Senin, 28 April 2014

Sosialisasi dan Pola Hubungan pada Lembaga Pendidikan Islam



Sosialisasi dan Pola Hubungan pada Lembaga Pendidikan Islam

logo IAIN.jpg
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam Dengan Dosen Pengampu Moh. Mahbub. S.Ag M.Si

Oleh :
Fidia Astuti
NIM : 123 111 163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sosialisasi menunjukkan pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah  masyarakat. Seorang anak dikatakan telah melakukan sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi juga memerhatikan kepentingan dan tuntutan orang lain.
Manusia lahir ke dunia sebagai bayi yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat nilai dan sikap, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam, serta konsisten dengan dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses belajar yang kita sebut sebagai sosialisasi.
Lembaga pendidikan Islam di Indonesia salah satunya adalah pondok pesantren. Pesantren mempunyai tiga ciri umum yaitu kyai sebagai figure sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid sebagai pusat kegiatan, adanya pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui system pengajian kitab dengan metode wetonan, sorogan dan musyawarah, yang sebagian sekarang telah berkembang dengan system klasikal atau madrasah.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian sosialisasi?
2.      Apa pengertian pesantren?
3.      Apa pengertian proses sosialisasi?
4.      Bagaimana Proses Sosialisasi pada Lembaga Pendidikan Islam di Pesantren?
5.      Apa Peranan pondok pesantren dan madrasah?
6.      Apa metode pesantren dalam membentuk perilaku santri?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian
1.      Sosialisasi
Islam bukanlah agama yang hanya berbicara masalah spiritual semata yaitu hubungan seorang hamba kepada Tuhannya, tanpa menyentuh urusan kemasyarakatan. Sebenarnya, islam bersifat universal. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tapi juga meletakkan dasar hubungan antar manusia dan kepentingan mereka. Sosialisasi Islam terwujud dalam sikap saling tolong menolong dan solidaritas sosial di kalangan kaum muslimin.
Sosialisme Islam sejalan dan sesuai dengan kodrat (fitrah) manusia. Sosialisme Islam menjamin dan melindungi harga diri manusia. Sosialisme Islam memperlakukan manusia tanpa membedakan dan tidak dibenarkan berbuat sewenang-wenang.
Proses sosialisasi merupakan aspek pendidikan yang penting dalam perubahan sosial. Proses sosialisasi tunduk pada suatu hukum pelajaran yaitu pelajaran sosial. Proses sosialisasi berlaku semenjak kanak-kanak. Agen pada masa itu adalah ibu dan bapak. Ada faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi anak yaitu sikap ibu dan bapak terhadap apa yang diperbuat, dikatakan dan apa yang diperintahkan.[1]
Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Pola kelakuan yang diharapkan dari anak terus menerus disampaikan dalam segala situasi di mana ia terlibat.




Pengertian sosialisasi menurut para ahli ialah :
a.    Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di sekitarnya.
b.   Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajari ialah peranan hidup dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma maupun kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
c.    Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang dewasa)

2.      Pesantren
Pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji, dan ada juga yang mengatakan bahwa santri mempunyai arti orang yang tahu buku-buku suci, buku agama, atau buku tentang ilmu pengetahuan. Jadi istilah pesantren itu masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu, sebelum datangnya Islam. Hal ini berarti metode dan kurikulum pesantren banyak diwarnai ajaran non Islam. Adapun setelah berkembangnya Islam, maka lembaga pesantren itu mendapat isi ajaran Islam.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri umum yaitu kyai sebagai figure sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, dan masjid sebagai pusat kegiatan.
Pembangunan suatu pesantren di dorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian faktor guru yang memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi tumbuhnya suatu pesantren.

B.       Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang yang satu dengan yang lainnya dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem, serta bentuk-bentuk hubungan.
Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Pola kelakuan yang diharapkan dari anak terus-menerus disampaikan dalam segala situsi dimana ia terlibat. Kelakuan yang tak sesuai di kesampingkan karena menimbulkan konflik dengan lingkungan sedangkan kelakuan yang sesuai dengan norma yang diharapkan dimantapkan.[2]
Pengertian sosialisasi menurut para ahli :
1.      Laurence
Proses sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai kebudayaan sebagai aspek perilakunya.
2.      Guire
Proses sosialisasi adalah proses penyajian kemungkinan-kemungkinan perilaku perorangan dengan sanksi positif atau negatif yang menyebabkan penerimaan atau penolakan oleh orang lain.
3.      Lawang, Robert M.Z
Proses sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Proses Sosialisasi pada Lembaga Pendidikan Islam di Pesantren :
1.      Menempatkan lembaga pesantren sebagai subsistem sosial yang memiliki keterpautan timbal balik dengan keseluruhan sistem sosial masyarakat sebagai totalitas sosial.
2.      Sebagai entitas sosial yang tidak dapat begitu saja disamakan dengan masyarakat luas.
3.      Pesantren harus ditempatkan dalam konteks masyarakat umum sebagai konteks jauhnya dan masyarakat sekolah sebagai konteks dekatnya.

C.      Peranan pondok pesantren dan madrasah[3]
1.    Telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, serta kemampuannya untuk memasuki pelosok daerah terpencil disamping kemampuannya untuk tetap tumbuh dan berkembang di daerah perkotaan yang modern dan sangat maju.
2.    Sebagian besar adalah perguruan swasta yang berkemampuan tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, madrasah dan pondok pesantren telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang diatas kemampuan kekuatan sendiri, dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia di masyarakat pendukungnya.
3.    Memiliki ciri khas sebagai pusat pendidikan, pengembangan dari penyebaran agama Islam, diharapkan dan telah membuktikan diri dapat menghasilkan keluaran yang berkualitas dan potensial untuk menjadi pendidik, khususnya di bidang pendidikan agama Islam.
4.    Memiliki potensi yang cukup besar untuk bersama-sama satuan pendidikan lainnya di dalam sistem pendidikan nasional untuk menuntaskan wajib belajar tingkap SLTP dan pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun. Dan atas dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan dasar.

D.      Metode pesantren dalam membentuk perilaku santri
Bagi pesantren setidaknya ada 6 metode yang diterapkan dalam membentuk perilaku santri, yaitu :
1.      Metode keteladanan
Dalam pesantren, pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan. Kyai dan ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik bagi para santri, dalam ibadah, kehidupan sehari-hari maupun yang lain.
2.      Metode latihan dan pembiasaan
Mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap norma-norma kemudian membiasakan santri untuk melakukannya. Biasanya diterapkan pada ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada kyai dan ustadz. Pergaulan sesama santri dan sejenisnya.
3.      Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)
Tujuannya ialah mengantar manusia pada kepuasan pikiran tentang perkara agama yang bisa menggerakkan, mendidik atau menambah perasaan keagamaan. Adapun pengambilan ibrah bisa dilakukan melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi.
4.      Mendidik melalui nasehat
Metode ini mengandung 3 unsur :
a.       Uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang.
b.      Motivasi dalam melakukan kebaikan.
c.       Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
5.      Mendidik melalui kedisiplinan
Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya.
6.      Mendidik melalui kemandirian
Kemandirian tingkah laku adalah kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas.

BAB III
KESIMPULAN

Sosialisasi menurut salah satu ahli ialah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di sekitarnya.
Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang yang satu dengan yang lainnya dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem, serta bentuk-bentuk hubungan.
Perbedaan pesantren dengan sekolah umum dapat dilihat dari beberapa hal yaitu dari sisi kurikulum, metode pengajaran, lingkungan belajar, dan komponen warga belajar.
Metode pesantren dalam membentuk perilaku santri ada 6 metode yaitu :
1.      Metode keteladanan
2.      Metode latihan dan pembiasaan
3.      Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)
4.      Mendidik melalui nasehat
5.      Mendidik melalui kedisiplinan
6.      Mendidik melalui kemandirian












DAFTAR PUSTAKA

Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Khoiriyah. 2012. Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.


[1] Khoiriyah, Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Teras, 2012), hlm. 80-81.
[2] Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 127.
[3] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), hlm. 178.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...