Minggu, 24 Januari 2016

PANDANGAN TEORI HUMANISTIK DAN PENERAPAN DALAM KONSELING



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, maka manusia memerlukan bimbingan konseling. Bimbingan konseling Islam merupakan pemberian pencerahan hati atau pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada seseorang baik yang mengalami kesukaran-kesukaran rohani dalam kehidupan maupun dalam mengembangkan potensi setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensinya. Ilmu psikologi pun erat kaitannya dalam bimbingan konseling.
Ilmu psikologi akan selalu terus berkembang seiring dengan berkembangnya zaman dan dari bertambahnya masalah diri manusia itu sendiri. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-teori sebelumnya. Ada beberapa aliran, Tetapi dalam makalah ini hanya akan membahas tentang aliran humanistik yang di dalamnya memuat teori-teori pandangan humanistik dan penerapan dalam konseling.


B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pandangan teori aliran humanistik?
2.      Bagaimana pandangan teori Rogers?
3.      Bagaimana pandangan teori Maslow?
4.      Seperti apa proses konseling?
5.      Apa tujuan konseling?
6.      Bagaimana pembahasan tentang konseling yang berpusat pada individu?
7.      Apa saja kontribusi dan keterbatasan pada teori humanistik?
8.      Seperti apa contoh yang berhubungan dengan teori humanistik?

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pandangan Humanistik
Aliran humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamik dan behavioristik. Para teoritikus humanistik, seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan.[1]
Aliran humanistik menolak dan menentang pada aliran psikodinamik dan behavioristik karena bagi aliran humanistik memandang bahwa aliran behavouristik dan psikodinamik, telah merendahkan jati diri manusia yang dianggap robot yang mudah dikondisikan perilakunya. Dan aliran humanistik  juga menganggap bahwa aliran behavioristik dan psikodinamik itu bersikap pesimis terhadap kodrat manusia dan menganggap bahwa manusia tidak memiliki sikap jati diri. Aliran humanistik malah menganggap sebaliknya dengan sikap optimisnya dan menganggap bahwa potensi yang terdapat dalam diri manusia itu merupakan sumber utama.
Humanistik merupakan perspektif ketiga dalam konseling. Pada area di dalamnya, Rogers mempertanyakan validitas keyakinan yang banyak dipegang oleh konselor yaitu dalam proses konseling, konselor adalah orang yang paling mengetahui.[2]
Maksudnya, pada dasarnya manusia itu dapat dipercaya dan setiap manusia itu memiliki potensi, dan di dalam potensi tersebut manusia dapat memahami dirinya sendiri dan dapat mengatasi masalahnya. Bahkan manusia memiliki potensi untuk lebih mengembangkan dirinya, walaupun tanpa bantuan langsung konselor.
Dalam teori humanistik, pada dasarnya manusia memiliki potensi yang baik, baik dari imajinasi, kreativitas, daya analisis, tanggung jawab, aktualisasi diri, pengembangan pribadi, kebebasan berkehendak, humor, makna hidup dan lainnya. Humanistik juga menunjukkan bahwa manusia itu makhluk yang sadar dan mandiri. Dan setiap manusia itu memiliki kecenderungan untuk berjuang menjadi apa yang mereka inginkan.

B.     Pandangan teori Rogers
Rogers mengidentifikasikan studi mengenai diri sebagai sesuatu yang diperlukan kebanyakan orang awam dari psikologi. Rogers juga menentukan cara manusia seharusnya bersikap, yaitu individual dan berusaha keras, dengan istilah-istilah yang sangat terikat dengan kebudayaan.[3]
Maksudnya ialah peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanistik sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif, memperjelas tujuan belajar, membantu siswa untuk memanfaatkan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, menyediakan sumber belajar kepada siswa, dan menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.

C.    Pandangan teori Maslow
Maslow mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan mengurutkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam pemenuhan. Berikut ini hirarki kebutuhan menurut maslow.
 
Hirarki kebutuhan menurut Maslow[4]

Penjelasan dari gambar diatas ialah dimulai dari kebutuhan fisiologis, fisioligis merupakan kebutuhan utama setiap orang seperti makan, minum, tempat tinggal dan kehangatan. Apabila kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi, maka kebutuhan diatasnya (kebutuhan rasa aman) tidak bisa terpenuhi. Jadi, kebutuhan fisiologis harus dapat dipenuhi supaya mendapatkan rasa aman. Dan ketika sudah merasa aman, maka akan terpenuhi atau yang terpeting kebutuhan berikutnya yaitu kebutuhan sosial. Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi maka yang terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai. Kemudian perhatian kita beralih pada pemenuhan kebutuhan intelektual. Maka berlanjut pada kebutuhan diatasnya yaitu kebutuhan estetis seperti, kerapian, kebersihan, keindahan dan keseimbangan. Dan yang terakhir dalam kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, seperti pemenuhan pribadi dan mencapai pontensi yang dimiliki. Kebutuhan ini melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.

D.    Proses Konseling
Perangkat yang digunakan konseling menurut Rogers yakni kemampuan untuk mendengar aktif, konseli memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya, sementara konselor berperan dalam mendengarkan tanpa memberi penilaian.[5]
Maka proses konseling itu, konselor melihat konseling sebagai sebuah proses yang dapat membantu seseorang dalam mengaktualisasikan potensi atau kekuatan-kekuatan positif yang sudah dimilikinya. Maka dengan adanya konseling ini, akan membuat seseorang itu lebih memiliki dorongan dalam diri. Harus dicermati pula, bahwa konseling itu bukan sarana atau proses untuk melihat kejadian yang sudah dilalui seseorang, namun untuk membangun keberlangsungan masa depan. Setelah adanya konseling, konseli diberikan kebebasan oleh konselor untuk membuat keputusan.

E.     Tujuan Konseling
Menurut Rogers, tujuan konseling bukan semata-mata menyelesaikan masalah tetapi membantu konseli dalam proses pertumbuhannya, sehingga konseli dapat mengatasi masalah yang dialaminya sekarang dengan lebih baik dan dapat mengatasi masalahnya sendiri di masa yang akan datang.[6]
Pada aliran humanistik ini, konseling memiliki beberapa tujuan seperti dalam pencapaian kemandirian dan integritas diri, untuk membantu konseli menemukan konsep dirinya dan untuk membantu penyelesaian dan mengatasi  masalah yang dialami konseli. Dalam membantu individu menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, dimana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, maksudnya ialah konselor tidak melakukan penilaian dan penghakiman terhadap perasaan, pikiran dan tingkah laku konseli berdasarkan standar norma tertentu.

F.     Pembahasan tentang konseling yang berpusat pada individu
Pendekatan ini kini mendominasi bidang konseling. Salah satu alasan yang menunjukkan pendekatan ini berpusat pada siswa adalah karena kesederhanaannya. Dalam proses konseling, konselor melakukan pendekatan-pendekatan kepada konseli. Dalam pendekatan ini, konselor melakukan komunikasi dengan baik kepada konseli secara mendalam dan jujur sebagai pribadi,  hal ini dilakukan supaya konselor dapat memahami kondisi konseli lebih jauh dan dapat memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli, peka terhadap perasaan konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan perasaannya.

G.    Kontribusi dan keterbatasan teori pendekatan humanistik
Kontribusinya, teori humanistik muncul sebagai pemberontakan terhadap psikologi perilaku dan psikodinamika. Aliran humanistik mengingatkan kita akan pentingnya pengalaman manusia sebagai individu dalam aspek-aspek penting dalam pengalaman manusia, dan humanistik menyediakan model konseling yang sederhana dan efektif.
Keterbatasan teori ini telah menghasilkan teori dan gagasan yang sangat sukar diuji dengan penelitian ilmiah, karena pokok permasalahan dalam pengalaman pribadi manusia. Kemudian banyak gagasan humanistik yang terkait dengan kebudayaan dan tidak mudah diterapkan.[7]
Dengan adanya kontribusi tersebut maka dalam suasana pembelajaran dapat saling menghargai dengan adanya kebebasan berpendapat dan kebebasan mengungkapkan gagasan. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis dan partisipatif-dialogis. Tentunya bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial. Dan dalam pendidikan, indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang dan bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri
Keterbatasan dalam pandangan teori humanistik ini sama artinya dengan mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis. Peserta didik sebagian tentunya mengalami kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri meraka.

H.    Contoh kasus
Berikut ini contoh kasus dari teori Abraham Maslow:
Rani seorang anak yang membutuhkan makan dan minum apabila kebutuhannya ini terpuaskan, maka munculah kebutuhan rasa ingin aman seperti terhindar dari bahaya dan bencana. Setelah Rani merasa aman Rani membutuhkan teman yang bisa dia miliki, Rani juga membutuhkan rasa dihargai oleh orang lain. Hal yang paling penting Rani perlu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya yang dipunyainya yang orang tidak punya.

Berikut contoh kasus lainnya:
Leon seorang mahasiswa, dia melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi nilainya dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan dirinya (konsep diri) atau ideal konsep diri dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau setidaknya ia tidak cukup nyaman untuk menghadapi penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi kemungkinan untuk perubahan.
Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinan dan perasaan. Klien dapat mengekspresikan ketakutannya, rasa bersalah, kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lainnya. Emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan demikian, proses konseling ini berpusat pada individu. Sehingga konselor mengetahui bagaimana klien merasakan perasaannya. Kemudian konselor membantu klien untuk mengaktualisasikan kekuatan positif yang dimilikinya, sehingga memiliki dorongan dari dalam diri sendiri. Dan konselor tetap memberi kebebasan kepada klien untuk membuat keputusan.

BAB III
KESIMPULAN

Aliran humanistik muncul sebagai reaksi terhadap teori psikodinamik dan behavioristik karena aliran humanistik memandang bahwa aliran behavouristik dan psikodinamik telah merendahkan jati diri manusia yang dianggap robot yang mudah dikondisikan prilakunya dan bersikap pesimis terhadap kodrat manusia dan menganggap bahwa manusia tidak memiliki sikap jati diri.
Humanistik merupakan perspektif ketiga dalam konseling dengan para teoritikus seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow. Rogers mengidentifikasikan studi mengenai diri sebagai sesuatu yang diperlukan kebanyakan orang awam dari psikologi. Rogers juga menentukan cara manusia seharusnya bersikap, yaitu individual dan berusaha keras, dengan istilah-istilah yang sangat terikat dengan kebudayaan.
Sedangkan Maslow, mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan mengurutkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam pemenuhan.
Pendekatan ini kini mendominasi bidang konseling. Salah satu alasan yang menunjukkan pendekatan ini berpusat pada siswa adalah karena kesederhanaannya. Menurut Rogers, tujuan konseling bukan semata-mata menyelesaikan masalah tetapi membantu konseli dalam proses pertumbuhannya, sehingga konseli dapat mengatasi masalah yang dialaminya sekarang dengan lebih baik dan dapat mengatasi masalahnya sendiri di masa yang akan datang.
 

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jarvis, Matt. 2000. Teori-teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan, dan pikiran Manusia. Bandung: Nusa Media.
Komalasari, Gantina, dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.


[1] Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 45.
[2] Gantina komalasari, dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: Indeks, 2011), hlm 261.
[3] Matt Jarvis, Teori-teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan, dan pikiran Manusia, (Bandung: Nusa Media, 2000), hlm 92.
[4] Ibid, hlm 94.
[5] Gantina Komalasari, dkk, hlm 264.
[6] Ibid, hlm 266.
[7] Matt Jarvis, hlm 104-105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PORTOFOLIO RANGKUMAN TUGAS PEMBATIK LEVEL 4 TAHUN 2023

Tidak terasa perjalanan yang luar biasa hingga sampai pada titik ini. Langkah demi langkah, menyelesaikan tugas demi tugas yang tentunya ber...