Senin, 23 Februari 2015

APLIKASI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM FORMAT PENILAIAN NON TES PELAJARAN SKI JENJANG MADRASAH ALIYAH



A.    PENDAHULUAN
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh pebelajar. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Evaluasi belajar mengajar merupakan bagian dalam proses pendidikan. Evaluasi pencapaian belajar peserta didik tidak hanya menyangkut aspek-aspek kognitifnya saja, tetapi juga mengenai aplikasi atau performance, aspek afektif yang menyangkut sikap serta internalisasi nilai- nilai yang perlu ditanamkan dan dibina melalui mata ajar atau mata kuliah yang diberikannya. Tujuan evaluasi untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik dan mengukur keberhasilan mereka, baik secara individu maupun kelompok (Chabib Thoha, 2003).
Dalam dunia pendidikan, instrumen untuk mengevaluasi siswa, proses pembelajaran maupun program lain terkait dengan pendidikan bukan hanya menggunakan teknik tes saja melainkan juga dengan teknik non-tes. Teknik nontes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono, 2009). Tehnik ini berguna untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain.
Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Para pembelajar di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan pengamalan belajarnya (Nana Sudjana, 2012).
Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar.  Banyak proses dan hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik nontes. Untuk itu, jika guru di madrasah hanya menggunakan teknik tes, tentu hal ini dapat merugikan peserta didik dan orang tua. Teknik nontes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes (Zaenal Arifin, 2009).
Oleh karena itu kemampuan guru menyusun alat dan melaksanakan evaluasi merupakan bagian dari kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar secara keseluruhan (Muhammad Ali, 1996).
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimana aplikasi teknologi pembelajaran dalam format penilaian non tes pelajaran SKI jenjang Madrasah Aliyah?
C.    TUJUAN
Untuk mengetahui produksi pembuatan format penilaian Non Tes dalam pelajaran SKI supaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
D.    KAJIAN TEORI
1.      Teknologi pembelajaran
Pemahaman latar belakang teknologi pembelajaran, semula dilihat sebagai teknologi peralatan berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks, terpadu, sistematis, mencakup ide, perencanaan, memuat orang, pesan, alat, bahan, teknik dan latar, pengelolaan, pengembangan, monitoring, serta evaluasi yang berorientasi pada tujuan terarah dan terkontrol. Secara mendasar, muatan teknologi pembelajaran adalah sama, namun mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu. Teknologi pembelajaran mengalami evolusi seiring dengan perkembangan ilmu, pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, teknologi pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks, terpadu, sistematis mencakup perencanaan, implementasi, pengembangan, monitoring dan evaluasi serta riset berorientasi tujuan kepada seluruh aspek kehidupan manusia dalam suatu pengelolaan (Rohmat, 2014).
Domain kegiatan pembelajaran yaitu: domain pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan sikap (afektif), (Rohmat, 2014):
a.       Domain kognitif: mengukur aspek pengetahuan. Domain kognitif terdiskripsi dalam pengetahuan secara hirarki sebagai: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b.      Domain afektif: berorientasi pada sikap perilaku yang diterima oleh pebelajar. Adapun domain afektif terdiri atas kewaspadaan partisipasi aktif, mau mendengar dan mau menerima, partisipasi aktif sebagai pebelajar, nilai seseorang melekat pada perilaku, mengorganisasi nilai ke dalam prioritas dan memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku.
c.       Domain psikomotor: berorientasi pada kemahiran, kecakapan dan ketrampilan. Adapun domain psikomotor sebagai berikut: mampu melakukan pergerakan, kesiapan bertindak, melakukan imitasi, trial dan error, menjadikan kebiasaan, pola pergerakan kompleks, memodifikasi pola pergerakan, dan menciptakan pergerakan baru.
Jadi ketiga domain diatas bila telah melekat dalam jiwa pebelajar dari hasil belajar maka pebelajar akan menunjukkan sebagai sumber daya manusia yang memiliki keseimbangan. Keseimbangan bermakna antara berfikir logis, rasional/realitas dengan ketrampilannyayg dilakukan dengan sikap dan perilaku yang baik.
2.      Penilaian Non Tes
Penilaian dan evaluasi bersifat hierarkhis, artinya dilakukan secara berurutan: dimulai dengan pengukuran, dilanjutkan dengan penilaian, dan diakhiri dengan mengevaluasi. Pengukuran menurut Guilford (1982) adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar.
Patrix dan Nix (1989) mengatakan bahwa penilaian mengacu pada penghargaan yang luas yang mencakup bukti dan aspek dari pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan atribut dari peserta didik.
Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Para guru di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan pengamalan belajarnya (Nana Sudjana, 2012).
Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009).
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar siswa.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono : 2009).
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi (H. Daryanto, 1999).
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan peserta didik sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam.
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Angket yaitu wawancara tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya (Muhamma Ali, 1999). Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesiner ini orang dapat mengetahui tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain (H. Daryanto, 1999). Skala adalah alat untuk mengukur nilai, minat dan perhatian yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
3.      Pembelajaran SKI
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dan lingkungan belajar (kemendiknas, 2012). Menurut Oemar Hamalik (2013) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam bahasa inggris “sejarah” berarti masa lampau umat manusia. Sedangkan bahasa jerman, kata “sejarah” berarti sesuatu yang telah terjadi (Wawan Badrika, 2006). Sedangkan dalam KBBI kata sejarah diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001)
Menurut Ibn khaldun (2012) secara hakikat, sejarah mengandung pemikiran, penelitian, dan alasan-alasan detail tentang perwujudan masyarakat dan dasar-dasarnya, sekaligus ilmu yang mendalam tentang karakter berbagai peristiwa.
Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001).
Kebudayaan menurut Syed Sajjid Husain (1994) adalah sebuah kata yang sangat sulit untuk didefinisikan. Perlulah kita membedakannya dari peradaban. Dia merupakan rasa ingin tahu manusia yang menantang manusia untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri dan juga memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata.
Sejarah kebudayaan Islam bisa dipahami sebagai berita atau cerita peristiwa masa lalu yang mempunyai asal-muasal tertentu. Jadi, kebudayaan ini adalah hasil karya, rasa dan cipta orang-orang Muslim. Kata Islam pada sejarah kebudayaan Islam bukan sekedar menunjukkan bahwa kebudayaan iti dihasilkan oleh orang-orang Muslim melainkan sebagai sebagai rujukan sumber nilai. Islam menjadi nilai kebudayaan itu. Ini juga berarti bahwa kebudayaan Islam adalah hasil karya, cipta, dan rasa manusia yang menafsirkan agamanya dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, sejarah kebudayaan Islam sama dengan sejarah kebudayaan lain pada umumnya, yang bersifat dinamis. Perbedaannya terletak pada sumber nilainnya (Hanafi, 2012)
4.      Usia Remaja
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara Barat, Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa Latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12 - 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.
E.     NARASI
No
Kegiatan
Durasi
Target Pencapaian
1.                   
Pembelajar merumuskan judul
30 menit
Diperoleh judul
2.                   
Pembelajar menentukan dasar pertimbangan
20 menit
Diperoleh dasar pertimbaangan
3.                   
Pembelajar mengkaji referensi untuk membuat rasional dalam pembuatan produk aplikasi TPB
70 menit
Diperoleh rujukan untuk membuat rasional dalam pembuatan produk aplikasi TPB
4.                   
Pembelajar merumuskan tujuan pembuatan produk aplikasi TPB
30 menit
Diperoleh masukan perlunya tujuan pembuatan produk aplikasi TPB
5.                   
Pembelajar menentukan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan produk aplikasi TPB
30 menit
Diperoleh bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan produk aplikasi TPB
6.                   
Pembelajar memilih bahan yang sesuai untuk pembuatan produk aplikasi TPB
20 menit
Diperoleh bahan yang sesuai untuk pembuatan produk aplikasi TPB
7.                   
Pembelajar  sedang menyiapkan bahan untuk membuat format penilaian non tes
10 menit
Diperoleh alat-alat  dan bahan untuk membuat format penilaian non tes
8.                   
Pembelajar mempertimbangkan aspek yang akan penilaian
20 menit
Diperoleh aspek penilaian yang akan dinilai
9.                   
Pembelajar memulai pembuatan sketsa produk format penilaian pribadi siswa
60 menit
Diperoleh sketsa produk format penilaian non tes
10.               
Pembelajar memulai membuat garis dan kolom penilaian pribadi siswa
20 menit
Diperoleh garis dan kolom penilaian
11.               
Pembelajar menuliskan aspek yang akan dinilai
20 menit
Diperoleh tulisan aspek penilaian
12.               
Pembelajar menuliskan keterangan untuk format penilaian pribadi siswa
5 menit
Diperoleh keterangan untuk format penilaian pribadi siswa
13.               
Pembajar mempertimbangkan skor untuk penilaian pribadi siswa
20 menit
Diperoleh pertimbangan skor untuk penilaian pribadi siswa
14.               
Pembelajar memutuskan skor yang akan digunakan untuk penilaian pribadi siswa
10 menit
Diperoleh keputusan skor yang akan digunakan untuk penilaian pribadi siswa
15.               
Pembelajar menuliskan skor untuk penilaian pribadi siswa
2 menit
Diperoleh tulisan skor untuk penilaian pribadi siswa
16.               
Pembelajar memulai pembuatan sketsa produk format penilaian ke dua untuk aspek sikap dalam mengikuti diskusi
3 menit
Diperoleh format penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
17.               
Pembelajar memulai membuat garis dan kolom penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
10 menit
Diperoleh garis dan kolom penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
18.               
Pembelajar menuliskan aspek yang akan dinilai
5 menit
Diperoleh tulisan aspek penilaian yang akan dinilai
19.               
Pembelajar menuliskan keterangan untuk format penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
5 menit
Diperoleh keterangan untuk format penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
20.               
Pembajar mempertimbangkan skor untuk penilaian sikap dalam mengikuti diskusi siswa
10 menit
Diperoleh pertimbangan skor untuk penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
21.               
Pembelajar memutuskan skor yang akan digunakan untuk penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
5 menit
Diperoleh keputusan skor yang akan digunakan untuk penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
22.               
Pembelajar menuliskan skor untuk penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
2 menit
Diperoleh tulisan skor untuk penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
23.               
Pembelajar memulai menuliskan format penilaian non tes pada Ms.word
30 menit
Diperoleh permulaan penulisan format penilaian non tes pada Ms.word
24.               
Pembelajar mengatur format penilaian non tes pada Ms.word
20 menit
Diperoleh pengaturan format penilaian non tes pada Ms.word
25.               
Pembelajar memperoleh hasil jadi format penilaian non tes pada pelajaran SKI

Diperoleh hasil jadi format penilaian non tes pada pelajaran SKI


F.     PRODUK
Format Penilaian Non Tes pelajaran SKI Jenjang Madrasah Aliyah
a.      Tujuan
Untuk menghasilkan format penilaian non tes pelajaran SKI jenjang MA
b.      Karakteristik mata pelajaran
1.      Mata Pelajaran       : Sejarah Kebudayaan Islam
2.      Kelas/semester      : X/2
3.      Jurusan                  : IPA
c.       Kompetensi
3.1  Mendeskripsikan proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
d.      Indikator
3.1.1   Siswa mampu memahami biografi Khulafaurrasyidin.
3.1.2   Siswa mampu mengetahui proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
e.       Kriteria penilaian
1.      Format penilaian pribadi siswa
Bentuk : Pengamatan
No.
Nama
Aspek yang dinilai
KET
1
2
3
4
1.






2.






3.






4.






5.






Dst.






Aspek yang dinilai dan skornya:
1.      Perhatian                        : Skor 10 - 100
2.      Keaktifan                       : Skor 10 - 100
3.      Tanggung jawab            : Skor 10 - 100
4.      Kedisiplinan                   : Skor 10 - 100

2.      Format penilaian sikap dalam mengikuti diskusi
No.
Nama peserta didik
Aspek yang dinilai
Nilai
Ketuntasan
1
2
3
T
TT
1.







2.







3.







4.







5.







Dst.








Keterangan:
1.      Kedalaman informasi                             : Skor 10 - 30
2.      Keaktifan dalam diskusi                        : Skor 10 - 30
3.      Kejelasan dan kerapian diskusi              : Skor 10 - 40
T (Tuntas)                      : Jika skor lebih dari 75
TT (Tidak Tuntas)          : Jika skor kurang dari 75



DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1999. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah. Jakarta: Pusat.
Badrika, Wawan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebdayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafi. 2012. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Kemendiknas. 2012. Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara.
Rohmat. 2014. Teknologi Pembelajaran Perspektif Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thoha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Widoyoko,S. Eko Putra. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...