Pada suatu hari
Rasulullah saw. membaca al-Qur’ān dan menyampaikan dakwahnya dengan wajah berseri-seri.
Tiba-tiba datang seorang buta yang bernama Abdullah bin Suraikh bin Malik bin
Rabi’ah Al-Fihri. Ia hendak bertemu Nabi dan benar-benar ingin mendapatkan
penjelasan tentang Islam langsung dari Nabi. Tetapi Nabi tidak menghiraukannya,
ia berharap dengan memperhatikan, pembesar Quraisy ini akan masuk Islam
sehingga Islam makin kuat. Sementara si buta ini tidak banyak membawa pengaruh
kepada kemajuan Islam sehingga dihiraukan oleh Nabi.
Dengan adanya peristiwa
tersebut, Allah Swt. menurunkan ayat Q.S. ‘Abasa/80: 1-11 sebagai berikut: Dia (Muhammad) berwajah
masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin
Ummi Maktum). Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan
dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi
manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serbacukup
(pembesar-pembesar Quraisy), engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya,
padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan
adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera
(untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada Allah), engkau (Muhammad)
malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaranajaran
Allah) itu suatu peringatan.”
Ayat tersebut sebagai teguran Allah
Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Sejak itu Nabi selalu berseri-seri menghormati
siapa saja yang datang dan meminta penjelasan.
(Diambil dari 365 Kisah Teladan Islam satu
kisah selama setahun, Ariany Syurfah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar