Sosialisasi dan Pola Hubungan pada Lembaga Pendidikan Islam

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam
Dengan Dosen Pengampu Moh. Mahbub. S.Ag M.Si
Oleh :
Fidia
Astuti
NIM
: 123 111 163
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sosialisasi menunjukkan pada semua
faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di
tengah-tengah masyarakat. Seorang anak
dikatakan telah melakukan sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya
menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi juga memerhatikan kepentingan dan
tuntutan orang lain.
Manusia lahir ke dunia sebagai bayi
yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang
manusia dengan seperangkat nilai dan sikap, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan
serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam, serta konsisten dengan
dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses belajar yang
kita sebut sebagai sosialisasi.
Lembaga pendidikan Islam di
Indonesia salah satunya adalah pondok pesantren. Pesantren mempunyai tiga ciri
umum yaitu kyai sebagai figure sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri,
masjid sebagai pusat kegiatan, adanya pendidikan dan pengajaran agama Islam
melalui system pengajian kitab dengan metode wetonan, sorogan dan musyawarah,
yang sebagian sekarang telah berkembang dengan system klasikal atau madrasah.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
pengertian sosialisasi?
2.
Apa
pengertian pesantren?
3.
Apa
pengertian proses sosialisasi?
4.
Bagaimana
Proses Sosialisasi pada Lembaga Pendidikan Islam di Pesantren?
5.
Apa
Peranan pondok pesantren dan madrasah?
6.
Apa
metode pesantren dalam membentuk perilaku santri?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1.
Sosialisasi
Islam bukanlah agama yang hanya berbicara masalah spiritual semata
yaitu hubungan seorang hamba kepada Tuhannya, tanpa menyentuh urusan
kemasyarakatan. Sebenarnya, islam bersifat universal. Islam tidak hanya
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tapi juga meletakkan dasar hubungan
antar manusia dan kepentingan mereka. Sosialisasi Islam terwujud dalam sikap
saling tolong menolong dan solidaritas sosial di kalangan kaum muslimin.
Sosialisme Islam sejalan dan sesuai dengan kodrat (fitrah) manusia.
Sosialisme Islam menjamin dan melindungi harga diri manusia. Sosialisme Islam
memperlakukan manusia tanpa membedakan dan tidak dibenarkan berbuat
sewenang-wenang.
Proses sosialisasi merupakan aspek pendidikan yang penting dalam
perubahan sosial. Proses sosialisasi tunduk pada suatu hukum pelajaran yaitu
pelajaran sosial. Proses sosialisasi berlaku semenjak kanak-kanak. Agen pada
masa itu adalah ibu dan bapak. Ada faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi
anak yaitu sikap ibu dan bapak terhadap apa yang diperbuat, dikatakan dan apa
yang diperintahkan.[1]
Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat
lainnya. Pola kelakuan yang diharapkan dari anak terus menerus disampaikan
dalam segala situasi di mana ia terlibat.
Pengertian
sosialisasi menurut para ahli ialah :
a.
Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses sosial tempat seorang individu
mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku
orang-orang di sekitarnya.
b.
Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses pada seorang anak yang sedang belajar
menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajari ialah peranan hidup dalam
masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma maupun kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat.
c.
Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial
(sebagai warga masyarakat yang dewasa)
2.
Pesantren
Pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan
akhiran an, berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri berasal dari bahasa
Tamil yang berarti guru ngaji, dan ada juga yang mengatakan bahwa santri
mempunyai arti orang yang tahu buku-buku suci, buku agama, atau buku tentang
ilmu pengetahuan. Jadi istilah pesantren itu masuk ke Indonesia bersamaan
dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu, sebelum datangnya Islam. Hal ini
berarti metode dan kurikulum pesantren banyak diwarnai ajaran non Islam. Adapun
setelah berkembangnya Islam, maka lembaga pesantren itu mendapat isi ajaran
Islam.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri umum yaitu kyai sebagai figure sentral,
asrama sebagai tempat tinggal para santri, dan masjid sebagai pusat kegiatan.
Pembangunan suatu pesantren di dorong oleh kebutuhan masyarakat
akan adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian faktor guru yang
memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi
tumbuhnya suatu pesantren.
B.
Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang yang satu
dengan yang lainnya dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem, serta bentuk-bentuk hubungan.
Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat
lainnya. Pola kelakuan yang diharapkan dari anak terus-menerus disampaikan
dalam segala situsi dimana ia terlibat. Kelakuan yang tak sesuai di
kesampingkan karena menimbulkan konflik dengan lingkungan sedangkan kelakuan
yang sesuai dengan norma yang diharapkan dimantapkan.[2]
Pengertian sosialisasi menurut para ahli :
1.
Laurence
Proses sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang
yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai
kebudayaan sebagai aspek perilakunya.
2.
Guire
Proses sosialisasi adalah proses penyajian kemungkinan-kemungkinan
perilaku perorangan dengan sanksi positif atau negatif yang menyebabkan
penerimaan atau penolakan oleh orang lain.
3.
Lawang,
Robert M.Z
Proses sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran
dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi
yang efektif dalam kehidupan sosial.
Proses
Sosialisasi pada Lembaga Pendidikan Islam di Pesantren :
1.
Menempatkan
lembaga pesantren sebagai subsistem sosial yang memiliki keterpautan timbal
balik dengan keseluruhan sistem sosial masyarakat sebagai totalitas sosial.
2.
Sebagai
entitas sosial yang tidak dapat begitu saja disamakan dengan masyarakat luas.
3.
Pesantren
harus ditempatkan dalam konteks masyarakat umum sebagai konteks jauhnya dan
masyarakat sekolah sebagai konteks dekatnya.
C.
Peranan pondok pesantren dan madrasah[3]
1.
Telah
menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang dalam menghadapi berbagai
tantangan zaman, serta kemampuannya untuk memasuki pelosok daerah terpencil
disamping kemampuannya untuk tetap tumbuh dan berkembang di daerah perkotaan
yang modern dan sangat maju.
2.
Sebagian
besar adalah perguruan swasta yang berkemampuan tinggi untuk berswakarsa dan
berswakarya dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, madrasah dan
pondok pesantren telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
diatas kemampuan kekuatan sendiri, dengan memobilisasi sumber daya yang
tersedia di masyarakat pendukungnya.
3.
Memiliki
ciri khas sebagai pusat pendidikan, pengembangan dari penyebaran agama Islam,
diharapkan dan telah membuktikan diri dapat menghasilkan keluaran yang
berkualitas dan potensial untuk menjadi pendidik, khususnya di bidang
pendidikan agama Islam.
4.
Memiliki
potensi yang cukup besar untuk bersama-sama satuan pendidikan lainnya di dalam
sistem pendidikan nasional untuk menuntaskan wajib belajar tingkap SLTP dan
pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun. Dan atas dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah
dan Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan dasar.
D.
Metode pesantren dalam membentuk perilaku santri
Bagi pesantren setidaknya ada 6 metode yang diterapkan dalam
membentuk perilaku santri, yaitu :
1.
Metode
keteladanan
Dalam pesantren, pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan.
Kyai dan ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik bagi para santri,
dalam ibadah, kehidupan sehari-hari maupun yang lain.
2.
Metode
latihan dan pembiasaan
Mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap
norma-norma kemudian membiasakan santri untuk melakukannya. Biasanya diterapkan
pada ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada kyai dan ustadz.
Pergaulan sesama santri dan sejenisnya.
3.
Mendidik
melalui ibrah (mengambil pelajaran)
Tujuannya ialah
mengantar manusia pada kepuasan pikiran tentang perkara agama yang bisa
menggerakkan, mendidik atau menambah perasaan keagamaan. Adapun pengambilan ibrah
bisa dilakukan melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
4.
Mendidik
melalui nasehat
Metode ini
mengandung 3 unsur :
a.
Uraian
tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang.
b.
Motivasi
dalam melakukan kebaikan.
c.
Peringatan
tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
5.
Mendidik
melalui kedisiplinan
Metode ini identik
dengan pemberian hukuman atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran
siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak
mengulanginya.
6.
Mendidik
melalui kemandirian
Kemandirian
tingkah laku adalah kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan
secara bebas.
BAB III
KESIMPULAN
Sosialisasi
menurut salah satu ahli ialah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan
pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di
sekitarnya.
Proses
sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang yang satu dengan yang lainnya
dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem, serta
bentuk-bentuk hubungan.
Perbedaan
pesantren dengan sekolah umum dapat dilihat dari beberapa hal yaitu dari sisi
kurikulum, metode pengajaran, lingkungan belajar, dan komponen warga belajar.
Metode
pesantren dalam membentuk perilaku santri ada 6 metode yaitu :
1.
Metode
keteladanan
2.
Metode
latihan dan pembiasaan
3.
Mendidik
melalui ibrah (mengambil pelajaran)
4.
Mendidik
melalui nasehat
5.
Mendidik
melalui kedisiplinan
6.
Mendidik
melalui kemandirian
DAFTAR PUSTAKA
Nasution. 2011.
Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Khoiriyah.
2012. Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Hasbullah.
2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar