Śalat sunnah adalah śalat
yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan śalat
sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt. Namun, jika
seseorang tidak melaksanakan śalat sunnah, dia tidak berdosa. Dalam hal
melaksanakan śalat Sunnah, Rasulullah memberi teladan yang penuh dengan
kemuliaan. Beliau selalu mengerjakannya, seperti śalat śalat rawatib, śalat
dhuha, witir, dan sebagainya.
Di antara sekian banyak śalat sunnah,
ada yang ditekankan untuk dikerjakan dengan berjamaah, ada yang dikerjakan
secara munfarīd (sendirian), dan ada yang bisa dikerjakan secara
berjamaah.
1.
Salat Sunnah Berjamaah
Secara lebih rinci śalat-śalat
sunnah yang
dilaksanakan secara berjama’ah sebagai berikut :
a. Śalat Idul Fitri
Hari
raya Idul Fitri setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan puasa Ramadan satu
bulan lamanya. Hukum melaksanakan śalat
sunnah ini
adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
“Id” artinya kembali yaitu dengan hari raya Idul
Fitri ini kita kembali dihalalkan berbuka seperti makan dan minum di siang hari
yang sebelumnya selama bulan Ramadan hal itu dilarang.
Waktu
untuk melaksanakan śalat Idul Fitri itu adalah sesudah terbit matahari
sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal tersebut.
Selanjutnya
mereka mengikuti śalat Idul Fitri dengan khusyu bersama dengan para jamaah, dengan tata cara
sebagai berikut :
1) Imam memimpin pelaksanaan śalat Idul Fitri diawali dengan niat yang ikhlas di
dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِاْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
2) Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak
tujuh kali. Di sela-sela takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca:
سُبْحَانَ
اللهِ وَاْلحَمْدُ لِلهِ وَلَا اِلهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
3) Setelah takbir tujuh kali dan
membaca tasbih tersebut dilanjutkan membaca surah al-Fātihāh dan membaca salah satu surah dalam al- Qur`ān. Namun, diutamakan surah Qāf atau surah al-A’lā.
4) Pada rakaat kedua, setelah takbir berdiri kemudian membaca
takbir lima kali sambil mengangkat tangan dan di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih. Setelah itu membaca surah al-Fātihāh dan surah-surah pilihan. Surah yang dibaca
diutamakan surah al-Qamar atau surah al-Gāsyiyah.
5) Śalat Idul Fitri ditutup dengan salam. Setelah itu khatib mengumandangkan khutbah dua kali. Khutbah yang pertama dibuka dengan
takbir sembilan kali dan khutbah yang kedua dibuka dengan takbir tujuh kali. Ada
pula yang melaksanakan khutbah hanya satu kali.
Setelah
śalat Idul Fitri para jama’ah dianjurkan untuk bersalamsalaman untuk saling
memaafkan lahir dan batin. Setelah selesai śalat, kita pulang ke rumah dengan
menempuh jalan yang berbeda dengan pada saat berangkat.
Di
sepanjang jalan kita disunnahkan untuk saling bersilaturrahmi dan
bersedekah, saling memberikan maaf kepada sesama keluarga, famili, tetangga,
dan saudara sesama muslim. Khusus hari raya Idul Fitri kita diSunnahkan mengucapkan selamat kepada sesama saudara
sesama muslim ketika bertemu.
b. Śalat Idul Adha
Śalat Idul
Adha adalah śalat yang dilaksanakan pada hari raya Qurban atau
hari raya Idul Adha. Śalat ini dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10
Zulhijjah bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci.
Dengan demikian orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunnahkan
melaksanakan śalat Idul Adha. Bagi orang yang tidak sedang melaksanakan
ibadah haji, hukum melaksanakan śalat Idul Adha adalah sunnah muakkad
(sangat dianjurkan).
Hampir
semua ketentuan dan tata cara śalat Idul Adha sama dengan śalat Idul Fitri. Baik menyangkut waktu
pelaksanaannya, hukumnya, dan tata caranya. Adapun perbedaannya hanya pada
niatnya. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّيْ
سُنَّةً لِّعِيْدِ اْلاَضْحى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
c. Śalat
Kusūf (Gerhana
Matahari)
Salat Sunnah kusūf (kusūfus syamsi) adalah śalat sunnah yang
dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari. Hukum melaksanakan śalat ini
adalah sunnah muakkad.
Waktu
pelaksanaan śalat kusūf adalah mulai terjadinya gerhana matahari sampai
matahari kembali tampak utuh seperti semula. Ketika gerhana sudah mulai terjadi,
jama’ah berkumpul di masjid. Salah satu dari jamaah tersebut menjadi muazin untuk menyerukan panggilan śalat. Śalat gerhana ini dilaksanakan
dengan berjamaah dan dipimpin oleh seorang imam.
Hal
yang membedakan śalat kusūf dibanding śalat pada umumnya adalah dalam śalat kusūf setiap rakaat terdapat dua kali membaca surah al-Fatihah dan dua kali rukuk. Sehingga
dalam dua rakaat Śalat kusūf terdapat empat kali membaca surah al-Fatihah, empat kali rukuk, dan empat
kali sujud. Adapun tata cara pelaksanaan śalat gerhana matahari secara rinci
sebagai berikut :
1. Berniat untuk śalat kusūf (śalat gerhana matahari). Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Jika diucapkan bacaan niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا (اِمَامًا)
لِلهِ تَعَالى
2. Setelah takbiratul ihram dan selesai membaca doa iftitah dilanjutkan membaca surah al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surah-surah yang panjang.
3. Rukuk yang lama dan panjang
dengan membaca tasbih sebanyakbanyaknya.
4. Iktidal dengan mengucapkan ”Sami’allahu liman hamidah” tangan kembali bersedekap
di dada.
5. Membaca surah al-Fātihah dilanjutkan dengan membaca surah al-Qur’ān yang lain.
6. Kembali melakukan rukuk yang
panjang dengan membaca tasbih yang sebanyak-banyaknya.
7. Iktidal dengan mengucapkan ”Sami’allahu liman hamidah”
8. Sujud seperti biasa tetapi
sujudnya agak dipanjangkan dibanding dengan śalat pada umumnya.
9. Duduk di antara dua sujud
seperti biasa.
10. Sujud yang kedua agak
dipanjangkan.
11. Bangkit menuju rakaat yang kedua, kemudian melaksanakan rakaat yang kedua sebagaimana rakaat yang pertama dilaksanakan.
12. Pada sujud yang terakhir rakaat yang kedua dianjurkan untuk memperbanyak
istigfar dan tasbih untuk memohon ampunan kepada Allah Swt
13. Setelah selesai śalat, imam atau khatib berdiri menyampaikan khutbah dengan pesan yang intinya gerhana adalah salah
satu kejadian yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Meskipun merupakan sumber
energi yang utama, matahari juga makhluk Allah yang memiliki kekurangan dan
kelemahan.
d. Śalat
Khusūf (Gerhana
Bulan)
Śalat sunnah khusuf (khusūful qamari) adalah śalat sunnah
yang dilaksanakan ketika terjadi peristiwa gerhana bulan. Hukum
melaksanakan śalat ini adalah sunnah muakkad. Sedangkan waktu śalat
gerhana bulan mulai terjadinya gerhana bulan sampai bulan tampak utuh
kembali.
Adapun
tata cara peksanaannya hampir sama dengan pelaksanaan śalat gerhana matahari; yang membedakan adalah bunyi
niatnya. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا (اِمَامًا)
لِلهِ تَعَالى
Artinya :“Saya berniat śalat gerhana bulan dua
rakaat karena Allah ta’ala,”
e. Śalat
Istisqā (Memohon
Hujan)
Śalat sunnah istisqā adalah śalat sunnah dua rakaat yang
dilaksanakan untuk memohon diturunkan hujan. Pada saat terjadi kemarau yang
berkepanjangan sehingga sulit mendapatkan air, umat Islam disunnahkan
melaksanakan śalat istisqā untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon
ampun, seraya berdoa agar segera diturunkan hujan.
Sebelum
dilaksanakannya śalat istisqā diharapkan untuk berpuasa
selama empat hari berturut-turut. Selanjutnya bertaubat kepada Allah Swt. dari
segala kesalahan dan dosa, serta menghentikan segala bentuk perbuatan maksiat,
serakah, dan merusak lingkungan. Pada hari keempat semua anggota masyarakat
muslim pergi ke tanah lapang yang akan dipakai untuk melaksanakan śalat istisqā. Mereka dianjurkan berpakaian sederhana serta
disunnahkan membawa binatang peliharaan ke tanah lapang
tersebut. Di sepanjang jalan masyarakat dianjurkan juga untuk banyak
beristigfar. Sesampai ke tanah lapang sambil menunggu pelaksanaan śalat dianjurkan untuk berzikir kepada Allah Swt.
Adapun
tata cara melaksanakan Śalat istisqā sebagai berikut:
1) Setelah semua bersiap untuk śalat, muazin tidak perlu mengumandangkan azān dan iqāmah, cukup dengan seruan:
اَلصَّلَاةُ
جَامِعَةً
Artinya : “Mari śalat berjamaah”
2) Śalat sunnah dilaksanakan
seperti śalat sunnah yang lainnya. Setelah membaca surah al-Fatihah dilanjutkan
membaca surah-surah yang panjang.
3) Setelah salam, khatib membaca dua khutbah.
Pada khutbah yang pertama dimulai dengan membaca istigfar sembilan
kali dan yang kedua dimulai dengan membaca istigfar tujuh kali.
2.
Śalat-śalat
Sunnah Munfarīd
Śalat sunnah munfarīd adalah Śalat yang dilaksanakan secara
individu atau sendiri. Adapun śalat sunnah yang dilaksanakan secara munfarīd
adalah sebagai berikut:
a. Śalat
Rawātib
Rawātib berasal
dari kata rat’bah, yang artinya tetap, menyertai, atau terus menerus.
Dengan demikian śalat sunnah rawātib adalah śalat yang
dilaksanakan menyertai atau mengiringi śalat far«u, baik sebelum maupun
sesudahnya.
Ditinjau dari segi hukumnya, śalat rawatib
ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: Śalat rawātib mu`akkadah dan śalat
rawātib gairu mu`akkad.
1) Śalat rawātib mu`akadah (śalat rawātib yang sangat dianjurkan).
Adapun yang merupakan śalat rawātib mu`akkadah yaitu:
·
Dua rakaat
sebelum śalat Zuhur
·
Dua rakaat
sesudah śalat Zuhur
·
Dua rakaat
sesudah śalat Magrib
·
Dua rakaat
sesudah śalat Isya’
·
Dua rakaat
sebelum śalat Subuh
2) Śalat rawātib gairu mu`akkadah (śalat rawātib yang cukup dianjurkanuntuk dikerjakan). Adapun
yang merupakan śalat sunnah rawātib gairu mu`akkadah yaitu:
·
Dua rakaat sebelum Zuhur (selain dua rakaat yang mu`akkadah)
·
Dua rakaat sesudah Zuhur (selain dua rakaat yang mu`akkadah)
·
Empat rakaat sebelum Asar
·
Dua rakaat sebelum Magrib
Jika
ditinjau dari segi pelaksanaannya, śalat
rawātib ini
terbagi menjadi dua yaitu :
a. qabliyyah (dikerjakan sebelum śalat fardu)
b. ba’diyyah (dikerjakan setelah śalat fardu).
Adapun
tata cara melaksanakan śalat sunnah rawātib sebagai berikut:
1. Niat menurut waktunya.
2. Dikerjakan tidak didahului
dengan azan dan iqamah.
3. Śalat
sunnah rawatib ini
dilaksanakan secara munfarīd (sendirian).
4. Bila lebih dari dua rakaat gunakan satu salam setiap dua rakaat.
5. Membaca dengan suara yang
tidak dinyaringkan seperti pada saat melaksanakan śalat Zuhur dan śalat Asar.
6. Śalat dikerjakan dengan posisi berdiri. Jika tidak
mampu boleh dengan duduk, atau jika masih tidak mampu boleh berbaring.
7. Sebaiknya berpindah sedikit
dari tempat śalat far«u tetapi tetap menghadap
kiblat.
Contoh
tata cara melaksanakan śalat rawātib qabliyyah Zuhur:
1.
Berniat śalat
rawātib qabliyyah Zuhur
Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةً قَبْلِيَّةَ الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
2.
Takbirātul ihrām
3.
Śalat dua rakaat seperti tata cara Śalat pada
umumnya.
4.
Salam.
b.
Śalat Tahiyyatul Masjid
Śalat tahiyyatul masjid adalah śalat sunnah yang dilaksanakan
untuk menghormati masjid. Śalat ini disunnahkan bagi setiap
muslim ketika memasuki masjid. Śalat sunnah ini merupakan rangkaian adab
memasuki masjid.
Pada saat kita hendak masuk ke masjid, disunnahkan
untuk mendahulukan kaki kanan seraya berdoa :
اللهُمَّ اغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْلِيْ اَبْوَبَ رَحْمَتِكَ
Jika
kita sudah masuk ke dalam masjid, hendaklah sebelum duduk kita mengerjakan śalat sunnah dua rakaat. Adapun tata caranya sebagai
berikut :
1. Berniat śalat tahiyyatul masjid. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Bunyi niatnya kalau diucapkan sebagai berikut :
اُصَلِّي سُنَّةَ تَحِيَّةَ اْلمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
2. Setelah berniat dilanjutkan
dengan takbiratul ihrām, membaca doa iftitāh, surah
al-Fātihah, dan
seterusnya sampai salam.
c.
Śalat Istikhārah
Śalat istikhārah adalah śalat dengan maksud untuk memohon
petunjuk Allah Swt. dalam menentukan pilihan terbaik di antara dua pilihan atau
lebih. Śalat istikharah sebenarnya hampir sama dengan śalat hajat.
Bedanya kalau śalat istikharah tertuju pada suatu keinginan atau
cita-cita yang sudah nampak adanya, tetapi masih ragu-ragu dalam menentukan
pilihannya. Sedangkan śalat hajat tertuju pada sebuah keinginan yang
belum kelihatan akhir dan tujuannya.
Waktu
yang terbaik dalam melaksanakan śalat
istikhārah ini
adalah saat mulai pertengahan malam yang akhir, sebagaimana waktu śalat tahajjud. Śalat
istikhārah dikerjakan
sebagaimana śalat biasa dan setelah selesai śalat dilanjutkan dengan membaca doa istikharah
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah.
Śalat istikhārah hukumnya adalah sunnah mu`akkadah bagi
orang yang sedang membutuhkan untuk menentukan pilihan. Adapun tata cara
melaksanakan śalat istikhārah sebagai berikut :
1. Bangun pada waktu pertengahan
malam dan berwudu.
2. Melaksanakan śalat istikhārah dengan diawali niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Adapun bunyi niatnya jika diucapkan sebagai berikut:
اُصَلِّي سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
3. Pada rakaat pertama setelah membaca surah al-Fātihah kemudian membaca surah al-Kāfirun. Bacaan surah al-Kāfirun boleh lebih dari satu kali,
yakni tiga, tujuh, atau sepuluh kali.
4. Pada rakaat kedua setelah membaca surah al-Fātihah kemudian membaca surah al-Ikhlās. Bacaan surah
al-Ikhlās boleh
lebih dari satu kali, yakni tiga, tujuh, atau sepuluh kali.
5. Setelah śalat dua rakaat, dilanjutkan dengan membaca
doa istikhārah yang diajarkan Nabi Muhammad saw.
3.
Śalat Sunnah
Berjamaah atau Munfarīd
Beberapa śalat sunnah berikut ini boleh dilaksanakan secara
berjama’ah atau secara munfarīd. Adapun Śalat
sunnah yang
dimaksud adalah :
a.
Śalat Tarāwih
Śalat tarāwih adalah śalat sunnah yang dilaksanakan
pada malam bulan Ramadan. Hukum melaksanakan śalat tarāwih adalah
sunnah mu’akkadah. Śalat tarāwih dilaksanakan setelah Śalat Isya’
sampai waktu fajar.
Śalat tarāwih dapat dilaksanakan delapan, dua puluh, atau
tiga puluh enam rakaat. Kita tinggal memilih jumlah rakaat mana
yang mau dan mampu untuk dilaksanakan. Perbedaan jumlah bilangan rakaat ini
tidak perlu dipermasalahkan. Yang terpenting adalah umat Islam dapat
melaksanakan dengan khusyu.
Ketika
hendak melaksanakan śalat tarawih diawali dengan niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Jika diucapkan bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
b.
Śalat Witir
Śalat witir adalah śalat
yang dilaksanakan dengan bilangan ganjil (satu, tiga, lima, tujuh,
sembilan, atau sebelas rakaat). Hukumnya melaksanakannya adalah sunnah
mu’akkadah. Adapun waktu śalat witir adalah sesudah śalat Isya’
sampai menjelang fajar śalat Subuh.
Ketika
hendak melaksanakan śalat witir, maka mulailah dengan niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
Jika diucapkan bunyi niat untuk yang dua rakaat adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ اْلوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
Jika
diucapkan bunyi niat untuk yang satu rakaat adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ رَكْعَةَاْلوِتْرِ لِلهِ تَعَالى
c.
Śalat Duhā
Śalat sunnah duhā atau yang sering disebut dengan śalat
awwābin duhā adalah śalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari
sudah menaik sekitar satu tombak (sekitar pukul 07.00 atau matahari setinggi
sekitar tujuh hasta) hingga menjelang śalat Zuhur.
Kita
dapat melaksanakan śalat duhā sebanyak 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat. Tata cara pelaksanaannya tidaklah sulit, sama
dengan cara melaksanakan śalat pada umumnya. Jika kalian hendak melaksanakan,
mulailah dengan niat yang tulus di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niatnya
adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ الضُّحى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
d.
Śalat Tahajjud
Śalat sunnah tahajjud adalah śalat sunnah mu’akkadah yang
dilaksanakan pada sebagian waktu di malam hari. Śalat tahajjud adalah
bagian dari qiyāmullail (Śalat malam) yang langsung diperintahkan
oleh Allah Swt.
Tata
cara melaksanakan śalat tahajjud tidak jauh berbeda dengan śalat sunnah yang lain, yaitu :
1. Dilaksanakan pada waktu
setelah śalat Isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang waktu Subuh) dan setelah tidur.
2. Jumlah rakaatnya paling sedikit dua rakat dan paling banyak
tidak dibatasi.
3. Dilaksanakan sendirian (munfarīd) atau berjamaah.
4. Lebih utama setiap dua rakaat salam. Apabila dilaksanakan empat rakaat jangan ada tasyahud
awal.
Jika
kita melaksanakan śalat tahajjud, banyak manfaat atau keutamaan yang dapat kita
ambil. Keutamaan-keutamaan śalat tahajjud adalah:
1. Dapat membentuk
karakter/kepribadian orang saleh.
2. Sebagai sarana mendekatkan
diri kepada Allah Swt. untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
3. Dapat mencegah diri dari
perbuatan dosa.
4. Dapat menghapuskan atau
menghilangkan dari segala penyakit hati: iri, dendam, tamak, dan lain
sebagainya.
5. Mengobati diri dari penyakit
jasmani.
e.
Śalat Tasbih
Śalat sunnah tasbih adalah śalat sunnah yang dilaksanakan
dengan memperbanyak membaca tasbih. Śalat tasbih ini merupakan sunnah
khusus dengan membaca tasbih sebanyak 300 kali di dalam śalat.
Secara
lebih terperinci, tata cara mengerjakan śalat
tasbih ini
terdiri dari dua macam cara, yaitu :
1. jika dilaksanakan di malam
hari, jumlah rakaatnya ada empat dengan dua kali salam.
2. jika dilaksanakan di siang
hari, jumlah rakaatnya ada empat dan sekali salam.
Dalam
praktik pelaksanaannya śalat sunnah ini memerlukan waktu yang relatif lama,
oleh karenanya śalat tasbih dilaksanakan sesuai dengan kemampuan. Jika mampu
melaksanakannya setiap hari, laksanakanlah dalam setiap harinya. Jika tidak
mampu melaksanakannya dalam setiap harinya, laksanakan setiap hari Jum’at. Jika
tidak mampu melaksanakan setiap hari Jum’at, laksanakan setiap sebulan sekali,
setahun sekali, atau minimal seumur hidup sekali.
Ketika
hendak melaksanakan śalat tasbih pada malam hari diawali dengan niat śalat tasbih dua rakaat, lalu dua rakaat lagi. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas
di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالى
Jika
dikerjakan pada siang hari maka langsung empat rakaat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas
di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ اَرْبَعَ رَكْعَاتٍ لِلهِ تَعَالى
Pada
rakaat pertama urutan śalat tasbih dan jumlah bacaan tasbihnya sebagai berikut :
1. Setelah membaca surah al-Fatihah dan surat-surat pendek, membaca tasbih 15 kali,
2. Ketika ruku’ (setelah membaca
do’a ruku’) membaca tasbih 10 kali.
3. Ketika bangun dari ruku’
(setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
4. Ketika sujud pertama (setelah
membaca do’a sujud) membaca tasbih 10 kali.
5. Ketika duduk di antara dua
sujud (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
6. Ketika sujud kedua (setelah
membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
7. Ketika akan berdiri untuk rakaat yang kedua duduk dulu (duduk istirahat) membaca
tasbih 10 kali,
Setelah
itu berdiri untuk rakaat yang kedua yang bacaannya sama dengan rakaat yang
pertama. Pada rakaat kedua, setelah membaca tasyahud, baik tasyahud awal maupun
akhir, membaca tasbih 10 kali.
Dengan
demikian apabila kita hitung jumlah bacaan tasbih tiap satu rakaat adalah 75 kali. Berarti jumlah keseluruhan
bacaan tasbih dalam śalat
tasbih adalah
75 x 4 rakaat = 300 kali bacaan tasbih.
4.
Hikmah Śalat
Sunnah
Hikmah melaksanakan śalat sunnah sebagai berikut:
1. Disediakan jalan keluar dari
segala permasalahan dan senantiasa akan diberikan rezeki yang cukup oleh Allah
Swt.
2. Menambah kesempurnaan śalat fardu. Melaksanakan śalat sunnah memberikan manfaat untuk menyempurnakan śalat fardu baik dari segi kekurangan dan kesalahan
melaksanakan śalat fardu.
3. Menghapuskan dosa,
meningkatkan derajat keridhoan Allah Swt. Serta menumbuhkan kecintaan kepada
Allah Swt. Allah Swt.
4. Sebagai ungkapan rasa syukur
kita kepada Allah Swt. atas berbagai karunia besar yang sering kurang kita
sadari.
5. Mendatangkan keberkahan pada
rumah yang sering digunakan untuk śalat
sunnah.
6. Hidup menjadi terasa nyaman
dan tenteram. Bekal terbaik di dalam menempuh perjalanan ke akhirat adalah
dengan ketaqwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar