KARAKTERISTIK
ISLAM DAN SUBSTANSINYA
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu:
Fauzi Muharom, M.Ag
Disusun Oleh:
Fajar Wisnu M (123 111 153)
Faris Isnawan (123 111 156)
Fidia Astuti (123 111 163)
Ika Ardiani (123 111 187)
Ika Rositasari (123 111 188)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam yang
diisyaratkan dalam Al-Qur’an dan dibawa oleh utusan Allah ajarannya bukan saja
membawa rahmat bagi sekalian manusia, tetapi juga bagi seluruh alam.
Di zaman modern
ini, terutama di Indonesia, Islam yang diperkenalkan oleh Nurcholis Madjid
adalah Islam yang diimplementasikan dengan nuansa kemodernan dan
ke-Indonesiaan. Sedangkan Islam yang diperkenalkan oleh Harun Nasution
berbentuk pemikiran yang banyak menggunakan pendekatan filosofis-historis
dengan meninjau Islam dari berbagai aspeknya. Kemudian Jalaluddin rahmat
memperkenalkan Islam aktual dan Islam alternatif. Menurut Abdullah Darraz yang
dikutip oleh Abudin Nata, sifat Islam yang demikian itu sejalan dengan sifat
Al-Qur’an.
Ajaran Islam
memiliki karakteristik tersendiri, yakni yang menjadi cirri khas dari ajaran
Islam. Islam yang memiliki sifat dan bentuk yang beragam, kenyataan tersebut
memperlihatkan adanya dinamika internal dari kalangan umat Islam untuk
menerjemahkan Islam dalam upaya merespon berbagai masalah umat yang mendesak.
Titik tolak dan tujuan mereka sama, yaitu untuk menunjukkan kontribusi Islam
sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
umat.
Oleh pembahasan
yang terbatas lingkup dan halamannya ini. Kami mengkaji karakteristik dan
substansi Islam, yang membuatnya menjadi risalah Tuhan yang terakhir dan
menjadi agama yang diridhoi Allah untuk dunia dan seluruh umat manusia sampai
datangnya hari kiamat.
Oleh karena itu,
di sini kami mencakupkan diri untuk membahas secara ringkas beberapa
karakteristik dan substansi yang dimiliki Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Islam?
2.
Apa saja yang menjadi karakteristik Islam?
3.
Apakah substansi Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islam
Secara etimologis, Islam berasal dari bahasa Arab, yang terambil
dari kata “salima” artinya, “selamat sentausa” dan dari kata tersebut,
dibentuk dari kata “aslama”, yang artinya “memeliharakan dalam keadaan
selamat sentausa”, yang bermaksud juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan
taat. Selanjutnya kata “islam” itulah yang menjadi pokok kata islam, sebab itu
orang yang melakukan “aslama” (penganut Islam) dinamakan “muslim”.
Dengan kata lain, muslim bermakna “orang itu menyatakan dirinya taat,
menyerahkan diri dan patuh pada Allah SWT”.
Sedangkan pengertian
Islam secara terminologis adalah: Agama yang diturunkan Allah disebut dalam
Al-Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah Nabi berupa perintah-perintah dan
larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk perbaikan manusia di dunia dan
di akhirat.[1]
B.
Karakteristik Islam
Islam adalah agama
yang mengajarkan kedamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja
keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang antara urusan dunia dan akhirat,
berharta, memiliki kepekaan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, mengutamakan
pencegahan dari pada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara
memperhatikan segi kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat tinggal,
lingkungan dan sebagainya.
Islam juga telah
tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya.
Karakteristik Islam yang demikian ideal itu tampak masih belum seluruhnya
dijumpai dalam kenyataan umatnya antara ajaran Islam yang ideal dan kenyataan
umatnya yang demikian itu, masih ada kesenjangan.
Abuy Sodikin
menjelaskan Islam memiliki tujuh karakteristik ajaran yaitu :
1.
Ajarannya sederhana, praktis dan mengandung corak rasional.
Agama Islam ajarannya tidak mengandung unsur
mitologi, Islam membangkitkan kemampuan berfikir dan mendorong manusia untuk
menggunakan penalaran. (QS, Azmar: 9, Al-An’am: 98, Al-Baqarah: 269)
2.
Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian.
Islam membagi kehidupan
atas dua bagian, yaitu material dan spiritual. Menurut pandangan Islam, kemajuan
spiritual hanya dapat dicapai apabila manusia berada ditengah manusia lain di
dunia, dan keselamatan spiritual baru dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber
daya material.
3.
Islam memberi petunjuk bagi seluruh segi kehidupan manusia walaupun
sebagian petunjuk itu bersifat umum. (QS. Al-Baqarah: 208)
4.
Keseimbangan antara individu dan masyarakat, Islam mengakui
keberadaan manusia sebagai individu dan menganggap setiap orang memiliki
tanggung jawab pribadi terhadap Tuhan, bahkan Islam menjamin hak-hak Azazi
individu dan tidak mengizinkan adanya campur tangan orang lain di dalamnya (QS,
An-Najm : 39). Namun dilain pihak, islam mengembangkan rasa tanggung jawab
sosial dalam diri manusia dan menyerukan individu-individu untuk memberi andil
dalam membina kesejahteraan masyarakat.
5.
Keuniversalan dan kemanusiaan.
Islam ditujukan untuk
mengetahui bahwa Tuhan dalam Islam adalah Tuhan sekalian alam. (QS, Al-Fatihah:
2) dan Muhammad SAW adalah Rosul Allah untuk seluruh umat manusia (QS,
AL-A’raf: 158 dan Ar-Rum: 107). Dalam Islam, seluruh umat manusia adalah sama,
apapun warna kulit, bahasa, ras, atau kebangsaannya.
6.
Ketetapan dan perubahan.
Al-qur’an dan Sunnah
yang berisi pedoman abadi dari Tuhan tidak terikat batasan ruang dan waktu,
tetapi bersifat abadi. Namun pedoman tersebut sering kali bersifat umum atau
dalam garis besar, sehingga memberi ruang kebebasan kepada manusia untuk
melakukan Ijtihad dan mengaplikasikannya pada setiap kondisi masyarakat.
7.
Ajaran Islam yang bersumber pada kitab suci Al-Qur’an, diturunkan
pada 14 Abad yang lalu tetap terjamin kesucian dan kemurniannya.[2]
C.
Substansi
Islam memiliki karakteristik
yang khas yang dapat yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai
bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah (kemanusiaan) yang didalamnya termasuk
masalah peendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik,
kehidupan, lingkungan hidup, kesehatan,pekerjaan, serata islam sebagai sebuah
disiplin ilmu. Konsepsi Islam dalam berbagai bidang yang menjadi
karakteristiknya itu dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Dalam Bidang Agama
Melalui karyanya
berjudul Islam Dikt5rin dan Peradaban, Nurcholis Madjid banyak berbicara
tentang karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama. Menurutnya, bahwa dalam
bidang agama Islam mengakui adanya Pluralisme. Pluralisme meniurut Nurcholis
adalah sebuah aturan Tuhan (Sunnah Allah) yang tidak akan berubah, sehingga
juga tidak mungkin dilawan atau diingkari.
Karakteristik ajaran
Islam dalam bidang agama tersebut disamping mengakui adanya pluralisme sebagai
suatu kenyataan, juga mengakui adanya universalisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik, dan mengajak
pada keselamatan. Inilah yang selanjutnya dapat dijadikan landasan untuk
membangun konsep toleransi dalam beragama.
Dengan demikian,
karakteristik agama Islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak
memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut
terdapat unsure kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.
2.
Dalam Bidang Ibadah
Karakteristik ajaran
Islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang ibadah. Secara
harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan
dibangkitkan oleh akidah tauhid, Majelis Tarjih Muhammadiyah dengan agak
lengkap mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah
dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, dan
mengamalkan segala yang diizinkan-Nya. Ibadah ada yang umum dan ada yang
khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah, sedangkan yang
khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya,
tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.
Ketenangan jiwa, rendah
hati, menyandarkan diri kepada amal saleh dan ibadah, dan tidak kepada nasab
keturunan, semuannya itu adalah gejala kedamaian dan keamanan sebagai
pengamalan dari ibadah.
Dengan demikian, visi
islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran Islam itu
sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang
hanya diperintahkan agar beribadah kepada-Nya.
3.
Bidang Akidah
Ajaran Islam sebagaimana
dikemukakan Maulana Muhammad Ali mencakup segala yang harus dikerjakan oleh
orang Islam, yakni amalan-amalan yang harus dijadikan pedoman hidup. Dalam
kitab Mu’jam Al-Falsafi, Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut bahasa adalah
menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Dalam
bidang perundang-undangan, akidah berarti menyepakati antara dua perkara atau
lebih yang harus dipatuhi bersama.
Karakteristik Islam yang
dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni
baik dalam isinya maupun prosesnya. Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam
hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam
bentuk dua kalimat syahadat, yaitu mengatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan
bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, perbuatan dengan amal shaleh.
Akidah dalam Islam
selanjutnya harus berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang dilakukan manusia,
sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai ibadah. Dengan demikian akidah
Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya
harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada
akhirnya menimbulkan amal shaleh.
4.
Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Karakteristik ajaran
Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi
juga selektif. Dari satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima
berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif,
yakni tidak bergitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan
ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam.
Karakteristik Islam
dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat pula dilihat dari lima ayat
pertama surat Al-Alaq yang diturunkan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada
ayat tersebut terdapat kata Iqro’ yang diulang sebanyak dua kali. Kata tersebut
menurut A. Baiquni, selain berarti membaca dalam arti biasa, juga berarti
menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisis
dan penyimpulan secara induktif. Semua cara tersebut dapat digunakan dalam
proses mempelajari sesuatu. Hal itu merupakan salah satu cara yang dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan.
5.
Bidang Pendidikan
Islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki atau perempuan, dan berlangsung
sepanjang hayat. Dalam bidang pendidikan Islam memiliki rumusan yang jelas
dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya.
Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan
Surat Al-Alaq . di dalam Al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan
seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, pembiasaan, karya
wisata, cerita, hukuman, nasehat dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat
digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan.
6.
Bidang Sosial
Dalam bidang sosial disela menjunjung
tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran,
kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.
7.
Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Islam memandang bahwa
kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak
terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat.
8.
Dalam Bidang Kesehatan
Ajaran Islam tentang
kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan dari pada
penyembuhan. Untuk menuju kepada upaya pencegahan tersebut, maka Islam
menekankan segi kebersihan lahir batin.
9.
Dalam Bidang Politik
Dalam Al-Qur’an surat
al-Maidah ayat 8 isyarat perintah adil dan jujur, dalam Al-Qur’an surat
an-Nisa’ ayat 59 terdapat perintah mentaati ulil amri yang terjemahannya
termasuk penguasa di bidang politik, pemerintahan dan negara yang yang harus
adil dan jujur.
10. Dalam Bidang
Pekerjaan
Islam memandang bahwa
kerja merupakan ibadah kepada Allah SWT. Atas dasar ini maka kerja yang
dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap
Allah SWT. Dan kerja yang bermanfaat bagi orang lain.
11. Islam sebagai
Disiplin Ilmu
Islam telah tampil
sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu ke-Islaman.[3]
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara etimologis, Islam berasal dari bahasa
Arab, yang terambil dari kata “salima” artinya, “selamat sentausa” dan
dari kata tersebut, dibentuk dari kata “aslama”, yang artinya
“memeliharakan dalam keadaan selamat sentausa”, yang bermaksud juga menyerahkan
diri, tunduk, patuh dan taat. Selanjutnya kata “islam” itulah yang menjadi
pokok kata islam, sebab itu orang yang melakukan “aslama” (penganut
Islam) dinamakan “muslim”. Sedang menurut istilah, Islam adalah Agama yang
diturunkan Allah disebut dalam Al-Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah Nabi
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk
perbaikan manusia di dunia dan di akhirat.
2. Karakteristik ajaran Islam adalah seperti
berikut:
a.
Ajarannya sederhana, praktis dan mengandung corak rasional.
b.
Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian.
c.
Islam sebagai petunjuk.
d.
Keseimbangan antara individu dan masyarakat.
e.
Keuniversalan dan kemanusiaan.
f.
Ketetapan dan perubahan.
g.
Ajaran Islam tetap terjamin kesucian dan kemurniannya.
3. Beberapa substansi Islam dapat dilihat dalam
berbagai bidang, yaitu: Dalam bidang agama, bidang ibadah, bidang akidah,
bidang ilmu dan kebudayaan, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang kehidupan
ekonomi, bidang kesehatan, bidang politik, bidang pekerjaan, dan Islam sebagai
disiplin ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2004, Metodologi Studi Islam, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Rusli Alwies, 2000, Pengantar Studi Islam, Surakarta: STAIN
Surakarta.
Supiana, 2009, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
[1]Rusli Alwies, Pengantar Studi Islam, (Surakarta, STAIN
Surakarta, 2000), hlm.1-2.
[2]Supiana, Metodologi Studi Islam, cet 1, (Jakarta, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), hlm.54-55.
[3]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, cet 9, (Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 80-93.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar