Qarun termasuk kaum Nabi Musa a.s. Semula
ia adalah seorang yang sangat miskin. Suatu saat ia memohon kepada Nabi Musa
agar didoakan menjadi kaya. Dengan izin Allah, maka Qarun beberapa waktu
kemudian menjadi kaya. Harta dan simpanannya sangat banyak. Bahkan kunci-kunci
simpanan kekayaannya tidak dapat dibawa kecuali oleh beberapa orang yang
bertubuh kuat.
Akan tetapi, Qarun mendurhakai Nabi
Musa dan Harun, ia tidak menerima nasihat keduanya, dan ia menyangka bahwa
harta dan kenikmatan yang didapatkannya adalah semata-mata haknya. Tidak ada
hak orang lain termasuk fakir miskin. Ia bersikukuh bahwa ia memperolehnya
semata-mata karena kerja keras dan ilmunya.
Suatu hari, Qarun keluar ke Madinah
dengan perhiasan yang gemerlap dan perlengkapan yang banyak sambil memakai
pakaian yang tampak mewah seperti seorang raja. Ketika ia melewati berpapasan
dengan orang lain, maka sebagian mereka mendekatinya untuk memberinya nasihat
dengan berkata, “Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orangorang yang terlalu membanggakan diri. Ingatlah akan negeri
akhirat, dan janganlah kamu terlena dengan gemerlap dunia.”
Mendengar nasihat itu Qarun
menolaknya dengan sombong, ia berkata,“Sesungguhnya harta itu milikku, apa
urusan kalian? Aku bisa kaya raya karena ilmu dan keahlian yang ada padaku.” Ia
begitu sombongnya dan menyatakan bahwa harta yang diperolehnya ini karena
kecerdasan dan kemampuannya, bukan karena siapa-siapa.
Suatu ketika Qarun keluar ke hadapan
manusia dengan satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya,
dan segala kemewahannya untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Saat
itu, sebagian manusia ada yang terpukau dengan kekayaan dan perhiasan Qarun,
mereka ingin sekiranya mereka mempunyai seperti yang dimiliki Qarun, tetapi
orangorang saleh di antara mereka berkata, “Janganlah kamu silau dengan harta, pahala
Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal saleh.”
Ketika Qarun terus bersikap
matrialistis, sombong, dan congkak, maka Allah membenamkan Qarun dan rumahnya
ke dalam bumi, dan tidak ada seorang pun yang mampu menolongnya. Ketika
peristiwa mengerikan itu terjadi, orang-orang yang semula ingin seperti Qarun
itu, berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Wahai, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar