Minggu, 18 Mei 2014

Tafsir Surat Al-Maidah: 67 tentang metode pendidikan



Metode Pendidikan

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir 2
Dosen Pengampu: Drs. Abd. Faishol, M.Hum


Disusun Oleh:
Febrim Nur Romadhona                 (123 111 162)
Fidia Astuti                                     (123 111 163)
Fitri Marta Ningrum                       (123 111 164)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an ialah salah satu sumber hukum dan dalil hukum, dan sebagai petunjuk atau sebagai sumber dari ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah supaya manusia menjadi makhluk yang mengenal Allah dan mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah. Tafsir Al-Qur’an adalah penjelas tentang maksud firman Allah sesuai kemampuan manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat, sehingga yang dicerna atau yang diperoleh seorang penafsir dari Al-Qur’an bertingkat-tingkat pula.
Di dalam Al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan, pendidikan yang berlandaskan Al-Qur’an sebagai sumber utama. Dan didalam pendidikan terdapat metode dalam melakukan pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami menjelaskan tentang metode pendidikan yang terdapat pada Surat Al-Maidah ayat 67.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, kami menyimpulkan beberapa masalah, yaitu:
1.      Bagaimana bunyi Surat Al-Maidah ayat 67?
2.      Bagaimana terjemahan Surat Al-Maidah ayat 67?
3.      Bagaimana tafsir dari Surat Al-Maidah ayat 67?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surat Al-Maidah: 67

"Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah: 67)"

B.     Mufrodat
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ             : Hai rasul
بَلِّغْ                          : Sampaikanlah
مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ              : Apa yang di turunkan kepadamu
مِنْ رَبِّكَ                   : Dari tuhanmu.
وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ               : Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu)
فَمَا بَلَّغْتَ                   : Kamu tidak menyampaikan
رِسَالَتَه                     : Amanat-Nya
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ              : Allah memelihara kamu
مِنَ النَّاسِ                  : Dari (gangguan) manusia
إِنَّ اللَّهَ                      : Sesungguhnya allah
لَا يَهْدِي                    : Tidak memberi petunjuk
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ             : Kepada orang-orang yang kafir



C.    Penjelasan
Allah berfirman yang ditujukan kepada hamba sekaligus Rasul-Nya, Muhammad saw, atas nama kerosulan, serta menyuruhnya untuk menyampaikan semua yang dibawanya dari Allah. Maka sungguh beliau telah mentaati dan mengajarkan perintah itu dengan sempurna.
Dalam menafsirkan ayat tersebut, al-Bukhari mengatakan dari ‘Aisyah: “Barang siapa yang menceritakan kepadamu bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang telah diturunkan oleh Allah kepadanya, sungguh orang itu telah berdusta. Sebab Allah SWT berfirman: ‘Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu.’’’
Firman-Nya: “dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” Yakni, jika engkau menyembunyikan satu ayat yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu, berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya.
Firman Allah: “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” Maksudnya, sampaikanlah risalah-Ku, niscaya Aku akan menjaga, menolong dan mendukungmu dalam menghadapi musuh-musuhmu, serta memenangkan dirimu atas mereka. Maka janganlah engkau takut dan bersedih, karena tidak akan ada seorang pun yang dapat berlaku jahat terhadap dirimu dan menyakitimu. Sebelum ayat ii turun Rasulullah dalam keadaan dijaga (dikawal), sebagaimana Imam Ahmad berkata: ‘Aisyah memberitahuhkan, bahwa Rasulullah pada suatu malam pernah tidak tidur malam, ketika itu ia (‘Aisyah) berada ke sisi beliau. Ia berkata: ‘lalu kutanyakan: ‘Ya Rosulullah, apa yang terjadi denganmu?’ Beliau menjawab: ‘Aku berharap ada seorang yang shalih dari para sahabatku yang menjagaku pada malam ini.’ ‘Aisyah berkata: ‘ketika dalam keadaan itu, tiba-tiba aku mendengar suara senjata.’ Lalu beliau bertanya: ‘Siapa itu?’ orang itu menjawab: ‘Ini aku, Sa’ad bin Malik.’ Beliau bertanya: ‘Apa yang menjadikanmu datang ke sini?’ Ia menjawab: ‘Aku datang untuk menjagamu, ya Rosulullah.’ ‘Aisyah berkata: ‘Maka aku pun mendengar suara tidur Rosulullah.’” (Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dalam ash-shahihain)
Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” Maksudnya, sampaikanlah risalah Rabbmu, sebab Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Allah berfirman: “Bukanlah kewajibanmu memberi petunjuk kepada mereka, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikendaki-Nya,” (QS. Al-Baqarah: 272)[1]
Thabathaba’i juga membahas penempatan ayat ini, menegaskan bahwa ayat ini berbicara tentang satu masalah agama yang sangat khusus, yang bila tidak disampaikan, maka ajaran agama secara keseluruhan tidak beliau sampaikan. Thahir Ibn ‘Asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan Rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada Ahl al-Kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran yang dikandung oleh ayat-ayat lalu harus disampaikan Nabi saw. Itu merupakan teguran keras, seperti banyak di antara mereka yang fasiq dan frman-Nya: ”Apakah akan aku beritakan kepada kamu tentang yang lebih buruk dari itu pembalasannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah” dan lain-lain teguran tegas ini, pada hakikatnya tidak sejalan dengan sifat Nabi saw.[2]
D.    Penerapan atau Aplikasi Terhadap Dunia Pendidikan
Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode pembelajaran dan mengajar dalam presfektif Al-Qur’an salah satunya terdapat Surat Al-Maidah ayat 67.
Dalam ayat tersebut terdapat kalimat “Balligh” yang artinya “Sampaikanlah”. Balligh berasal dari kata Al-Balagh atau Al-Bulugh yaitu sampai ke tujuan yang dimaksud baik berupa tempat, masa atau lainnya. Sedangkan masdarnya tabligh berarti ajakan atau seruan yang jelas dan gambling karena masa awal-awal Islam tabligh tersebut disampaikan secara sembunyi-sembunyi.
Secara bahasa, Tabligh berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan, yang berarti menyampaikan. Tabigh adalah kata kerja “transtif”, yang berarti membuat seseorang sampai, menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh.
Dalam pandangan Muhammad A’la Thanvi, membahas Tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam retorika, yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara fisik maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara bisa terpengaruh, terbuai, atau terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang disampaikan. Jadi menurut pendapat ini, dalam Tabligh ada aspek yang berhubungan dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang indah yang mampu membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang factual, dan hakikat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan.
Sedangkan dalam koteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaaan tentang ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban memberitakan dan pihak penerima berita menjadi terikat dengannya. Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut dan umatnya.
QS Al-Maidah ayat 67 ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya menyampaikan apa yang telah diturunkan kepadanya tanpa menghiraukan besarnya tantangan yang akan dihadapinya. Dalam melaksanakan tugas tabligh ini, beliau menunjukkan metode langsung, baik berupa contoh, maupun ajakan.
Nabi Muhammad adalah teladan di dalam alam nyata. Mereka memperhatikan beliau, sedangkan beliau adalah manusia seperti mereka lalu melihat bahwa sifat-sifat dan daya-daya itu menampakan diri didalam diri beliau. Mereka menyaksikan hal itu secara nyata didalam diri seorang manusia. Oleh karena itu hati mereka tergerak dan perasaan mereka tersentuh. Mereka ingin mencontoh Rasulullah. Semangat mereka tidak mengendur, perhatian mereka tidak dipalingkan, serta tidak membiarkannya menjadi impian kosong yang terlalu muluk, karena mereka melihatnya dengan nyata hidup di alam nyata, dan menyaksikan sendiri kepribadian itu secara konkrit bukan omong kosong di alam khayalan belaka.
Oleh karena itu Rasulullah Saw merupakan teladan terbesar buat umat manusia, beliau adalah seorang pendidik, seorang yang memberi petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang baik.
Islam berpendapat, bahwa suri tauladan adalah tehnik pendidikan yang paling baik, dan seorang anak harus memperoleh teladan dari keluarga dan orang tuanya agar ia semenjak kecil sudah menerima norma-norma Islam dan berjalan berdasarkan konsepsi yang tinggi itu. Dengan demikian Islam mendasarkan metodologi pendidikannya kepada sesuatu yang akan mengendalikan jalan kehidupan dalam masyarakat. Maka bila suatu masyarakat Islam terbentuk, masyarakat itu akan mengisi anak-anaknya dengan norma-norma Islam melalui suri tauladan yang diterapkan dalam masyarakat dan terlaksana didalam keluarga dan oleh orang tua.
Dari uraian diatas bahwa dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebagai jalan untuk menyelamatkan manusia dalam hal ini anak didik, maka pendidikan harus dibina dan jalankan secara baik, guru yang bertugas sebagai pemberi ilmu atau sebagai orang yang memfasilitasi anak didiknya untuk mendapatkan wawasan diharuskan mengajar sesusai dengan norma-norma pendidikan yang ada. Menyampaikan ilmu pengetahuan secara jelas dan tepat, tidak hanya mentransferkan ilmunya saja tetapi harus diimbangi dengan sikap atau akhlak yang baik yang sesuai dengan aturan Agama dan adat yang ada.
Rasulullah sebagai pengembang risalah Allah, beliau dituntut untuk menyampaikan yang haq kepada umat manusia di bumi ini, tidak menyembunyikan sedikitpun dari risalah yang ada meskipun itu pahit dirasakannya, beliau adalah sosok manusia yang sempurna ucapan dan perbuatannya seimbang sehingga beliau adalah cerminan dari Al-Quran yang menjadi tauladan bagi umat manusia. Begitupun bagi seorang guru sebagai penyampai ilmu pengetahuan, guru dituntut untuk menyampaikan ilmu pengetahuan secara baik kepada anak didiknya.[3]












BAB III
KESIMPULAN

Ayat ini memberi ketegasan bahwa menyampaikan perintah Allah kepada umatnya adalah suatu tugas yang penting yang tidak boleh diabaikan. Tafsir surat Al-Maidah ayat 67 ini mengandung makna bahwa menyampaikan risalah itu merupakan perintah Allah. Allah memerintahkan Nabi untuk menyampaikan risalah kenabian kepada umatnya. Bagi Nabi tugas ini sangat berat karena merupakan tanggung jawab dunia akhirat. Nabi menegaskan kembali tentang tugas yang dipikul kepadanya. Ini artinya sebuah perintah harus dipertanggung jawabkan. Bagi seorang guru pada akhir tugas pembelajaran harus ada pertanggng jawaban.
Dalam dunia pendidikan guru pun mendapat tantangan seperti itu guru adalah profesi mulia yang harus dijalankan sepenuh hati sebagai pemegang amanah mulia ini guru dituntut bekerja professional, artinya dalam menyampaikan ilmu pengetahuan tidak boleh asal-asalan harus merujuk pada pedoman atau kode etik guru dalam mengajar, pasal-pasal tentang perlindungan guru pun telah diupayakan olah Negara, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya tidak terbebani oleh masalah-masalah yang dikhawatirkannya.












DAFTAR PUSTAKA

http://secerahpewarna.wordpress.com/2012/06/16/metode-pembelajaran-suri-tauladan/
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Syaikh, ‘Abdullah bin Muhammad Alu. 2008. Labaabut Tafsir Min Ibni Katsir. Terjemahan oleh ‘Abdul Ghoffur. Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’i.


[1] ‘Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Labaabut Tafsir Min Ibni Katsir, Terjemah ‘Abdul Ghoffur, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’i, 2008), hlm, 154-156.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 151-152.
[3] http://secerahpewarna.wordpress.com/2012/06/16/metode-pembelajaran-suri-tauladan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...