Seseorang seharusnya
menjauhi akhlak tercela. Berikut ini beberapa kahlak tercela yang harus kita
jauhi. yaitu antara lain:
1.
Zalim terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan kepada Allah
Swt.
2.
Egois yaitu selalu mementingkan diri sendiri dan tidak menghiraukan
kepentingan orang lain
3.
Kikir dengan hartanya dan tidak mau bersadaqah.
Dalam bab ini
ini akan membahas induk akhlak tercela, yaitu: hubbu-ad dunya, hasad, kibrujub,
riya
A. hubbu ad-Dunya
1.
Pengertian Hubbu ad-Duny
Hubbu
ad-Dunya berarti cinta dunia, yaitu menganggap hartabenda adalah segalanya.
Penyakit Hubbu ad-Dunya(cinta pada dunia) berawal dari penyakit iman, yang
berakar pada persepsi yang salah bahwa dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan,
sehingga akhirat dilupakan. sebagaimana di singgung pada hadis berikut.“Akan
datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar
memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah lantaran pada
waktu itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau,
“Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas
kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam
kelemahan jiwa.” Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu
Daud).
2.
Ciri-ciri Hubbu ad-Dunya
1) Menganggap
dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat
2) Suka mengumpulkan harta benda dengan
menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya
Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. At-Takastur : 1-2)
3) Kikir, tidak rela sediki pun hartanya lepas
atau berkurang.
3.
Bahaya Hubbu ad-Dunya
1) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang
membuat kita lalai kepada Allah.
2) Jika seorang
telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan
hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan bola.
3) Cinta dunia
merupakan sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering mengakibatkan
seseorang cinta terhadap harta benda dan di dalam harta benda terdapat banyak
penyakit.
4.
Cara Menghindari Hubbu ad-Dunya
1. Mengingat kehidupan di dunia itu hanya
sementara. (QS. Al-hadid
: 20)
2. Perbanyak mengingat kematian. (QS. Ali Imran:
185)
3. Meyakini dan menyadari bahwa setiap tindakan
kita direkam oleh anggota badan kita, yang nanti di hari akhir akan bersaksi di
depan Allah (QS. Fushshilat: 20 - 22)
4. Qana’ah, yaitu rela menerima dan merasa cukup
dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan
merasa kurang yang berlebihan.
B. Hasad
a. Pengertian
Hasad
berarti dengki maksudnya suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa
marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang hasut menginginkan kenikmatan
yang diperoleh orang lain dan berharap supaya berpindah kepadanya. Sifat inilah
yang menempel pada diri Iblis. Ketika ia diperintahkan oleh Allah untuk
menundukkan diri kepada Adam, ia menolak mentah-mentah. Sifat angkuhnya keluar
menjadi pernyataan yang sangat vokal. Allah berfirman: "Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S. Al-A’raf: 12)
Orang
sombong, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis, bukanlah mereka yang selalu
berpakaian bagus dan berpenampilan trendi. Yang dimaksud orang sombong dalah
mereka yang menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain. Sifat perusak
kedua adalah serakah.
Orang
yang serakah. Ia tak pernah puas dengan kekayaannya. Dalam perhitungannya,
harta yang dimilikinya selalu belum genap. Dalam pikirannya selalu menari-nari
berbagai keinginan untuk menggenapinya. Sifat perusak ketigaadalah hasut, iri
dan dengki. Setiap negara mengandung tiga golongan masyarakat, yaitu penguasa,
pengusaha, dan rakyat biasa. Jika penguasanya sombong, pengusahanya serakah,
dan rakyatnya iri hati, maka negara itu pasti hancur. Inilah yang barangkali
terjadi sekarang.
b. Bahaya Hasad
Larangan
melakukan hasad disebabkan karena mengandung beberapa efek negatif, di
antaranya:
1) Hasad salah satu sifat Iblis yang akan
merusak amal kebaikan. “Jauhilah olehmu sifat dengki, sesungguhnya dengki
itu akan memakan kebajikan sebagaimana api memakan kayu bakar“ (HR. Abu
Daud)
2. Di samping itu hasad juga merusak tatanan
masyarakat. Hasad merusak pergaulan menjadi tidak harmonis dan tidak tulus.
3. Orang yang memiliki sifat hasad pasti tidak
pernah merasa bahagia, sebab hatinya
selalu gelisah jika ada orang lain memperoleh kebahagiaan.
c. Cara Mengobati Penyakit Hasad
1. Menanamkan kesadaran bahwa sifat dengki akan
membuat seseorang menderita batin;
2. Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari
dengki itu adalah permusuhan dan permusuhan akan membawa petaka;
3. Kita saling mengingatkan dan saling
menasehati;
C. Takabur-Ujub
a.
Pengertian Takabur-Ujub
Secara
bahasa (etimologi), ‘Ujub,berasal dari kata “’ajaba”, yang artinya “kagum,
terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bin
Nafsi berarti kagum pada diri sendiri. Sedangkan takabur berarti “sombong” atau
“berusaha menampakkan keagungan diri”. Dalam kitab lisanul Arab, antara lain
disebutkan bahwa at-takabur wal istikbarberarti at-ta’azzhum(sombong/ Kibr).
Secara
istilah dapat kita pahami bahwa ‘ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri,
dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan
diri. Jadi seorang yang memiliki akhlak Kibr melihat dirinya lebih tinggi dari
orang lain, karenanya ia merasa bangga berlebihan, gembira dan puas terhadap
apa yang diyakininya
b.
Penyebab Takabur-Ujub
1) Ujub dan takabur karena kelebihan fisik,
misalnya tampan, cantik dan kuat.
2) Ujub dan takabur karena kekuatan fisiknya
dalam melawan musuh.
3) Ujub dan
takabur karena ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu agama dan
juga urusan-urusan keduniaannya.
c.
Bahaya Takabur-Ujub
1). ‘Ujub menyebabkan
timbulnya rasa sombong (takabur).
2). Bila
seseorang sudah dihinggapi penyakit ‘ujub dan takabur, ia lupa pada
bahaya-bahaya ‘ujubdan takabur itu sendiri.
3). Karena
‘ujubdan takabur membuat seseorang kurang sadar terhadap kedudukan dirinya, ia
akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya sendiri dan menganggap suci
dirinya.
d.
Cara Menghindari Takabur-Ujub
1) Kita harus memiliki sifat percaya diri,
tetapi jika sudah memasuki ketakaburan dan menganggap rendah terhadap yang
lain, inilah yang dikatakan ujubyang di larang agama. Hal tersebut harus
dihindari dengan cara bahwa kita harus percaya diri tetapi ingat bahwa kita
tetap punya sisi lemah. Orang lain juga mempunyai potensi dan kita harus
menghargai potensi tersebut. Ada pepatah yang mengatakan bahwa di atas langit
masih ada langit.
2) Kita harus ingat dan sadar, bahwa dalam
sejarah, orang yang ujub, takabur dengan kekuatannya, maka Allah yang akan
menghancurkannya, karea Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
3) Kita juga
harus sadar bahwa ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit dibandingkan dengan
ilmu Allah Swt. Bakhan sesungguhnya ilmu kita lebih sedikit dibandingkan dengan
orang-orang sekitar kita.
D. Riya’
a. Pengertian
Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan atau
ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata.
Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian
supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.Ada beberapa ayat yang membahas
tentang riya’ antara lain : QS. Al-Ma’un
: 4-7, QS. Al-Baqarah : 264, dan QS. An-Nisa’ : 142.
b.
Bentuk Riya’
1.
Riya’ dalam niat
Ketika
seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau
tujuan selain mencari ridha Allah.Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak
ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah
bergantung pada niat. “ Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung
pada niatnya” (HR. Muslim)
2.
Riya’ dalam perbuatan
Yang
dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal
ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Ciri-cirinya adalah ia
melakukan amal ibadah dengan sungguh-sungguh, penuh semangat tatkala ada orang
lain yang melihatnya. Contoh: seorang anak belajar sungguh-sungguh ketika orang
tuanya ada di rumah. Namun tatkala orang tuanya tidak ada, ia tidak belajar
lagi atau menjadi kendor semangatnya.Salah satu sifat lagi yang erat kaitannya
dengan riya’ adalah sum’ah, yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikankebaikannya,
keberhasilannya kepada orang lain dengan tujuan ia mendapat pujian dari orang
yang mendengarkan atau ia ingin dikatakan hebat.
c. Bahaya Riya’
1.
Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau
pujian yang ia harapkan ternyata tidak ia dapatkan;
2.
Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan;
3.
Muncul sikap keberpura-puraan;
d.
Cara Menanggulangi Penyakit Riya’
Upaya-upaya
agar penyakit ruhani tersebut lenyap dari diri kita,di antaranya dengan cara:
1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita
hanya untuk Allah;
2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang
kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya itu hanyalah milik Allah;
3. Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi
orang lain;
Terimakasih Sangat Bermanfaat 😊
BalasHapusTerimakasih Sangat Bermanfaat 😊
BalasHapusSama².Terimakasih atas kunjungannya
Hapusterimakasih :)
BalasHapusSama². Terimakasih kunjungannya.
HapusTerima kasih kak☺️
BalasHapusThanks
BalasHapus