisnis maupun kekasih untuk dijadikan pasangan seperti calon istri,
calon menantu, dan calon mertua. Semuanya hendaknya lebih mengutamakan factor
agama dan akhlak.
Kekasih yang baik mempunyai pengaruh
yang besar dalam rumah tangga, baik terhadap pasangan suami istri dan anak-anak
keturunannya. Banyak rumah tangga yang sukses dan berbahagia, berkat pasangan
kekasihnya orang baik-baik. Sebaliknya banyak rumah tangga yang hancur
disebabkan karena kekasihnya berkepribadian buruk atau tidak baik.
Ketika ada salah seorang sahabat bertanya kapan datang
hari kiamat?” Nabi Saw. Kembali bertanya;”Apa persiapanmu untuk menghadapi
kiamat?” jawab orang itu: “Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Lantas beliau
menjawab:
الْمَرْءُ مَعَ مَنَ
أَحَبَّ
“Orang itu akan
bersama-sama orang yang dicintainya.”
Bersama artinya dinilai
sama atau dihukumi sama antara yang mencintai dan yang dicintai. Jika orang
yang dicintai itu baik, maka orang itu dinilai baik pula dan jika orang yang
dicintai itu tidak baik, maka ia dinilai tidak baik. Dalam konteks hadis di
atas sahabat tersebut digiring bersama Nabi dalam surga sekalipun tidak sama
kelasnya, tentunya kelas surga Nabi yang paling tinggi, karena amaliah beliau
yang tidak sama dengan manusia biasa. Dalam satu riwayat seorang sahabat
bertanya: Bagaimana jika seorang mencintai kaum, tetapi amalnya tidak sama
dengan mereka? Nabi tetap menjawab: “Seorang bersama dengan orang yang
dicintainya”.
Hadis ini memerintahkan
untuk mencintai Rasul dan orang-orang saleh. Mencintai orang saleh berarti
mengikuti jejak mereka dalam melaksanakan perintah-perintah agama, menjauhkan
segala larangannya dan berakhlak mulia. Orang yang mencintai orang saleh
dihukumi saleh pula. Ia dikelompokkan bersama orang saleh baik didunia maupun
diakhirat. Dalam QS. Al-Furqan (25) : 27-29 Allah menceritakan penyesalan orang
yang tidak mencintai orang-orang yang saleh besok dihari kiamat.
D. Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis pengaruh kekasih
1. Memiliki kekasih, teman dan sahabat yang dicintai agamanya dan menjauhi
teman yang dibenci agamanaya dan menjauhi teman yang dibenci agamanya.
2. Derajat minimal dalam persaudaraan dan persahabatan adalah menilai teman
sama dengan kepentingan dirinya sendiri.
3. Orang yang mencintai kekasih, teman, dan sahabat orang saleh dan taqwa
dinilai sama dengan oaring saleh baik di dunia maupun di akhirat.
4. Menjauhi kekasih atau teman yang nakal dan fasik agar tidak digiring
bersama mereka
5. Milikilah teman yang cinta akan dunia sekaligus cinta juga akan akhirat
BAB III
KESIMPULAN
Setiap anak memiliki potensi yang dibawa
oleh fitrahnya. Potensi anak akan berkembang dengan sendirinya melalui berbagai
faktor. Didalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi setiap anak. Maka
dianjurkan untuk berteman dengan orang yang berkepribadian saleh baik dalam
agama maupun urusan dunia. Karena pertemanan dapat mempengaruhi seseorang.
Selain faktor pengaruh teman, terdapat beberapa faktor lainnya, yaitu pengaruh
kekasih.
Pengaruh teman yang baik digambarkan
seperti berteman dengan seorang pembawa minyak kasturi sedangkan teman yang
buruk bagaikan berteman dengan peniup api. Persamaan berteman dengan pembawa
minyak kasturi ada tiga; adakalanya pembawa minyak itu memberi atau engkau
membeli darinya atau ikut mencium bau harumnya. Makna teman yang baik itu
adakanya memberi nasehat dan pandangan-pandangan yang baik, atau belajar ilmu
yang bermanfaat. Adapun perumpamaan peniup api maknanya ada kalanya api itu
membakar pakaianmu atau mencium bau yang tidak enak.
Kekasih juga berpengaruh terhadap
pendidikan seorang anak, kadar nilai agama atau akhlak seseorang anak
ditentukan oleh siapa kekasihnya. Seseorang digiring bersama orang yang
dicintainya baik dunianya maupun akhiratnya. Jika seorang yang dicintai masuk
surga ia pun masuk surga sekalipun tingkat surganya berbeda karena amalannya
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi:
Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar