1. Pengertian
Akhlak
Menurut bahasa: Perkataan akhlak berasal daripada
perkataan (al-khulq) bererti tabiat,kelakuan, perangai, tingkahlaku, adat
kebiasaan, malah ia juga bereti agama itu sendiri. Perkataan (al-khulq) ini di
dalam Al-Quran hanya terdapat pada dua tempat sahaja, antaranya ialah:
“Dan bahwa
sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang amat mulia. “
(Al-Qalam:4)
Menurut istilah: Antara definasi akhlak menurut
istilah ialah: sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan
sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan
paksaan.
Ibn Miskawaih, ahli falsafah Islam yang terkenal
mentakrifkan:
“Akhlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendorong ke arah melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.”
“Akhlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendorong ke arah melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.”
Manakala akhlak pula dapatlah kita rumuskan sebagai
satu sifat atau sikap keperibadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan
manusia dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah.
Dengan kata lain, akhlak ialah suatu system yang
menilai perbuatan zahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan dan
masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik secara individu,
kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah,
manusia sesama manusia, manusia dengan haiwan, dengan malaikat, dengan jin dan
juga dengan alam sekitar.
2. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika
berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika
dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan
etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat
3. Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa
latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam
kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami
bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya
apakah baik atau buruk.
4.
INDUK –
INDUK AKHLAK TERPUJI
a)
QANA'AH
Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut
Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt
kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut
berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan
Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada
terhingga. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita wajib bersyukur kepada-Nya.
Firman Allah Swt :
Yang
artinya: “Dan tidak ada sesuatu binatang
melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”(QS Hud
: 6 )
Ayat
diatas menjelaskan bahwa setiap rezeki yang kita peroleh adalah dari Allah Swt,
Akan tetapi, tidak berarti kita harus pasrah tanpa ada ikhtiar atau usaha,
justru kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin demi meningkatkan
kesejahteraan hidup.
Komponen
qana'ah meliputi lima hal yaitu :
a. Menerima
dengan rela apa yang ada
b. Memohon
kepada Allah suatu tambahan rezeki yang layak
c. Menerima
dengan sabar akan semua ketentuan Allah
d. Bertawakal
kepada Allah
e. Tidak
tertarik oleh segala tipu daya duniawI
Orang yang
qana'ah akan senantiasa merasa tentram dan merasa berkecukupan terhadap apa
yang dimilikinya selama ini. Tidak sedikit orang yang secara materi melimpah
tetapi tetap merasa miskin, tamak, serakah dan rakus. Untuk menumbuhkan sifat
qana'ah tentunya tidak langsung jadi dengan sendirinya,tetapi memerlukan
latihan dan pembiasaan-pembiasaan sejak dini. Sabda Rasululloh SAW : “Qana'ah
adalah simpanan yang tak akan lenyap.” (HR.Tabrani). Qana'ah bukan
berarti menerima apa adanya disertai dengan sikap malas, tetapi harus diiringi
dengan usuha keras. Sebaliknya jika usaha tersebut memperoleh hasil yang
memuaskan maka disertainya rasa sikap syukur kepada Allah SWT.” Sabda
Rasululloh SAW : “Dari Abdillah Bin Amra bahwa Rasulullah SAW bersabda sungguh
beruntung orang yang beragama islam dan rejekinya cukup kemudian merasa cukup
dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya.”
b)
ZUHUD
Zuhud ialah tidak berhasrat kepada sesuatu yang mubah walaupun kesempatan
untuk memperoleh atau mengerjakannya ada.
Firman Allah SWT :
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah
di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
32. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan
(siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah:
"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang Mengetahui.
Zuhud itu
dapat dibagi atas tiga tingkatan yaitu:
1.
Derajat pertama (terendah) yaitu
menghindari dunia padahal hatinya sangat berkeinginan dan sangat tertarik
tetapi berusaha sekuat-kuatnya untuk menghindarinya dan merasa cukup dengan
yang sudah dimilki
2.
Derajat kedua yaitu meninggalkan
keduniaan karena pandangan rendah dan hina terhasap orang yang rakus dan tamak
terhadap harta
3.
Derajat ketiga yaitu meninggalkna
dunia karena zuhud semata karena adanya pandangan bahwa dumia tidak berarti
sedikitpun dibandingkan dengan kenikmatan akhirat
c) SABAR
Sabar adalah tahan menderita untuk menghadapi yang tidak disenangi dengan
penuh rasa sabar dengan penuh ridlo dan menyerahkan diri kepada Allah.
Sabda Rasulullah SAW :“Sabar adalah cahaya atau kemenangan yang gilang –
gemilang.” (HR.Muslim)
Orang yang sabar dalam berbagai keadaan akan tetap tenang, selalu ingat
Allah dan berserah diri kepada-Nya. Orang yang yabah akan tahan menderita kalau
terkena musibah, tidak lekas putus asa dalam menunaikan kewajiban serta meraih
cita-cita.
Berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunia, Nabi Muhammad SAW membagi sabar
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
·
Kesabaran dalam
menghadapi musibah.
Adapun
contohnya apa yang terjadi pada nabi Ayyub, beliau ditinggalkan oleh istri dan
anak-anaknya tercinta meninggal dunia, kemudian di tambah lagi dengan harta
bendanya yang melimpah habis karena tertimpa bencana.
·
Kesabaran dalam mematuhi perintah Allah SWT.
Contohnya adalah kesabaran yang dimiliki nabi
Ibrahim dan anaknya Ismail, Beliau berdua dengan tetap sabar dan taat atas
perintah Allah,meskipun saat itu sang ayah akan menyembelih anaknya sendiri.
Inilah bukti kesabaran dalam menjalani ketaatan atas perintah-Nya.
·
Kesabaran diri untuk tidak melakukan maksiat.
Adapun
contohnya sebagaimana yang terjadi pada nabi Yusuf, Allah SWT menguji kesabaran
Yusuf dengan ujian yang lebih berat, yaitu rayuan Siti Julaika. seorang wanita
cantik lagi terpandang. Namun dengan kesabaran dan keteguhan iman, Nabi
Yusufpun mampu melewati ujian ini dengan selamat. Padahal, saat itupun Yusuf menyukai
Zulaika, dan suasanapun sangat mendukung untuk melakukan maksiat.
d) ISTIQOMAH
Istiqomah
adalah teguh pendirian atau keteguhan berpegang kepada sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan tidak mau merubah keyakinannya itu dalam keadaan bagaimanapun
baik dalam keadaan susah maupun senang dalam keadaan sendiri atau beramai-ramai
dengan orang lain.
Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah
adalah firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian
mereka istiqomah pada pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu"." (QS. Fushilat: 30)
Diperkuat oleh hadis, Ada seorang sahabat bertanya: " ya Rasul tolong ajarkan sesuatu
kepadaku yang paling penting dalam Islam, dan saya tidak akan bertanya lagi,
kepada siapapun. Nabi menjawab " Katakanlah aku telah beriman kepada
Allah, kemudian istiqamah (Konsisten menjalankan perintah,dan menjauhi
larangan.). (HR.Tirmidzi).
Isi hadis tersebut sejalan dengan maksud ayat
al-Qur’an surat Fussilat ayat 30 bahwa istiqomah mengandung arti bahwa
seseorang berpegang teguh kepada keimanan yang telah diyakininya dalam keadaan
;bagaimanapun. Dengan jalan inilah jiwa seseorang akan tetap tenang, merasa aman, tidak gentar mengahadapi
situasi dan kondisi bagaimanapun.
e) TASAMUH
Menurut bahasa, Tasamuh artinya toleransi. Menurut
istilah saling menghargai antara sesama manusia. Tasamuh atau toleransi ini
sendiri merupakan salah satu pilar dalam ajaran Islam. Agama Islam cinta damai
dan mengajarkan kedamaian. Bangsa Arab yang dulunya merupakan bangsa yang suka
bertikai antarkelompok, antarkabilah, dan antarsuku, dengan kedatangan Islam
mereka menjadi bangsa yang damai. Kunci dari
perdamaian itu adalah adanya kesadaran bertoleransi antarkelompok dan
antarindividu. Dengan demikian, umat Islam yang benar-benar memahami ajarannya,
tentu harus bersikap toleran, baik kepada saudara-saudaranya sesama Islam
maupun kepada orang yang beragama selain Islam.
Toleransi terdiri dari dua macam yaitu: toleransi
terhadap sesama muslim dan toleransi terhadap selain muslim
Toleransi terhadap sesame muslim merupakan suatu
kewajiban karena disamping sebagai tuntutan sisoal juga merupakan wujud
persaudaraan yang terikat oleh tali aqidah yang sama. Bahkan dalam hadis nabi
dijelaskan bahwa seseorang tidak sempurna imannya jika tidak memilki rasa kasih
saying dan tenggang rasa terhadap saudaranuya yang lain.
“Tidak sempurna
iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya sebagaimana
mencintai dirinya sendiri”(HR. Bukhari dan Muslim)
Perlu diingat bahwa toleransi atau tasamuh tidak
dalam bidang ibadah, karena hal ini sangat dilarang di dalam agama Islam. Pada
masa Rasulullah saw. orang-orang kafir Quraisy mengajak nabi untuk melakukan
toleransi dalam masalah ibadah. Orang-orang kafir Quraisy mengajak untuk saling
menyembah tuhan masing-masing, kemudian hal ini langsung ditolak dengan tegas
oleh nabi. Sebab di dalam agama Islam toleransi sangat dianjurkan tetapi tidak
dalam permasalahan ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar